Two- 22

448 61 1
                                    

🍁🍁🍁

       Aku membuka mata. Yang kulihat hanya sebuah ruangan dengan nuansa warna abu muda dan putih. Aku mencoba menggerakkan tangan tapi tunggu dulu. Tanganku berat. Aku menoleh kesisi kiri dan mendapati Jin oppa tertidur disampingku. Memegang tanganku. Aku tersenyum. Air mataku mengalir saat kejadian direstoran kembali kuingat. Aku belum mati.

"Ahhh kepalaku". Aku memegang kepalaku. Jin oppa langsung terbangun dan mendekat padaku.

"Gwencana? Mwo? Appo?". Wajahnya pucat. Dia sangat khawatir.

"Ani, ahh pukul berapa sekarang?".

"Ahh ne, ini masih tengah malam".

"Mwo? Namjoon?".

"Ahh dia mengantar Sera kembali ke Seoul dan menyuruhku menjagamu. Dia menelepon".

"Ahh". Mataku perih. Aku mengingat dengan jelas kejadian siang tadi dan aku merasa hancur sekarang.

"Soo-aa, bisakah kau tidak membicarakan Namjoon? Kau harus istirahat. Aku akan meninggalkanmu dan kau harus istirahat". Jin oppa akan bangkit. Aku tidak tau kenapa tapi tanganku menahannya. Aku tidak tau apa yang kulakukan. Tapi aku benar-benar tidak ingin sendiri sekarang.

"Bisakah oppa menemaniku?". Jin oppa tidak mengatakan apapun. Yang terjadi berikutnya adalah dia melepas tanganku. Memakaikan selimut dan ya, ikut masuk kedalam selimut serta memelukku. Ini lebih baik.

"Aku tau kau lebih membutuhkan Namjoon saat ini. Tapi, aku benar-benar sedih saat ini. Aku tidak mau kau terluka Soo-aa". Aku memeluk Jin oppa dengan erat. Dia memang bukan kakak kandungku. Tapi aku merasa dia lebih dari itu.

"Kau tau? Aku benci saat kau menangis. Tapi aku mohon. Menagislah sekarang". Jin oppa mengelus rambutku perlahan. Aku mulai menangis. Hidungku bahkan memerah sekarang.

"Oppa, kau tau. Aku sangat mencintai Namjoon, Sera berbohong. Aku tidak pernah melukainya. Dia dia menamparku".

"Mwo?". Jin oppa melepas pelukannya. Rahangnya mengeras. Bibir tebalnya sedikit bergetar. Aku tau. Dia sangat marah sekarang.

"Aku benar-benar..". Aku menangis sekarang.

"Jangan bicara lagi. Tidurlah". Jin oppa mengeratkan pelukannya dan mengelus rambutku lembut. Aku tau dia masih marah sekarang.

🍁🍁🍁

       Aku menatap jalanan dari kaca mobil Jin oppa. Aku memutuskan untuk berangkat kerja pagi ini. Meskipun Jin oppa memaksa untuk memberikanku istirahat. Tapi aku sudah cukup baik. Aku memiki tugas dan pasien yang harus aku rawat. Lagipula hari ini aku berjanji akan bertemu Lee Uisanim dan membicarakan tentang penunjukkanku. Itulah alasanku harus berangkat. Lagipula pulau Jeju bukan Indonesia atau Amerika yang harus ditempuh dengan jarak yang lama. Menurutku.

"Kau sudah memikirkannya?".

"Ne, aku terus ragu dan aku kira ini tidak akan berakhir dengan baik. Aku hanya tidak ingin mendapat beban di masa akhir aku menjabat menjadi dokter".

"Kau hanya harus mempertimbangkannya. Kau bisa melanjutkan kontrak jika kau mau". Aku memang sebentar lagi akan habis kontak dengan rumah sakitku yang sekarang. Tapi jika aku mau, aku bisa memperpanjangnya.

"Oppa, aku masih memegang mimpiku". Aku melirik Jin oppa yang tersenyum. Entah mengapa dengan gaya rambut yang menunjukkan dahinya dia lebih menawan sekarang. Aku mengaguminya hanya sebagai Oppa! Ingat. Tidak lebih.

TWO [NamjoonXJisoo] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang