16. His Curse

449 105 9
                                    

"Kenapa kau melakukannya?" tanya Lisa sambil memperhatikan jalanan di depannya.

Lisa dan Eunwoo saat ini sedang berada di dalam mobil milik Paman Kim. Karena Eunwoo sedang tidak bertugas, maka ia tidak membawa pulang mobil patrolinya.

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu persis kalau semua yang terjadi itu kutukan kan? Walau memang belum tentu pemimpin perusahaan TellUs ada sangkut pautnya, tapi dengan mengatakan kalau kau tidak menemukan jejak kutukan ...." Lisa menoleh ke arah kirinya, menatap Eunwoo yang sedang menyetir disampingnya. "Dengan mengatakan itu, berarti kau berbohong kan?"

"Jennie Noona bukan shaman seperti kita dan Paman Kim. Kurasa ia sebaiknya perlu ikut campur dengan segala keanehan yang terjadi."

Lisa meniup poninya sebelum ia kembali bicara. "Tapi jika Paman Kim bahkan membuatkan janji temu dengan Jennie Oenni, seharusnya Jennie Oenni dan Paman Kim sudah tahu konsekuensinya kan."

"Kau benar. Tapi aku memutuskan untuk tidak melibatkan siapapun. Terutama mereka yang tidak memiliki kemampuan."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan setelah ini?"

"Aku tidak tahu. Jujur saja aku bingung harus memulai darimana." Eunwoo meremat setirnya. Ia saat ini kecewa berat dengan otak encernya.

"Kalau begitu, bukankah sebaiknya kita napak tilas? Kau tahu ... semua berawal dari rumahmu, bukan?" lirih Lisa nyaris berbisik.

Ia takut membuat Eunwoo kembali sedih dengan munculnya pembicaraan mengenai kejadian berdarah tujuh tahun lalu. Bukan hanya Eunwoo, tapi dirinya dan Haruto pun termasuk.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Eunwoo yya. Bukankah sudah waktunya untuk kita kembali ke rumahmu? Setidaknya menyelidiki apa yang telah terjadi tujuh tahun lalu bukan? Jika kita benar-benar ingin menemukan roh jahat tujuh tahun lalu, tentunya kita harus memulainya dari awal bukan?" pungkas Lisa. Kali ini dengan suara yang cukup kencang, setidaknya cukup untuk didengar oleh Eunwoo.

Dari sudut matanya, Lisa menyadari perubahan raut wajah Eunwoo saat ia mengatakan pendapatnya. Tangannya yang memegang setir mobil pun ikut mengerat. Seakan berusaha meredam emosi apapun yang akan meluap keluar.

Lisa membiarkannya. Ia tahu kalau Eunwoo pasti butuh waktu untuk berpikir. Karenanya pemudi itu memilih menoleh ke arah kanannya, memandangi pemandangan di luar.

¤¤¤

Jennie masih menatap tidak percaya ke arah kursi yang belum lama ini diduduki oleh dua keponakan angkat sepupunya.

"Woah? What the hell is that? Are they just ditching me?" Jennie mentertawai dirinya sendiri. Namun dengan cepat berubah menjadi kekesalan.

Wanita itu lantas bangkit berdiri dan berjalan cepat menyusuri koridor menuju ruang kantornya. Menyisakan suara-suara ketukan heels yang menggema setiap ia melangkah. Tentu saja sambil membawa kotak berisi berkas yang tadi ia perlihatkan pada Eunwoo dan Lisa.

Tepat ketika ia berada di depan pintu yang bertuliskan nama dan jabatannya, pintu itu terbuka. Song Mino terbelalak terkejut karena menemukan atasannya sudah berada di hadapannya.

"Kenapa kau terburu-buru?" selidik Jennie dengan mata memicing tajam.

"Mr. Han sudah berada di lobby. Aku akan menjemputnya, Jaksa Kim," ujar Mino yang sudah memiringkan tubuhnya agar Jennie bisa masuk ke dalam ruangannya.

"Kalau begitu tunggu apalagi? Jemput sana!" Jennie menepis tangan Mino yang sudah menjulur untuk membantunya mengangkat kotak berkas. Ia bukan wanita lemah yang perlu bantuan hanya untuk sebuah kotak berisikan kertas.

[Completed] The Doom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang