Dua puluh empat

2.3K 143 0
                                    

Happy reading❤



Setelah pulang dari rumah Zaira. Galvin memarkirkan motornya dan memasuki rumahnya. "Assalamualaikum." ujar Galvin.

Tak ada sahutan dari dalam rumahnya. Ia acuh tak acuh dan mulai menaiki tangga menuju kamar nya.

Setiba nya dikamar, Galvin langsung menyimpan tas dan sepatunya ditempat yang telah disediakan. Ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Tak lama ia keluar dengan baju biru dongker dan celana hitam selutut. Ia duduk ditepi kasur nya sambil memegangi kepala nya yang terasa sakit.

"Please! Jangan sekarang." gumam Galvin.

Tes

Sebuah darah menetes pada sprei kasur miliknya. Langsung saja ia mengambil tissue dan mulai membersihkan darah dihidungnya. Setelah selesai ia berjalan menuju balkon kamar. Ia duduk dikursi dan mulai menatap kedepan dengan tatapan kosong.

"Gue lelah.. Gue pengen nyerah!" lesu nya. Ia menghembuskan nafasnya kasar, menyibak rambut yang menutupi dahi nya. Terlihat pandangan matanya yang menyorotkan luka.


Ia memasuki kamar nya dan membaringkan dirinya diatas kasur untuk menghilangkan rasa sakit dikepalanya. Ia kembali menatap kosong langit kamarnya dan tak lama matanya tertutup.

***

Kini Zaira sedang menonton televisi bersama keluarganya. Ia berbaring dipaha Callista yang ia gunakan sebagai bantal. Callista terus mengusap kepala putrinya dengan sayang. Rehan dan Wisnu berada yang melihat itu menggelengkan kepalanya. Sedangkan si kembar terus menonton televisi menghiraukan mereka.

"Tadi mereka temen kamu, dek?" tanya Rehan.

Zaira menatap Rehan. "Iya, kenapa emangnya?" tanya balik Zaira.

"Enggak papa."

Zaira meneruskan menonton televisi nya yang tertunda. "Mereka? Siapa bang?" tanya Kalvin.

"Setau gue temen lo cuma Kinan sama Acha, kan?" tanya Kelvin.

"Tiga cowok yang tadi dirumah." balas Rehan.

"Tiga cowok?" beo si kembar.

Zaira mengangguk. "Itu si 2R sama Galvin bang." ujar Zaira.

"2R?" beo kelimanya.

Zaira berdecak sebal dan mengubah posisi nya menjadi duduk. "Iya 2R, Rafa sama Raditya." balas Zaira.

Kening Kalvin mengerut. Ia seperti tak asing dengan nama Rafa itu. Begitu juga Kelvin.

"Rafael si ketua basket itu?" tanya Kelvin.

Zaira mengangguk. "Napa lo, suka? Jangan deh dia nya udah punya pacar." sahut Zaira memainkan ponselnya.

Kelvin menatap Zaira sinis. "Lo kira gue homo apa? Gue masih normal ya!" sinis Kelvin.

"Siapa pacar nya?" kepo Kalvin.

Zaira menatap ke arah Kalvin. "Kepo kek monyet nya dora." ujar Zaira.

ZAIGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang