❝𝐟𝐭. 𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠❞
Dara nyaris serangan jantung mendadak ketika kembali dipertemukan dengan Dirga, kakak angkatan Pramukanya semasa SMA di acara Reuni gudep. Gadis itu nyaris serangan jantung bukan karena takut bertemu lagi dengan sosok D...
"The more I try to get rid of you, the more attracted I will be to you" - Twice, TT
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tringg!
Kak Dirga |Dar, sibuk ga ?
Dara belum membaca pesan yang masuk itu, namun Ia dapat melihat isi pesan dari layar notifikasi ponselnya. Nama yang tertera di layar membuatnya bimbang ingin membuka pesan tersebut atau tidak.
Hingga semenit berselang Ia memutuskan untuk membuka pesan itu
Baru saja akan meraih ponsel yang tak jauh dari laptopnya, bermaksud membalas pesan tersebut. Ponsel miliknya tiba-tiba berdering, tanda bahwa ada sebuah panggilan masuk.
Dan orang yang baru saja mengirimkan pesan yang menelponnya. Sungguh tidak sabar sekali.
"Halo" sapa Dara terlebih dulu. "Halo, lo sibuk ga ?" tanya diseberang sana to the point.
"Kalau sibuk kenapa kalau ga sibuk kenapa ?"
"Gue serius tanya lo Adara ?" kata diseberang sana mendadak serius. Dara menghela nafasnya. "Kenapa sih!? Mau ajak makan ? Ayo gue lapar"
"Dih ngarep"
"Gue matiin kalau masih ga jelas ya" Dara mulai sedikit jengkel karena ketidakjelasan Dirga malam ini. Disisi lain dia merasa malu karena telah berharap Dirga mengajaknya keluar.
"Eh engga cantik, iya yuk makan"
"Hah!?"
"Makan, ganti baju, 10 menit lagi gue sampai"
"What!? Kak ak-"
Tutt
Tanpa menunggu lama, Dara langsung mengganti pakaiannya. Soal Dirga datang atau tidak itu urusan belakang.
.
.
.
▪ What About Us ?▪ .
.
.
Lima menit sudah Dirga menunggu dari luar pagar rumah Dara, namun gadis itu belum juga keluar rumah. Dirga membatin apakah semua perempuan seperti ini jika akan pergi dengan lelaki ?
"Klakson aja lah" baru saja Dirga akan menekan klakson mobil fortunernya, seseorang sudah lebih dulu mengetuk kaca pintu disebelahnya.
Dan itu Dara, akhirnya Dirga batal murka.
“Sorry lama” Dirga melipat kedua tangan di dadanya, pura-pura jengkel karena Dara yang sedikit lama.
“Dasar cewek, ga bisa apa siap-siap sebentar aja!?” mobil masih belum jalan, masih menunggu Dirga mengomel terlebih dulu.
“Dasar cowok, kalau gak mau nungguin cewek ya makan aja sama cowok, biar dikatain homo” sahut Dara tak kalah sarkas. Dirga lantas menoleh, Ia hendak membalas Dara. Namun penampilan gadis itu lebih menarik perhatiannya.
"Kok pendek ?"
Ucapan itu membuat Dara merasa tersindir, “Gue emang pendek"
"Rambut lo dek, baru potong ?" Dara yang menyadari Dirga tidak sedang mengejeknya pun merespon. "Oh iya, tadi sore"
“Cantik” gumam Dirga pelan, sangat pelan sampai Dara pun tidak sadar bahwa Dirga mengatakan dirinya cantik. Setelah selesai adu mulut, keduanya pun memulai perjalanan untuk mengisi perut mereka.
Sepanjang jalan Dirga benar-benar tidak fokus, penampilan gadis disampingnya malam ini sungguh membuatnya pangling. Rambut yang dulunya panjang sudah menjadi pendek, membuat Dara terlihat lebih fresh.
Bahkan sampai beberapa kali Dirga salah jalan hanya karena tidak fokus. Padahal itu jalan yang hampir dia lewati setiap hari. Waktu tempuh yang sebenarnya hanya 15 menit pun menjadi setengah jam karena Dirga.
Dasar
"Malam pak" sapa pemilik rumah makan itu pada Dara dan Dirga yang berjalan masuk kedalam tempat makan itu. Dirga lantas tersenyum lalu menyapa balik pria paruh baya itu, “Malam juga pak”
Keduanya langsung mencari tempat duduk, setelah duduk, pelayan rumah makan lantas mendatangi mereka dan memberikan daftar menu.
“Gue kwetiaw goreng, lo ?”
"gue juga deh, minumnya es jeruk" Dara menutup buku menu lalu mengambil ponselnya yang Ia letakkan diatas meja.
"Oke, kwetiaw goreng dua, es jeruk sama teh es ya pak" sang pelayan mencatat menu lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.
Dirga kini lebih leluasa menatap wajah cantik Dara, sangat cantik bahkan sampai membuat Ia tak berhenti tersenyum.
‘Gue kenapa sih’
“Lo sering makan disini kak ?”
“Biasanya kalau istirahat siang sih, tapi lebih sering sama Dinda” ini lagi satu, apa maksudnya membahasa Dinda didepan dirinya. Cemburu ? itu gila menurut saja. Hanya saja merasa manusia ini kurang kerjaan membahas pacar sendiri didepan orang yang mungkin belum lama dia kenal secara dekat.
Benar kan mereka belum kenal dekat lama ?
Bahkan mungkin belum masuk kategori kenal dekat.
"Ohh gitu" jawab Dara seadanya, bingung juga ingin merespon seperti apa.
"Jadi kangen Dinda" gumam Dirga tiba-tiba. Dalam hati yang paling dalam ingin rasanya Dara memaki lelaki didepannya ini.
Dirinya mendadak risih karena pembahasan ini
"Dinda sukanya kwetiaw rebus, ga suka dia goreng-goreng" lagi, Dirga masih membahas soal Dinda. "Dia takut gendut kalau makan goreng-goreng, terus dia bilang juga ga sehat"
Rasanya Dara ingin berteriak kalau Dinda itu lebay. Jujur saja Dara merasa tersindir karena dirinya sangat menyukai makanan yang berminyak, meski untuk soal tidak sehat Dara setuju.
“Dinda tuh-”
“Kakk!”
“Silahkan menikmati”
.
.
.
▪ What About Us ?▪ .
.
.
Jam digital di mobil Fortuner hitam milik Dirga sudah menunjukkan pukul 20:46 ketika memasuki mobil. Jadi sudah saatnya Ia mengantar gadis yang sedang bersamanya ini pulang kerumahnya.
Suasana mobil sudah tak seperti saat pergi tadi. Dara menjadi diam seribu bahasa, dan Dirga tidak tau mengapa gadis itu begitu.
“Bila masih bersama, ku tunggu kau putus”
“Lagunya bagus” Dirga memecah keheningan diantara keduanya, lebih tepatnya memancing Dara untuk berbicara. Karena bagi spesies seperti Dirga yang banyak omong sangat sulit harus diam-diaman seperti tadi.
Dara lantas menoleh pada Dirga, lalu Ia beralih pada lagu yang sedang diputar. Mendengarkan dengan seksama lagu apa yang dimaksud Dirga itu bagus.
Rasanya Dara ingin memaki mengapa harus lagu ini yang terputar.
"Hmm" Dara hanya merespon seadanya, moodnya menjadi hancur karena dari tadi Dirga terus-terusan membahas soal pacarnya.
Dinda, Dinda, dan Dinda.
Mendadak Dara ingin punya pacar juga rasanya
Tak terasa, keduanya sudah sampai didepan rumah gadis itu. Dara melepas seltbelt lalu menoleh pada Dirga sebentar, "makasih ya kak"
Satu hal yang benar-benar membekas ke Dara saat itu, ketika Dara mengucapkan terimakasih pada Dirga. Dan dengan senyum manisnya Dirga membalas,
“Lo tu udah gue anggap kayak adek gue sendiri, jadi santai aja Dar”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tbc
Oh para siderkeluarlaaahh :" Iri juga lihat komentar dilapak orang bejibun gitu hm :" Tapi gapapa, makasih udah mau baca cerita ini, jujur aku sayang banget sama ini cerita. Pokoknya sekali lagi makasih Sehat terus kalian semua❤