Two- 4

659 97 8
                                    

🍁🍁🍁

       Rose meminjamkan piyama berwarna pinknya padaku. Warna kesukaanku tentu saja. Malam ini namjoon menyuruhku untuk menginap, selain karena paksaan Rose dan Eommonim.

"Eonnie, kau tidak apa?". Rose duduk dimeja rias. Aku memutuskan untuk tidur dengan Rose. Tenang saja. Namjoon tidur sendiri dikamar tamu selagi Sera menikmati kamarnya.

"Aku baik". Aku hanya tersenyum. Hanya itu yang bisa kulakukan.

"Bagaimana kau bisa sebaik ini eonnie, kalau aku jadi eonnie, akan kucakar Sera". Rose memamerkan kuku-kukunya yang terlihat cantik dengan posisi mencakar. Yaakk sekarang calon adik iparku ini mirip harimau. Dengan rambut bergrlombangnya.

"Rose-a, kau tau kan kalau Sera sedang sakit".

"Tapi bukan berarti dia harus bergantung pada Namjoon oppa".

Betul. Akupun berpikir begitu. Tapi tetap saja, aku tidak bisa melarang mereka dekat. Itu hak mereka.

"Aku tau oppamu bisa menjaga hatinya untukku".

Waaa sekarang aku seperti orang yang buta karena cinta.

"Namjoon oppa benar-benar sangat beruntung memilikimu, segeralah menikah eonnie, aku akan dengan senang hati membagi kamarku".

Aku kembali tersenyum. Namjoon memang sudah pernah membahas mengenai pernikahan. Tapi kami tidak benar-benar serius membahasnya. Bukan karena aku tidak mau, tapi kurasa Namjoon belum siap mengingat bisnis nya belum lama menjadi tanggung jawabnya. Tentu saja sekarang mungkin dia sedang pusing memikirkan banyak pekerjaan dikantor.

       Kebiasaan sejak aku kecil hingga saat ini sudah dewasa yang paling tidak bisa aku tinggalkan adalah meminum air putih sebelum tidur. Ini yang aku sesali, sebab bisa saja aku tidak bisa tidur karena tidak minum air putih. Aku berjalan menuruni tangga dari kamar Rose menuju dapur. Lampu menyala otomatis saat aku memasuki dapur. Kuambil segelas air dan meneguknya perlahan. Aku mengambil segelas lagi untuk kubawa kekamar. Takut tidak bisa tidur nanti malam. Langkah kakiku cepat berjalan menaiki tangga hingga tepat melewati pintu kamar tamu. Anehnya, pintu kamar tamu terbuka. Namjoon pasti lupa menutupnya. Aku berjalan mendekat pada pintu dan bermaksud untuk menutup pintunya hingga apa yang kulihat dibalik pintu benar-benar menarik semua kewarasanku. Mataku pasti adalah mata penjahat dikehidupanku sebelumnya hingga menerima sial melihat ini semua. Aku segera membekap mulutku dan berjalan menjauh tanpa meninggalkan suara. Kupercepat langkahku menuju kamar Rose dan masuk kedalam kamar mandi. Untuk apa lagi? Menangis tentu saja. Sepertinya aku memang tidak waras!.

🍁🍁🍁

       Pagi ini Namjoon mengantarku kerumah setelah sarapan. Pagi ini shift kerjaku memang baru dimulai pukul 10 pagi. Masih ada waktu untuk ikut sarapan bersama keluarga Namjoon tadi pagi. Tidak ada yang bersuara didalam mobil, Namjoon tampak fokus menyetir dan sesekali melirik dan tersenyum padaku. Sebuah pesan masuk dan buru-buru kulihat.

Rose
"Aku tau eonnie sedang tidak baik-baik saja"

"Apa maksudmu, aku baik saja anak nakal"

Rose
"Aku mendengar eonnie menangis semalam"

Hatiku rasanya kembali sakit, ingin sekali air mata yang sudah kutahan kukeluarkan dan menggenang dalam mobil. Itu tidak mungkin.

"Kau salah Rose, aku tidak menangis"

Rose
"Pagi ini bahkan kau lebih pendiam lagi, eonnie, jika ada apapun cerita padaku"

TWO [NamjoonXJisoo] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang