Two- 20

562 59 0
                                        

🍁🍁🍁

       Aku terbangun setelah kurasakan tepukan lembut di pipiku. Aku mengerjap beberapa kali untuk memastikan apa yang kulihat benar. Namjoon?.

"Namjoon-aa?". Aku bersiap bangkit untuk duduk. Tiba-tiba Namjoon memelukku erat. Tidak membiarkanku menegakkan badan. Kami setengah tertidur sekarang.

"Aku mendengar apa yang terjadi denganmu, mianhae Jisoo-aa. Aku tidak menjawab teleponmu". Aku melirik jam dimeja yang tidak jauh dariku. Yang benar saja, sudah lewat tengah malam.

"Namjoon-aa, bagaimana kau tau aku dirumah Seokjin oppa?". Aku meraih tubuh Namjoon. Ikut memeluknya.

"Kau pasti sangat ketakutan, kau pasti kecewa denganku. Mianhae Jisoo-aa".

"Apa kau datang semalam ini untuk memelukku?".

"Ani, aku ingin meminta maaf".

"Kau tidak perlu meminta maaf, kau bahkan tidak salah. Pelakunya sudah ditangkap kau tau". Namjoon masih diam dan menyembunyikan wajahnya di tengkukku.

"Aku langsung datang saat Jin-ssi meneleponku. Aku khawatir".

"Kau tidak sabar menunggu pagi hem?. Kau tidak takut ditendang Jin oppa?".

"Aku bahkan siap dipukulinya".

"Dan jika itu terjadi aku akan balas memukul Jin oppa". Aku tersenyum. Setidaknya aku tersenyum.

"Aku harus lembur karena ini adalah akhir bulan. Banyak persiapan dikantor. Aku tidak mendengar panggilanmu, aku meneleponmu kembali tapi kau tidak menjawabnya". Namjoon mengelus bahuku pelan.

"Mianhae Namjoon-aa, aku tidak tau kau meneleponku".

"Ani, aku yang salah. Jangan pernah meminta maaf". Namjoon mengeratkan pelukannya. Aku merasa lega saat ini.

"Arasseo Namjoon-aa. Aku merasa seperti detektif hari ini". Aku mulai mengelus kepala Namjoon. Namjoon bangkit duduk disampingku.

"Kau hutang penjelasan dan cerita kepadaku".

"Sekarang?". Aku menyerngitkan dahi, yang benar saja. Jika sekarang maka aku tidak akan kuat. Ini sudah malam, dan aku terlalu lelah untuk sekedar bercerita. Walaupun jujur saja aku merindukan Namjoon.

"Ani, kau harus istirahat, ceritalah besok. Aku akan mendengarkanmu". Aku menghela nafas lega. Setidaknya aku akan segera tidur.

"Kau akan menginap dirumah Jin oppa?".

"Ne, ahh tapi dia tidak mengijinkanku untuk tidur denganmu". Namjoon mengerlingkan matanya padaku. Aku terkekeh melihatnya.

"Baiklah, aku akan tidur".

"Dan aku akan menunggu diluar, jika kau butuh apapun panggil aku".

"Ne". Aku tersenyum. Membiarkan Namjoon mencium keningku sebelum bangkit dan tersenyum keluar dari kamarku, tepatnya kamar Jin oppa.

Aku menarik nafas berat. Aku benar-benar ingin marah dan kecewa. Tapi sama sekali tidak bisa. Aku penasaran. Berapa kadar sukaku pada lelaki Kim yang sudah kukenal dua tahun lalu itu? Seberapa besar aku ingin bersamanya? Seberapa besar aku mencintainya. Aku bahkan sudah gila. Aku memikirkan segala hal bodoh sekarang.

Sudah tidak terhitung berapa kali dia tidak ada ketika aku membutuhkannya. Dia akan memilih menemani Sera, aku tau Sera sakit tapi apakah Namjoon akan melakukan hal yang sama jika aku yang sakit? Ah aku benar-benar bingung, masa bodoh!, aku kembali tersenyum mengingat kebodohanku. Bukankah tidak masalah mempertahankan orang yang kita cintai. Mungkin bagiku seberapa besar rasa kecewaku tidak akan lebih besar dari rasa sukaku pada Namjoon. Aku menarik selimut dan berbaring. Aku butuh tidur sekarang. Aku sangat lelah.

TWO [NamjoonXJisoo] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang