Two- 2

1K 116 9
                                    

🍁🍁🍁

"Mianhae, aku terlambat". Namjoon melepas kancing jasnya dan memegang tanganku erat. Sejenak aku melupakan kejadian hari ini.

"Ani, aku belum lama menunggu". Aku berusaha tersenyum manis.

"Bagaimana hari ini dirumah sakit?, ah ya. Maap untuk tadi pagi. Aku tidak bisa menjemputmu".

Aku masih terdiam memandang Namjoon. Laki-laki didepanku memang benar-benar sempurna. Wajah tampan, CEO muda yang kompeten, dan dia adalah kekasih yang baik. Aku akui itu, walaupun keadaan yang membuat hubunganku tidak baik.

"Jisoo, Kim Jisoo?".

Namjoon kembali memanggilku dan membuyarkan lamunanku.

"Ne?".

"Gwencana? Kau sakit?". Namjoon meletakkan telapak tangannya dipipiku. Membuatku menoleh kepadanya.

"Ah, aku baik". Namjoon tersenyum manis menampakkan lesung pipinya membuatku gemas.

"Baiklah, aku rasa juga begitu. Jisoo-a, Mian. Aku bukan pria yang baik".

"Ani, Namjoon-a, tidak usah dibahas lagi".

"Gomawo, Jisoo-a".

" Ah, kau sudah makan? Aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu". Aku berdiri berjalan menuju dapur. Namjoon tersenyum dan mengekor dibelakangku.

Aku mulai mengeluarkan makanan yang sudah kubuat dan melatakkannya di meja makan. Namjoon duduk disalah satu kursi dan melihatku mempersiapkan makanan. Tatapannya membuatku malu dan risih tentu saja.

"Yaak Namjoon-a, bisakah tidak melihatku begitu".

Namjoon hanya tersenyum. Hanya tersenyum saja sudah membuatku ingin meleleh.

"Aku bahagia, kau tau. Ini seperti aku seorang suami yang menunggu istrinya mempersiapkan makan malam".

Perkataan Namjoon membuat pipiku memerah. Entah kenapa aku begitu bahagia mendengar perkataan Namjoon.

"Sudah. Simpan kata manismu untuk besok saat aku marah, bisakah kita mulai makan?".

"Tentu saja, aku sudah lapar".

Namjoon menggosok tangannya tidak sabar, tiba-tiba terdengar dering telpon dari telepon genggamnya. Namjoon melihat pada layar dan menatapku bingung. Aku tau apa yang dimaksudnya dan menginstruksikannya untuk cepat-cepat mengangkat telpon tersebut.

"Ne? Mwo? Kau dimana?"

.....

"Tunggu dan jangan kemana-mana".

Namjoon terlihat menutup telponnya dan mendekatiku. Kakiku sudah lemas, aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Mian, aku harus pergi".

"Sera membutuhkanmu? pergilah. Aku akan baik-baik saja"

"Baik, aku akan mengabarimu".
Namjoon mencium pucuk rambutku dan berlari menyambar jasnya dan menghilang dibalik pintu.

Cairan bening lolos dari mataku. Ah, inilah kelemahanku. Pura-pura bahagia dan merelakan orang yang kita sayangi untuk orang lain dan aku lemah.

       Jangan berpikir bahwa Namjoon pergi berselingkuh, atau aku adalah selingkuhannya. Aku harap kalian cepat membuang pikiran dan hal semacam itu. Namjoon pria yang sangat baik. Sejauh aku mengenalnya.

       Aku bertemu Namjoon dua tahun lalu saat awal aku bertugas menjadi dokter di salah satu rumah sakit swasta di Seoul. Saat itu Namjoon mengalami luka fisik yang cukup parah akibat kecelakaan mobil. Aku yang menanganinya selama dua bulan masa rawat dan kami berkenalan hingga kami saling menyukai. Kami memutuskan untuk berpacaran, hingga satu tahun lalu. Sera, sahabat kecil Namjoon kembali dari luar negeri karena sakit yang dideritanya.

TWO [NamjoonXJisoo] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang