Jennie memandang dua orang dihadapannya dari pinggir cangkirnya. Eunwoo dan Lisa, dua orang keponakan angkat sepupunya. Si pemuda masih mengenakan pakaian dinasnya, sedangkan Lisa hanya berbalut jeans dan T shirt berwarna putih dengan gambar kartun.
Saat ini, ketiganya berada di ruang rapat kantor kejaksaan. Pintu masuk pun sudah Jennie kunci dan sebelumnya juga sudah memastikan kalau tidak ada alat rekaman atau semacamnya yang dapat mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Apa kalian tegang?" tanya Jennie, menyatukan jemarinya di atas meja besar yang memisahkannya dengan Eunwoo dan Lisa.
Lisa menggeleng tidak peduli sedangkan Eunwoo hanya diam, menatap datar atas pertanyaan Jennie yang terlalu berbasa-basi.
"Apa sepupuku sudah mengatakan alasan mengapa aku ingin bertemu?"
"Oenni! Bisakah kau berhenti berbasa-basi? Haruto sebentar lagi pulang dan aku belum memasak makan siang. Lagipula hari ini aku ada shift sore," keluh Lisa yang merasa kalau Jennie sudah membuang banyak waktunya.
Mereka bertiga sudah menghabiskan waktu hampir setengah jam lamanya hanya untuk saling memandang dan mempelajari satu sama lain dalam diam. Apa masih perlu berbasa-basi? pikir Lisa.
"Bukannya kau sudah berjanji untuk tidak keluar? kau sudah meminta ijin cuti kan? Kenapa harus ke restoran?" tanya Eunwoo, menolehkan kepalanya untuk menatap Lisa dengan mata menghakimi.
"Sore ini ada yang membooking satu restoran untuk merayakan kenaikan jabatan atau semacamnya — aku lupa apa tepatnya. Mereka tidak akan sanggup melayani jika hanya bertiga."
"Tidak Lisa! Kau sudah berjan ...."
"Apa kalian tidak bisa membicarakannya saat kalian sedang berdua? Aku banyak pekerjaan," pungkas Jennie memotong perseteruan Eunwoo dan Lisa.
Lisa menatap Jennie dengan mulut membuka lebar. Bagaimana mungkin si devil di hadapannya kini menyalahkannya dan Eunwoo. Padahal tadi yang membuang waktu adalah dirinya.
"Kalian pernah dengan TellUs?" tanya Jennie yang kini akhirnya membuka berkas-berkas di atas mejanya. Ia bahkan tidak mengharapkan jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
"Kuanggap kalian tahu." Jennie melirik keduanya lalu kembali berkutat pada lembaran berkasnya.
"Apa kau pernah melihat berkas ini?" wanita itu menatap tajam ke arah Eunwoo sambil menyodorkan berkas yang berisikan printout tulisan ujaran kebencian Saori.
Si pemuda menerimanya, membacanya sekilas lalu menggeleng, "Tidak pernah. Kau sudah keburu mengambil berkasnya bahkan sebelum divisi Detektif Kim Jisoo mulai bergerak bukan?"
Jennie tersenyum miring menanggapinya lalu kembali menyodorkan berkas lainnya. Kali ini berisikan keluh kesah seorang anak remaja atas keluarganya. "Kalau yang ini?"
"Aku pernah melihatnya. Tanpa sengaja." Eunwoo lantas terdiam, menunggu apa yang akan ditanyakan oleh jaksa di hadapannya.
"Apa kau tahu kalau banyak kasus yang tidak terselesaikan sebelum kasus Sanha? Dan anehnya setiap kasus itu memiliki rekam jejak kebencian di TellUs."
"Benarkah?" Lisa membelalakkan matanya lalu menoleh ke arah Eunwoo dengan mata menyelidik.
"Kau tahu mengenai itu? Tapi tidak mengatakannya padaku? Padahal kau sudah berjanji untuk menyel ... hmmppthh." Eunwoo membekap mulut Lisa agar tidak terus mengoceh lalu kembali menoleh ke arah Jennie.
"Katakan apa yang ingin kau ketahui! Oh tidak! Maksudku, katakan apa yang kau ketahui, dan akupun akan mengatakan hasil analisisku," geram Eunwoo kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Doom
Horror⚠🔞 Warning : This story contains violence, frightening materials and undesirable behaviour!! Please be wise 🔞⚠ The story of three descendant three legendary shaman from different country who have to live by theirself after an evil ghost killed the...