11. Kitsune

516 116 11
                                    

Malam itu, Kolea Hema macet total, hingga menyebabkan beberapa kecelakaan ringan. Hal itu terjadi akibat berita yang ditayangkan di layar TV plasma besar sebagai breaking news. Seluruh stasiun TV berbondong-bondong berusaha memberitakan dan menayangkan apa yang terjadi.

Tidak hanya orang-orang di jalanan yang terkejut, mereka yang menonton siaran langsungnya di rumah dan di ponsel pun terkejut.

Kim Jisoo mengetahuinya dan meradang. Wanita cantik itu bahkan memerintahkan anak buahnya untuk mengusir reporter yang masih berusaha masuk.

"Jangan biarkan mereka mengambil gambar. Kalau perlu, rusak kamera mereka!" perintah Jisoo mutlak. "Aku yang akan bertanggung jawab nanti!" teriaknya lagi dengan mata melotot.

"Dan siapa yang menyuruh mereka merekam kejadian disini!" hardik Jisoo ketika menyadari kalau apa yang terjadi di atas panggung masih terekam dan disiarkan secara langsung.

Wanita cantik itu lantas melangkah tergesa-gesa ke salah satu kameramen yang berdiri di belakang kamera dengan mata membelalak ketakutan. Sedari awal Saori menjerit ketakutan, kameramen itu sebenarnya sudah ingin pergi. Namun saking ketakutannya, ia sama sekali tidak bisa bergerak apalagi kameranya merekam kejadian tanpa bisa ia matikan.

"Kau tidak mendengarku!" Jisoo mencengkeram kerah baju si kameramen dan menariknya membungkuk, agar bisa berhadapan dengan wajah cantiknya. "Apa begitu lucu menayangkan siaran ketika seseorang sedang merasa kesakitan? Kau punya hati nurani tidak?" jerit Jisoo semakin marah.

Detektif cantik itu benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin para pencari berita tidak mempedulikan keadaan genting yang terjadi dan malah mengeruk keuntungan dengan tayangan yang mereka bilang eksklusif.

Si kameramen ingin sekali menjawab keadaan yang sebenarnya, namun selain napasnya tercekat akibat cengkraman kuat pada kerah bajunya, lidahnya juga terasa kelu. Sehingga ia tidak bisa mengatakan apa yang terjadi, hingga Jung Chanwoo menginformasikan hal yang tidak masuk di akal Jisoo.

"Kameranya merekam sendiri. Lihat, kabelnya bahkan sudah kupotong," ucap Chanwoo yang kebingungan.

Jisoo melepas cengkramannya lalu melangkah cepat ke arah Chanwoo dan menarik kabel yang sudah terpotong itu lalu memperhatikannya. Ia kemudian berbalik ke arah kamera yang masih merekam dan mengecek kebenaran kata-kata Chanwoo.

"Sial! Pasti ada yang korslet! Cari sesuatu, tirai atau baju tebal berwarna gelap untuk menutupi lensanya! Cepat!" hardik Jisoo kepada Chanwoo yang dengan sigap langsung berlari ke arah belakang panggung untuk mengambil kain yang dimaksud.

Di sisi lain, Eunwoo yang sedang mengatur penonton untuk keluar, melihat bagaimana Lisa merengek kepada Haruto agar dibiarkan membantu Saori. Sedangkan Haruto sendiri kebingungan. Ia bisa melihat kalau adiknya sedang bimbang.

Pemuda berkulit putih itu akhirnya menghela napas panjang sebelum ia meminta Junhoe membantunya membuka jalan lalu mengurus penonton di daerahnya. Junhoe sama sekali tidak banyak tanya mengapa Eunwoo melakukannya. Ia hanya berpikir, mungkin karena ia ingin menyelamatkan kedua anggota keluarganya dari gerombolan massa karena mengenali dua orang yang diselamatkan oleh Eunwoo.

Setelahnya Junhoe dan Eunwoo berhasil membuka jalan, pemuda berkulit putih itu menyeruak ke dalam kerumunan. Sama sekali tidak peduli kalau dalam prosesnya ia menginjak kaki orang-orang egois itu.

Dengan cekatan, Eunwoo tiba di dekat Lisa dan kemudian membopong tubuh kurusnya ke pundak, seperti memanggul beras. Seharusnya ia bisa saja menuntun Lisa dan Haruto keluar tanla harus memanggul Lisa. Hanya ia merasa kalau itu cara tercepat. Lagipula nyawa Saori bisa terancam kapan saja. Secara teriakan kesakitannya semakin parah.

[Completed] The Doom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang