Duapuluh

2.7K 159 1
                                    

Didepan kamar Rehan, Zaira kesusahan untuk membuka pintu kamar Rehan.

"Dek! Kamu ngapain?" tanya Kalvin yang baru saja keluar kamar.

Zaira menoleh. "Owh, ini bawain bubur buat bang Rehan. Abang bukain pintu nya, aku susah buat buka." ujar Zaira.

"Emang bang Rehan kenapa?" tanya Kalvin.

"Demam." balas Zaira.

Kalvin mengangguk. "Makasih abang." ujar mengecup pipi Kalvin lalu memasuki kamar Rehan.

Yang pertama ia lihat adalah cowok yang memejamkan matanya dengan selimut menutupi tubuhnya. Zaira pun menyimpan nampan itu dinakas.

Ia pun mengambil handuk dan mencelupkan nya lalu memerasnya sebelum ia tempelkan dikening Rehan.

Ia melakukan nya secara berulang-ulang. Hingga Rehan pun perlahan membuka matanya. Yang pertama ia lihat yaitu adiknya yang tengah memeras handuk sebelum menempelkan dikening nya.

"Dek." ujar Rehan dengan suara serak nya.

Zaira menoleh dan mendapati Rehan yang tengah menatapnya. "Abang bangun dulu, makan ya? Habis itu minum obat." ujar Zaira.

Rehan mengangguk dan mengubah posisinya menjadi duduk dibantu Zaira. "Abang makan sendiri atau gimana?" tanya Zaira.

Rehan tersenyum jail. "Suapin." ujar Rehan manja mode on.

Zaira mencibir. "Kenapa sih? Setiap orang sakit pasti manja banget." ujar Zaira sambil meniup bubur itu sebelum Rehan menyantapnya.

Rehan terkekeh, ia pun menerima suapan yang diberikan oleh Zaira.

Sepuluh menit kemudian, bubur itu sudah habis. Zaira memberikan minum dan diterima oleh Rehan.

Zaira mengambil obat penurun demam lalu ia berikan pada Rehan. Rehan menerima dan meminumnya. "Yaudah abang istirahat." ujar Zaira membantu Rehan untuk berbaring.

Zaira pun kembali mengompres Rehan. "Kamu kenapa udah pulang jam segini? Kamu bolos ya?" selidik Rehan.

Pletak

Zaira memukul lengan Rehan membuat Rehan mengelus lengan nya. "Sembarangan kalo ngomong, anak rajin gini dibilang bolos." ujar Zaira.

Rehan memutar bola matanya malas. "Terus kenapa jam segini udah pulang?" tanya Rehan.

"Guru-guru lagi pada rapat, jadi nya pulang cepet." ujar Zaira.

Rehan menatap adiknya curiga. "Kenapa sih? Abang gak percaya sama aku? Tanya aja sana sama abang kembar." ujar Zaira.

Rehan pun merentangkan tangannya bermaksud memeluk Zaira. Zaira pun memeluk Rehan dengan kepalanya berada diatas dada bidang Rehan.

Rehan mengelus rambut adiknya. "Enggak, abang percaya kok." ujar Rehan.

Zaira pun melepas pelukannya. "Yaudah abang istirahat, aku mau ke dapur." ujar Zaira membereskan mangkuk dan gelas lalu menyimpan nya diatas nampan tadi.

"Mangkanya abang jangan mikirin tugas terus, istirahat. Jadinya sakit kan?" omel Zaira.

Rehan terkekeh. "Abang cuman demam aja, nanti juga sembuh. Jangan khawatir." ujar Rehan dan dibalas anggukan oleh Zaira.

Cup!
Cup!

Zaira mencium kening dan pipi Rehan. "Get well soon brother." ujar Zaira sambil tersenyum manis lalu pergi dari kamar Rehan.

Rehan tersenyum melihat punggung adiknya yang menghilang, lalu menutup matanya karena kantuk menyerang dirinya.

***

ZAIGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang