25

33 9 0
                                    

"Kambing hitam jadi solusi, untuk sebuah masalah. Bukan musyawara untuk mencari jalan keluar"

-Arya

Typo bertebaran gengs🙏
Happy reading💜😉

Amela berjalan di samping Arya dengan langkah pelan. Tatapan kosong milik gadis itu, menatap lurus ke depan. Tidak ada senyum maupun sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Bibirnya terkatup rapat, seolah terkunci.

"Everything gon' be alright" bisik Arya bagaikan angin lalu bagi Amela.

Tidak ada yang akan berubah, bahkan sekarang, mereka sedang menuju ke ruang kepala sekolah.

Hawa dingin adalah hal pertama yang dirasakan oleh Amela, ketika memasuki ruang kepala sekolah. Tidak ada basa basi seperti biasanya.

Pak Hari, selaku kepala sekolah, langsung menuntun mereka semua untuk duduk di sofa yang tersedia di sana.

Setelah menutup pintu ruangannya, beliau beranjak duduk di single sofa berhadapan dengan mereka.

"Saya sudah dengar, tentang kasus Amela yang sekarang sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan guru maupun murid. Saya mengundang Bapak, Ibu serta Amela dan Pak Arya ke sini, untuk membuat sebuah kesepakatan agar kasus ini segera selesai" jelas Pak Hari.

"Mohon maaf, pak. Sebenarnya, ini bukan sebuah kasus. Anak saya tidak melakukan kesalahan apapun dalam hal ini. Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman, juga sebuah pembulyan. Seharusnya, oknum yang menyebarkan berits hoax tersebutlah yang berada di sini sekarang" Firman mulai angkat bicara dengan nada tegasnya.

Amela masih terdiam. Ia tahu, bagaimana Ayahnya sangat menjaga nama baiknya dan keluarga. Beliau pasti membelanya agar nama baiknya tidak tercoreng.

"Kami tahu, pak.  Ini semua hanyalah kesalahpahaman belaka. Oknumnya juga sudah diketahui, namun, kami membutuhkan kambing hitam atas masalah ini. Agar dapat terselesaikan dan tidak merembes ke luar sekolah."

"Maksud bapak, Anak saya mau dijadikan kambing hitam? Siapa pelakunya? Kenapa tidak dipertemukan dengan saya?"

Pak Hari terlihat menghela napas kemudian kembali membuka suara.

"Pelakunya adalah Stela. Siswi kelas dua belas, kakak kelas Amela. Dia sudah diberikan teguran dari guru BK. Kami rasa, tidak perlu ada surat panggilan untuk orangtuanya."

"Kenapa begitu pak? Dia sudah melakukan pembulyan dan pencemaran nama baik. Apa teguran saja sudah cukup? Apakah bapak tidak memikirkan bagaimana keadaan Amela yang dijadikan kambing hitam, padahal dialah korbannya? Kenapa dia tidak dihukum pak?" Kali ini, Aryalah yang menjawab perkataan Pak Hari. Pria itu benar-benar marah dengan kebijakan sekolah ini yang seolah memihak pada si pelaku.

"Ya, benar bahwa Stela yang melakukannya. Namun, hanya dewan guru serta saya sendiri yang tau bahwa dialah pelakunya. Alasan kenapa kami tidak menghukum atau memanggil orangtuanya, adalah karena ayahnya adalah penyumbang dana terbesar di sekolah kami ini. Beliau juga selalu mensponsori setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Oleh karena itu, kami membebankan hukuman tersebut kepada Amela."

Semua yang ada di ruangan itu terbelalak, kecuali pak Hari yang tersenyum tipis serta Amela yang terkekeh pelan.

"Oh, jadi anda lebih membela penyuntik dana dibandingkan penyumbang piala terbanyak? Anak saya juga yang membuat sekolah ini selalu menang dalam perlombaan akademik. Anda seharusnya memilih pilihan yang tepat, bukan memilih sesuatu yang salah. Anak saya selalu diajarkan untuk menjaga sikap, sekaligus mempertahankan posisinya, jika dia di posisi yang benar. Saya ingin menertawakan kebijakan sekolah ini. Kentara sekali yah, mata duitannya, miris!" Jawaban menohok dari Firman, membuat pak Hari bungkam dengan wajahnya yang tidak karuan antara malu dan marah.

***

Ayyo! What's up?

Update lagi

Jgn lupa voment yang banyak😉💜

See you next update

Purple u💜

Tertanda
Hldgrd

(HWARANG'S 2) Amela's world (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang