🍁🍁🍁
"Jagi, aaa buka mulutmu.. aaa".
"Yak, aku bisa makan sendiri. Kau lihat?". Aku memakan steakku dengan cepat. Memasukkan potongan daging dengan saus jamur lada hitam yang kurasa sangat menggoda. Aku sengaja memasukkan potongan besar.
"Yaakk Jagiya, makan dengan pelan. Arasseo".
"Ssstt pelankan suaramu. Dan berhenti memanggilku seperti itu. Aku bukan kekasihmu Jimin".
Hari ini aku memang ada janji temu dengan Park Jimin. Jangan berpikir macam-macam. Dia adalah salah satu pasienku sejak tiga tahun lalu. Penyakit jantung yang dideritanya selama tujuh tahun akhirnya bisa sembuh setelah menjalani sederet operasi besar. Dan iya, memang aku dokternya.
Jimin usianya lebih muda dariku. Dua tahun dibawahku. Tapi jangan pikir dia akan menghormatiku layaknya noona. Dia malah memperlakukanku seperti anak sekolah menengah. Selalu menganggapku lebih muda darinya. Tingkahnya memang lucu, dia adalah desainer ternama di Korea. Brand pakaiannya bahkan sudah mendunia. Jclotes.
"Kapan kau kembali dari LA?".
"Aku kembali semalam dan sengaja memintamu untuk bertemu langsung".
"Apakah ada hal yang penting?".
"Ani, aku hanya rindu".
"Yaakk, cukup". Aku memonyongkan bibir.
"Ahh, aku sebenarnya ingin bercerita".
"Mwo?".
"Ahh, aku bertemu seseorang beberapa bulan lalu di LA. Kami menjalin hubungan dan ya, aku jatuh cinta padanya".
"Mwo? Yaakk Park Jimin kau gila? Mana mungkin. Apakah dia orang korea?".
"Ne, dia orang Korea. Aku berniat untuk melamarnya".
"Mwo? Kau bercanda".
"Aku tidak bercanda.. Bisakah kau membantuku.. Melamarnya?".
"Yaakk Park Jimin. Kau adalah temanku. Aku akan membantumu sebisaku".
"Ahh gomawo Jiso-ssi".
Park Jimin terlihat sangat gembira. Tanpa sadar tangannya merangkulku mendekat dan memelukku erat. Aku membalas pelukannya dengan menepuk punggungnya pelan. Yakk anak ini memang tidak tau malu. Tapi, biarlah. Setelah menikah aku tidak bisa memperlakukannya seperti ini.
"Kau memang baik Jagi". Jimin berkata dengan tetap memelukku.
"KIM JISOO!!".
Sebuah suara mengagetkanku. Membuat aku melepas pelukan Jimin dan menoleh kearah sumber suara.
"Namjoon?". Aku bangkit berdiri dari kursiku. Jimin bangkit berdiri mengikuti.
Mata Namjoon memerah. Rahangnya mengeras. Tanpa Ba Bi Bu Namjoon merengsek maju dan melandaskan satu pukulan diwajah Jimin. Jimin terhuyung hingga jatuh kebelakang. Namjoon kembali memukulnya. Aku kaget dan menjerit. Mencoba untuk melerai dan menghentikan pukulan demi pukulan yang diberikan Namjoon disekujur tubuh Jimin.
"Namjoon-aa, Hajhima! Namjoon!". Aku memegang tangannya. Namjoon menepis tanganku hingga aku terjatuh. Namjoon kembali memukuli Jimin. Jimin hanya mengerang lirih. Aku tau dia tidak berniat membalas.
"Namjoon-aa!". Aku memegang tangannya kembali. Namjoon bangkit dan aku tertarik hingga ikut berdiri. Namjoon mendorongku hingga aku tersungkur. Kepalaku mengenai pojok meja dan kurasakan sakit yang cukup disana. Jimin mendekat padaku dengan susah payah. Namjoon benar-benar kalut. Kulihat dia mengusap kasar wajahnya. Kacamata yang tadi dikenakannya bahkan sudah entah kemana.

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO [NamjoonXJisoo] END
AksiyonKim Jisoo adalah seorang dokter dari keluarga berada, kehidupannya begitu sempurna apalagi dia memiliki seorang kekasih yang sempurna Kim Namjoon. Namun, setelah setahun berpacaran muncul teman masa kecil Namjoon yang banyak berpengaruh terhadap hub...