[Completed] The Doom

Epilog

Bagi Eunwoo dan Haruto, kejadian malam itu rasanya seperti mimpi. Sesaat setelah tubuh Karuma terbakar dan hancur, suara sirine mobil polisi dan ambulance mengisi keheningan malam itu secara bersahut-sahutan.

Tiba-tiba saja, orang-orang berseragam sudah memenuhi hutan di belakang rumah keluarga Kim. Lalu dengan gerak cepat juga mereka tahu-tahu sudah dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.

Tidak banyak yang keduanya ingat. Mereka hanya samar-samar menemukan Jennie di antara orang-orang berseragam itu. Lalu saat di Rumah Sakit -- entah memgapa -- team Detektif Kim Jisoo juga sibuk memantau. Padahal Rumah Sakit dan TKP berada di luar yuridiksi departemen mereka.

Beberapa hari kemudian, Eunwoo dan Haruto yang masih berada di Rumah Sakit mengetahui dari Kim Jennie dan Paman Kim -- yang sudah sadar dari komanya di malam yang sama Karuma lenyap --, kalau Kim Myungsoo ditetapkan sebagai tersangka kasus berlapis. Dari kasus pelenggelapan, penyerangan hingga pembunuhan. Namun meskipun Myungsoo dinyatakan bersalah, ia tidak dapat dipenjara karena lelaki itu kehilangan dirinya.

Ia seakan hidup tapi juga mati. Myungsoo masih mampu menggerakkan tubuhnya meskipun terbatas. Tapi ia kehilangan kemampuan untuk bicara, berpikir, dan hanya mampu memandang kosong tanpa mengingat apapun. Akhirnya ia di tempatkan di salah satu bangsal sendiri di sebuah Rumah Sakit kelainan jiwa.

Sudah sekitar satu bulan peristiwa itu terjadi. Dan Lisa masih terbaring koma di atas brangkar. Bahkan setelah Haruto sudah mampu kembali ke sekolah dan Eunwoo meminta perpanjangan cuti.

Gadis yang tertidur itu hampir mengalami kebutaan dengan dua kasus yang berbeda. Pembuluh mata kanannya pecah dan mata kirinya tertutup selaput yang dipercaya oleh dokter karena katarak. Tidak ada penjelasan lebih logis yang bisa di berikan.

"Lalisa. Apa kau tidak bosan tidur? Teman-temanmu bahkan menyempatkan datang setiap hari. Minnie selalu datang setiap shiftnya berakhir. Begitu juga dengan Sorn dan Chef Song. Hmm, mereka masih bekerja di restoran yang sama. Meskipun Kim Oppa mu bahkan tidak bisa dikatakan hidup atau mati," cerita Eunwoo sambil tersenyum manis. Jemarinya terus mengelus tangan Lisa yang tertancap jarum infus.

"Jadi, sekarang pemilik restoran itu adalah Chef Song. Ia membelinya di pelelangan. Kau tahu kan, karena Kim Oppa mu terbukti bersalah penggelapan dana, jadi hampir seluruh asetnya di lelang. Dan Chef Song memenangkan restoran itu. Kurasa, meskipun Kim Oppa mu bersalah bagi sebagian orang. Karyawan di restoran tempatmu bekerja tetap menganggap Kim Oppa mu orang baik.

"Aku mengerti sih. Bagaimanapun, Kim Oppa mu itu membantu mereka di saat tidak ada orang yang mau mengulurkan tangan mereka untuk membantu mereka. Kurasa kau benar. Seandainya Kim Oppa mu tidak dirasuki Karuma. Ia pasti dijuluki malaikat." Eunwoo terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Bisa-bisanya ia memuji orang yang kemungkinan besar akan menjadi rivalnya jika saja keadaan berbeda.

"Chef Song bahkan membawakan kreasi menu terbaru dari restoran. Katanya, pencicip pertama hasil kreasinya adalah kau. Jadi dia berharap kau akan memakannya. Apa kau mau mengecewakannya?" Eunwoo mengalihkan tatapannya yang sebelumnya terpaku pada tangan Lisa ke wajah pucat Lisa.

"Oh iya, barusan kudengar Jaksa Jennie bertengkar lagi dengan Paman Kim. Hanya karena alasan sepele. Ups, sebaiknya aku tidak mengatakan itu masalah sepele kalau tidak ingin ditempeleng oleh Jaksa Jennie," kekehnya sambil tersenyum.

"Jadi, katanya Paman Kim berjanji akan datang ke kencan buta dengan teman Jennie. Tapi ternyata Paman Kim melupakannya karena mendapat panggilan untuk mengusir hantu. Jadi Paman Kim membiarkan temannya Jaksa Jennie sendirian di tempat mereka janjian tanpa kabar. Pantas saja Jaksa Jennie mengamuk." Eunwoo meremat jemari Lisa dengan lembut. Berusaha untuk tidak menangis karena ia masih memiliki begitu banyak cerita untuk dibagi dengan Lisa.