18. The Neighbour's Son

476 102 16
                                    

— Seven Years ago —

"Maafkan kami Nyonya. Tapi kami tidak bisa melakukan ritual seperti itu saat ini. Jadi kurasa anda salah waktu mendatangi kami." Kakek Cha berdiri di depan terasnya. Berbicara kepada beberapa orang yang berdiri di halaman rumahnya.

Di salah satu hari di bulan Mei — di saat matahari sedang terik dan udara terasa lembab — seorang wanita berusia sekitar empat puluhan yang mengaku bernama Alexa Dimitri mendatangi rumah keluarga Cha. Berdiri di sebelahnya, anak lelakinya yang berusia sekitar akhir dua puluhan.

"Tapi tuan, anakku butuh doa dan jimatmu. Kami akan membayar berapapun," mohon Mrs. Dimitri tanpa malu dengan penampilan mewahnya.

Kakek Cha lalu turun dari teras rumahnya yang dua undak lebih tinggi dari pelataran halamannya lalu berjalan mendekat ke arah para tamunya. Menyisakan jarak sekitar dua meter diantara mereka.

Manik hitamnya menelisik ke kanan Mrs. Dimitri. Tempat si anak berdiri. Tanpa diperkenalkan pun, Kakek Cha yakin jika pria berwajah masa bodoh itulah yang membutuhkan ritualnya. Sedangkan, agak jauh di belakang keduanya terdapat dua orang pria lain yang berlakaian rapih. Mungkin supir dan asisten kedua tamunya, pikir Kakek Cha.

"Maafkan aku Nyonya. Kami benar-benar tidak bisa melakukan ritual apapun selama satu bulan ini. Karena kami butuh membersihkan diri untuk melakukan ritual tahunan. Mungkin jika kau bisa kembali setelahnya, aku bisa melakukannya," ujar Kakek Cha sopan.

Si nyonya masih berusaha memohon agar Kakek Cha mau melakukan permintaannya. Namun anaknya dengan wajah kesal mulai menyeret ibunya untuk menjauh.

"Aku tidak membutuhkan ritual apapun, Mom! Mau sampai kapan kau bergantung dengan hal-hal gaib," kesal si anak sambil berlalu pergi, tapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Kakek Cha yang hanya bisa menghela napas panjang.

"Mereka kenapa, Appa?" tanya seorang wanita cantik yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Kakek Cha sambil menatap kepergian tamu tak diundang. Wanita itu adalah menantunya, ibu dari Eunwoo.

"Tidak apa, hanya orang yang meminta didoakan," jelas Kakek Cha. "Kau sedang bersiap memasak?" tanya Kakek Cha saat menyadari kalau menantunya membawa sebaskom penuh tauge.

"Hmm. Appa tidak lupa kan kalau keluarga Manoban dan Watanabe akan mulai datang hari ini?" Omma Cha berjalan menuju dipan di halamannya dan menaruh baskom taugenya berdampingan dengan baskom sayuran lainnya.

"Jadi mereka datang hari ini? Jam berapa? Apa kamar untuk mereka sudah dibersihkan?" tanya Kakek Cha bertubi-tubi yang kemudian mendapatkan pukulan sayang oleh Nenek Cha.

"Ish! Dasar tua bangka! Darimana saja? Kami bahkan sibuk sejak kemarin. Augh! Sudah sana, lebih baik kau membantu anakmu," gerutu Nenek Cha sambil mendudukkan bokongnya dan mulai menyiangi sayuran.

Hari itu, berjalan seperti biasa. Satu hal yang berbeda hanyalah, mereka kedatangan dua keluarga besar lain. Dimana kedua keluarga itu akan menginap selama sebulan untuk persiapan ritual tahunan. Hari dimana pintu antara dunia gaib dan nyata terbuka.

__________

"Onee chan, kau mau kemana?" tanya si sembilan tahun Haruto yang bergelayutan manja pada lengan Lisa enam belas tahun.

"Kau mau ke rumah tua itu lagi?" sebuah suara datar tiba-tiba ikut serta dalam pembicaraan Lisa dan Haruto. Si empunya suara adalah Eunwoo yang juga berusia enam belas tahun.

"Yup. Aku akan kesana. Kau tahu, ada anak lelaki seumuran kita disana. Eh tidak deh. Sepertinya beberapa tahun lebih tua. Tapi aku tidak tahu berapa usia sebenarnya. Karena Kim Oppa benar-benar kurus walaupun tinggi. Jadi dia terlihat seperti sepantaran dengan kita," cerita Lisa ceria. Tidak lupa senyuman riangnya yang selalu membuat siapapun ikut tersenyum saat memandangnya.

[Completed] The Doom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang