9. A Delusional Hater

594 116 7
                                    

Dua hari sudah berlalu sejak kejadian di gedung sekolah yang tidak terpakai. Sanha sudah sadar, namun ia hanya mengingat sampai kejadian dimana ia melihat langsung keluarganya terbunuh.

Setelahnya ia sama sekali tidak mengingat apapun. Dokter menganggap kehilangan ingatannya terjadi karena shock.

Kim Jisoo dan team belum menemukan pelaku pembunuhan yang terjadi di keluarga Yoon. Awalnya mereka mencurigai pria yang ditemukan di sekolah bersama Sanha. Pria tuna wisma yang dirasuki roh jahat dan melukai Sanha serta Lisa. Namun tidak ada bukti yang menandakan kalau pria tersebut berada di daerah lingkungan keluarga Sanha.

Maka, pria itu akhirnya hanya bisa dituntut karena menculik Sanha dan melakukan penyerangan pada Lisa dan Sanha. Walaupun kenyataannya pria tuna wisma itu juga tidak melakukannya atas kemauannya, tetapi karena kerasukan roh jahat. Meskipun begitu, tidak ada yang bisa diperbuat oleh Eunwoo, Lisa, dan Haruto.

Dunia roh bukanlah sebuah dunia yang bisa dibicarakan dengan bebas kepada siapapun karena tidak semua orang bisa menerimanya.

Intinya team Jisoo untuk pertama kalinya menemukan jalan buntu dalam mengungkap kejahatan pembunuhan keluarga Yoon. Dan hal tersebut tidak membuatnya senang.

Hasilnya Jung Chanwoo dan Kim Junkyu lebih suka melewati hari-harinya jauh dari pimpinan teamnya. Bahkan Park Jihoon yang memberikan laporan hasil penelusuran SNS milik keluarga Yoon dan Sanha juga tidak luput dari bentakan Jisoo.

¤¤¤

Lisa, Eunwoo, dan Haruto membungkuk, memberikan penghormatan terakhir kepada keluarga Yoon setelah sebelumnya memanjatkan doa.

Kemudian mereka menoleh ke arah kanan dan memberi penghormatan kepada Sanha yang duduk di atas kursi roda, didampingi paman, bibi, dan sepupunya.

"Terima kasih sudah menolong Sanha," ujar Lee Hyojin — bibi Sanha — sambil menjabat tangan Lisa dan menepuk-nepuk lengannya.

"Tidak usah sungkan, Maam. Aku hanya kebetulan lewat."

"Tetap saja. Tidak semua orang yang kebetulan lewat mau membantu," bantah Bibi Lee tersenyum. Sedangkan Haruto dan Eunwoo hanya diam menatap Sanha yang sama sekali tidak bergerak dan hanya menunduk.

"Kau terlalu berlebihan, Maam. Adikku seumur Sanha. Jadi aku bergerak dengan sendirinya."

"Baiklah-baiklah. Sanha, kau mau mengantar temanmu? Kau perlu istirahat. Apalagi kau belum benar-benar pulih," tutur Bibi Lee menoleh, menatap Sanha dengan tatapan khawatir.

"Ah, benar juga. Ayo Sanha, kita ke samping." Lisa dengan cepat mengerti apa yang diinginkan Bibi Sanha. Ia yakin, Sanha sama sekali belum istirahat dengan baik. Apalagi setelah melihat keadaan tubuhnya yang seharusnya belum boleh keluar rumah sakit.

"Kau belum makan kan? Makan bersama kita ya," bujuk Lisa dengan maksa.

"Benar, Sanha belum makan sejak tiba di sini tadi pagi. Dan tentu kalian boleh membawanya," senyum Bibi Lee yang begitu senang karena ada orang yang mengerti kegusarannya.

__________

Keempatnya kini duduk di kantin rumah duka. Jauh dari ruangan tempat keluarga Yoon disemayamkan untuk sementara sebelum abu mereka dikubur di bawah pohon pemakaman keluarga Yoon.

Alasannya sederhana, karena meja tempat menjamu tamu yang memberikan penghormatan terakhir adalah meja dimana para tamu harus duduk lesehan. Sedangkan Sanha sama sekali tidak mungkin melakukannya karena ia duduk di kursi roda. Maka akhirnya mereka memilih pergi ke kantin.

Haruto duduk di samping Sanha, hadap-hadapan dengan Lisa dan Eunwoo. Makanan sudah disajikan dihadapannya, namun Sanha masih tertunduk diam tanpa sedikitpun bergerak untuk menyuap makanannya apalagi berbicara.

[Completed] The Doom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang