Taehyun berjalan hilir mudik di teras gedung forensik. Ia benar-benar gugup dan tidak tahu harus melakukan apa. Tangannya memeluk erat tas hitam berbahan kulit. Seperti takut akan ada yang mencurinya. Setelah beberapa kali menghembuskan napas dan menguatkan hati, pria itu mulai melangkah ke arah pintu masuk.
Belum sempat mendekati pintu kaca, ia kembali memutar. Tidak jadi masuk hanya karena ada dua orang yang akan keluar. Tindak-tanduknya seperti seorang penjahat yang takut ketahuan. Membuat Park Jihoon yang baru kembali dari sarapannya melihatnya dengan bingung.
Sebagai orang yang ramah, Jihoon mendekati Taehyun dengan sebelah tangannya menenteng sekantong belanjaan, titipan Somi dan Jaehyuk. "Ada yang bisa kubantu?" senyumnya yang membuat matanya menyipit.
"A ... i ... maaf. Aku wali dari Miss Lee. Katanya ... uhm maksudnya, wanita yang ditemukan di gerbong kereta," ujar Taehyun takut-takut.
"Oh kau walinya. Ayo masuk." Jihoon merangkul bahu kurus Taehyun dengan santai sambil sedikit menyeretnya memasuki gedung forensik. "Kenapa gugup begitu. Tidak ada mayat yang dipajang kok. Semuanya ada di tempat yang semestinya. Jadi tidak sesuai namanya, gedung forensik tidak semenakutkan itu. Karena itu juga makanya arsitekturnya dibuat begitu modern. Lihat aku bahkan merasa seperti ikan yang berada di aquarium," ujar Jihoon panjang lebar sambil memperlihatkan interior gedung dan dinding yang mayoritas terbuat dari kaca.
Asisten Rose itu terus mengoceh sepanjang perjalanannya hingga tiba di sebuah ruang tunggu yang berbatasan dengan kantin di lantai dasar. "Tunggu sini. Akan kupanggilkan atasanku yang bertanggung jawab."
Taehyun mengikuti permintaan Jihoon. Masih sambil memeluk erat tasnya. Sedangkan Jihoon sudah beranjak pergi menuju ruangan Miss Rose.
Di lorong sebelah ruang tunggu tempat Taehyun duduk, Jaksa Jennie sedang sibuk memperingati sepasang Kim yang mengekorinya. Sesekali kepalanya menunduk memberi salam orang yang mengenalinya.
"Ingat, kalian hanya memiliki waktu paling lama sepuluh menit. Aku akan menunggu di luar. Sudah cukup aku melihat keadaannya kemarin." Manik mata kucingnya mendelik ke arah Dua orang di belakangnya meminta jawaban.
"Tidak akan sampai sepuluh menit," ujar Lisa tersenyum polos tanpa rasa bersalah.
"Dan jangan coba-coba menyentuhnya. Kau bisa merasakannya tanpa benar-benar menyentuh kan?" Kali ini Eunwoo mengangguk mengiakan.
"Lalu, jangan mengungkap apapun. Tidak semua ...."
"Oenni tenanglah. Kami tidak akan melakukan apapun. Tidak akan berbicara bahkan memegang. Dan kami akan tepat waktu," kekeh Lisa yang merasa kalau Jennie yang dingin menjadi sangat cerewet.
Mereka sedang berada di dalam elevator ketika manik mata Lisa dan Eunwoo melihat sesosok wanita kurus yang lusuh sedang membelakangi mereka. Seakan terhipnotis, Lisa terus memandanginya hingga Eunwoo menutup matanya dengan menggunakan tangannya tanpa berkata apapun. Menghentikan kegiatan Lisa.
Tidak lama kemudian, pintu elevator terbuka dan mereka berjalan keluar, mengekori Jennie. Meskipun kakinya melangkah menjauh, Lisa masih merasa penasaran dengan hantu yang baru saja dilihatnya. Melalui sudut matanya ia kembali menatap si hantu wanita hanya untuk melihat wajahnya.
"Aku seperti pernah melihatnya," desis Lisa.
"Apa?" Eunwoo menoleh bingung ke arah Lisa.
"Tidak. Tidak apa," ujar Lisa cepat sambil terus mengekori Jennie.
"Kita sampai. Ingat sepuluh menit," peringat Jennie sebelum menyuruh Eunwoo dan Lisa masuk ke ruang jenazah yang pintunya tebal dan terbuat dari aluminium sambil sedikit mendorong punggung mereka. "Nomor Tujuh B. Kedua dari bawah, ketiga dari kiri. Ada labelnya disana. Kalian bisa mencarinya sendiri," jawab Jennie seakan mengerti arti tengokan Eunwoo sebelum ia benar-benar memasuki ruang jenazah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Doom
Horror⚠🔞 Warning : This story contains violence, frightening materials and undesirable behaviour!! Please be wise 🔞⚠ The story of three descendant three legendary shaman from different country who have to live by theirself after an evil ghost killed the...