23. The Plan

405 104 3
                                    

Begitu tiba di toilet sekolahnya, Haruto tergesa-gesa menghubungi Eunwoo. Ia hampir menyerah dan semakin kalut saat panggilan ketiganya belum juga diangkat. Sehingga Haruto menarik napas panjang untuk menetralkan deru napasnya akibat gelisah. Kemudian ia membasuh wajahnya di wastafel setelah menaruh ponselnya di sisi kanannya.

Tidak lama kemudian, saat Haruto menatap wajahnya di cermin lebar yang terdapat di wastafel sambil menopang tubuhnya dengan tangan yang mencengkeram wastafel ketika ponselnya berbunyi. Eunwoo yang menghubunginya. Betapa leganya ia ketika tahu. Tanpa menunggu lama, ia mengangkatnya sambil berjalan keluar dari toilet. Tujuannya adalah halaman belakang sekolah yang selalu sepi. Apalagi jam pelajaran masih berlangsung.

Ia menceritakan mimpinya, lebih tepatnya ramalannya. Ramalan terpanjang sepanjang hidupnya. Karenanya ia begitu gelisah. Banyak yang terjadi dalam ramalannya.

"Hyung, aku memimpikan sebuah ruangan dimana terdapat jenazah yang terbungkus dan ditempeli jimat-jimat. Di dekatnya ada sebuah kertas berisi gambar Inugami.

"Kemudian scene berubah. Aku tidak yakin itu dimana tapi ... tapi Hyung dan aku terlihat sangat kesakitan. Sepertinya kita dikutuk. Namun bukan itu yang membuatku takut," keluhnya sedikit gemetar.

Eunwoo mencoba menenangkan Haruto dan menunggu remaja itu siap untuk menceritakan kelanjutannya. Sedangkan Haruto yang sudah berada di halaman sekolah sedang mencoba menetralkan kembali degup jantungnya dengan bersender di dinding gedung sekolah sambil memejamkan matanya.

"Paman Kim ... Paman Kim pingsan dengan keadaan yang sama sekali jauh dari kata baik-baik saja." Haruto diam sebentar, mendengar pertanyaan Eunwoo padanya yang kemudian dijawabnya.

"Ada Noona juga disana. Noona ... Noona menggunakan kekuatan Inugami dan Kitsune bersamaan demi kita. Sayangnya hanya itu yang kutahu. Karena scene nya kembali berubah," lirih Haruto, berjongkok memeluk lututnya menggunakan sebelah tangannya yang bebas. Wajahnya terlihat lelah dan takut tapi tetap berusaha kuat.

"Kemudian, aku melihatnya. Seorang lelaki berhadapan dengan Noona. Di dekat mereka ada sebuah mummy. Mummy yang sangat tua. Bahkan kainnya sudah sangat lusuh. Masih terdapat sisa-sisa jimat yang menempel. Tapi sudah tidak berfungsi kalau dilihat kerusakannya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di scene terakhir. Scene itu benar-benar samar. Aku bahkan tidak bisa melihat wajah Noona dengan jelas. Hanya mummy nya yang terlihat jelas. Dan waktu aku berusaha mendekati Noona dan lelaki itu, aku baru sadar kalau ada lelaki lain disana ... tapi aku malah terbangun," kesalnya karena tidak tuntas melihat ramalannya. Padahal Haruto yakin kalau scene terakhir mimpinya adalah yang paling penting.

"Aku? Aku di halaman belakang sekolah," katanya ketika ditanya ia sedang dimana oleh Eunwoo. Tangannya yang tadinya memeluk lutut kini sudah sibuk menggores-gores lantai menggunakan batu.

"Iya, masih ada pelajaran. Hmmm ... iya. Tentu aku akan masuk lagi .... Iya baiklah Hyung. Aku akan berusaha tidak memikirkannya .... Apa? Kenapa? .... Oh begitu. Baiklah. Aku akan menghubungi Noona nanti .... Iya aku akan menceritakannya pada Noona. Aku masuk kelas dulu ya." Haruto menutup ponselnya. Menarik napas panjang-panjang sebelum akhirnya bangkit berdiri dan melangkah malas ke arah kelasnya. Berharap, di ramalannya kali ini tidak ada orang yang meninggal. Karena ia tahu, luka tidak akan mungkin bisa dihindari kalau melihat apa yang telah ia ramal.

¤¤¤

Lisa menatap wajah L lamat-lamat. Membuat lelaki yang ditatapnya salah tingkah. Sesekali Lisa terlihat memiringkan kepalanya dengan kening berkerut. Kemudian ia kembali menegakkan kepalanya namun bibirnya mengerucut menggemaskan.

[Completed] The Doom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang