"Arghh!" teriak Haruto yang terduduk dengan napas ngos-ngosan dan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya. Matanya menatap nanar keadaan sekitarnya.
Kepalanya menoleh ke arah TV yang berada di sebelah kanannya, masih dalam keadaan menyala. Lalu melihat jendela yang berada di hadapannya yang memperlihatkan kalau langit sudah mulai gelap dan sepertinya hujan deras.
Remaja itu lalu menarik napas dalam-dalam, berusaha menetralkan jantungnya yang masih berdegup kencang. Sampai kemudian suara password pintu apartemennya berbunyi diiringi bunyi beep dan kemudian terbuka.
"Ruto?!" panggil sebuah suara yang menyerupai suara anime kesukaannya. "Kenapa gelap begini?" tanya suara itu lagi bersamaan dengan lampu yang mulai menyala.
"Lisa Noona?" panggilnya pelan.
"Oh! Kau ada disini? Kenapa tidak menyalakan lampu?" tanya Lisa yang menoleh menatap Haruto tapi kemudian langsung berjalan ke arah dapur, menaruh dua kotak pizza berukuran besar serta tiga kantong plastik yang sepertinya berisikan cemilan dan bahan makanan.
Haruto masih menatap punggung Lisa yang sibuk mengeluarkan bahan makanan dan cemilan yang ia beli dari ruang TV. Dapur dan ruang TV di apartemen mereka memang bersebelahan. Jadi Haruto masih bisa melihat tubuh Lisa.
"Kau kenapa?" tanya Lisa menatap Haruto di pintu kaca terbuka yang memisahkan ruangan dapur dengan ruang TV.
"A-apa? Ti-tidak apa-apa kok. Kau membeli pizza rasa apa?" tanya Haruto berusaha mengalihkan tatapan menyelidik Lisa sambil berjalan menuju meja makan tempat Lisa menaruh pizza yang ia beli.
Lisa masih menatap Haruto yang baru saja melewatinya. Ia terlalu mengenal Haruto, jadi ia tahu kalau remaja yang tingginya sudah menyamai tinggi Eunwoo itu sedang merahasiakan sesuatu.
Meskipun ia gatal ingin memaksa Haruto agar bercerita padanya, Lisa memilih untuk membiarkannya untuk sekarang. Mungkin nanti saat Eunwoo sudah pulang baru akan ia tanyakan lagi supaya Haruto tidak perlu bercerita dua kali.
"Buka saja duluan. Aku mau mandi dulu," kata Lisa melangkah menuju kamar tidurnya yang berada di belakang ruang TV.
Pemudi berkaki jenjang itu mengambil baju ganti lalu kembali keluar kamar. Ia berjalan ke arah ruang mesin cuci yang berada sebelah dapur. Kemudian melangkah masuk ke kamar mandi yang berada di sebelahnya.
Lisa mengikat rambut panjangnya setelah menggantung handuk dan bajunya.
"Kau bisa melihatku kannnn~," desis seorang perempuan berwajah pucat dengan luka di kepalanya.
Si pemudi jelas dapat melihatnya, namun ia memilih tak acuh. Dengan santai ia membuka pakaiannya dan mulai masuk ke ruang shower dan menyalahkan air.
"Jangannn berpura-puraa .... Aku tahu kau bisaaa melihatkuuu~," ucap si hantu lagi yang kini sengaja menyempilkan kepalanya diantara dinding kamar mandi dan wajah Lisa.
Namun, sekeras kepalanya si hantu, Lisa jauh lebih keras kepala. Ia benar-benar tidak peduli dengan keberadaan si hantu. Sambil berusaha sebaik mungkin untuk sama sekali tidak menatap mata si hantu dan mulai menyabuni tubuhnya.
Hingga akhirnya saat ia sudah selesai membasuh tubuhnya dan mulai menyeka air di tubuhnya, si hantu yang masih mengganggunya membuatnya bergidik kedinginan karena dengan sengaja melewati tubuhnya agar Lisa menaruh perhatian padanya.
Percayalah, dilewati oleh hantu amat sangat tidak enak. Rasanya seperti disiram dengan air es secara tiba-tiba dari luar dan meminum air super dingin. Dan itulah yang saat ini dirasakan Lisa, menggigil hingga ke tulang-tulang. Mengakibatkannya tidak lagi bisa mendiamkan si hantu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Doom
Horror⚠🔞 Warning : This story contains violence, frightening materials and undesirable behaviour!! Please be wise 🔞⚠ The story of three descendant three legendary shaman from different country who have to live by theirself after an evil ghost killed the...