20. Lalisa's Curse

511 108 26
                                    

Kaki jenjang Lisa terus membawanya berlari. Melewati keramaian dengan lincah. Beberapa orang yang tertabrak sempat mengomelinya, namun tidak ada kata berhenti di benak Lisa.

Di belakangnya enam orang bodyguard sudah berpencar, mencari orang berhoodie merah maroon diantara kerumunan orang. Lisa bersyukur karena mereka berada di daerah pusat pertokoan. Setidaknya ia bisa berbaur dan menyusahkan orang-orang yang mengejarnya.

Miss Lee juga ikut berlari. Untuk ukuran wanita paruh baya, Miss Lee benar-benar memiliki stamina yang kuat. Lisa bahkan takjub. Sambil memarahi dua bodyguard yang mengejar Lisa dan menjaganya, Miss Lee terus melayangkan pandangannya ke sekitar.

Ia bahkan berkali-kali mengumpat, mengatai bodyguard-bodyguardnya tidak becus.

Lisa kelelahan. Dia bukanlah perempuan seperti pemeran-pemeran utama wanita di drama action yang begitu tangguh. Maka jangan harap dirinya mampu berlari dalam jangka waktu yang lama dan bisa bela diri. Jadi ia harus menggunakan otaknya agar bisa kabur. Manik matanya dengan cepat menyapu daerah sekitarnya.

Saat ini, dia berada di jantung kota. Pusat perbelanjaan yang dipenuhi orang berbagai usia. Ia sempat berpikir untuk bersembunyi, tetapi tidak yakin selama apa dia bisa menyembunyikan auranya. Terutama di saat ia ketakutan seperti ini. Fokusnya pasti terpecah-pecah. Maka satu-satunya cara adalah pergi sejauh mungkin dari daerah pertokoan sampai auranya tidak lagi terasa oleh Miss Lee.

Sambil terus menunduk untuk menyembunyikan wajahnya, Lisa menyelinap di antara orang yang lalu lalang.

Lisa sesekali melirik ke belakang tubuhnya, mengecek siapa yang mengikutinya. Betapa leganya saat menyadari kalau yang dekat dengan dirinya hanya si bodyguard yang tidak bisa mendeteksi auranya.

Jadi setidaknya Lisa bisa berisyirahat sejenak. Maka saat menemukan sebuah lorong yang sedikit tersembunyi, Lisa langsung menyenderkan tubuhnya. Sambil berusaha memikirkan jalan keluar. Tidak lupa berkonsentrasi penuh untuk menutup auranya.

Ia tidak mungkin berlari terus karena ia tahu kalau Ia tidak akan mampu melakukannya. Netranya menatap sekelilingnya dengan nanar. Lisa mengenal daerah ini, namun dalam ketakutan dan tergesa-gesa, ia tidak mampu membaca daerahnya dengan baik.

Begitu ia tenang dan menyadarinya, dengan cepat ia memutuskan untuk berlari ke arah timur pertokoan. Di sana terdapat stasiun bawah tanah. Masih dengan gemetar akibat terlalu gugup, ia mengangkat tangannya untuk mengecek jam. Sudah hampir pukul enam, artinya para pekerja kantoran pasti sudah mulai memadati stasiun. Dengan begitu, ia bisa menyelinap di kerumunan dan masuk ke dalam gerbong untuk melarikan diri.

Ia baru akan merencanakan kerrta mana yang akan jadi tempat pelariannya, suara-suara teriakan di dekatnya menyadarkannya kalau dirinya tidak memiliki keuntungan merencanakan segalanya. Terutama ketika suara sinis Miss Lee yang mulai memerintah agar kedua bodyguard yang menjaganya juga ikut berpencar.

Maka mau tidak mau, Lisa harus kembali berlari. Dia tidak yakin mampu menyembunyikan auranya lebih lama lagi di saat dirinya semakin gugup dan ketakutan seperti itu.

Miss Lee kehilangan jejak aura Lisa. Dan ia sangat berang. Karenanya ia memerintahkan dua bodyguard yang sejak awal lebih fokus menjaga dirinya daripada mencari si hoodie merah untuk berpencar. Begitu keduanya berlari ke arah yang berlawanan, netra Miss Lee menangkap pergerakan tiba-tiba si hoodie merah yang muncul dari balik tembok.

Dengan seringai menyeramkan, Miss Lee mengejarnya. Menggeser kasar orang-orang yang menghalanginya selagi pandangannya terkunci hanya pada si hoodie merah. Dengan gesit, wanita paruh baya itu mengikutinya.

[Completed] The Doom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang