dua belas

623 79 2
                                        

“Nothing has changed, this is where you leave your scent
- SuperM, Wish You Were Here

“Nothing has changed, this is where you leave your scent”- SuperM, Wish You Were Here

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ra”

Dara, gadis itu menoleh ketika namanya dipanggil, Ia mendapati Vino tengah berjalan kearahnya dengan menenteng tas hitam dibahu kanannya, “Eh Vino, kenapa ?”

Sebenarnya Dara tidak terlalu kaget dengan kedatangan Vino, karena barusan dia memang melihat motor lelaki itu terparkir disalah satu kostan putra yang tidak jauh dari rumahnya.

“Ada titipan dari papa kamu”

“Papa ?”

Vino menyodorkan toples Tupperware berwarna biru laut berukuran sedang pada Dara. Gadis itu pun meraihnya lalu mengangkat toples tersebut, lalu mengadahkan kepalanya untuk melihat apa isi didalamnya.

Dara pikir isinya uang, ternyata makanan.

“Iya papa kamu, tadi beliau kesini, dan ternyata kamu enggakada dirumah” jelas Vino karena tahu Dara pasti kebingungan.

“Kok bisa ketemu kamu ?”

“Aku ketemu beliau di supermarket tadi” jelas Vino lagi. Dara lantas mengangguk-anggukan kepalanya. Dia paham sekarang.

“Vin ?”

“Hm ?”

“Sibuk ?” tanya Dara menggigit sedikit bibirnya. Vino pun menggeleng, “Enggak”

“Masuk yuk, makan bareng” ajakan Dara seketika membuat senyum Vino merekah. Tanpa menunggu lama malah dia yang mendorong Dara dengan meletakkan tanganya di bahu gadis itu untuk segera masuk ke dalam rumah.

Tentu, Vino tidak akan melewatkan satupun ajakan Dara pada dirinya. Karena baginya hal itu adalah momen yang langka.

Mungkin itu juga yang membuat dirinya susah untuk benar-benar melepas Dara. Gadis itu masih memiliki tempat tersendiri di relung hatinya.

“Vin, mau makan apa ?” 

Vino berpikir sejenak, sebenarnya ada beberapa hal yang ingin ia bicarakan dengan mantannya itu. jika Dara masak, maka mereka tidak akan fokus mengobrol, malah bisa saja berujung gosong atau apalah yang sudah-sudah. Dan jika sudah selesai makan Dara pasti akan langsung mengusir dirinya.

“Pesan aja lah ra” putusnya, “Lha ? masak ajalah vin”

“aku yang bayar” kali ini giliran Dara yang senyumnya merekah, “ya udah, aku sih yes kalau kamu yang bayar”

Dara terkekeh, gadis itu lantas mendekati Vino dan langsung duduk disebelah lelaki itu, melingkarkan lengannya di lengan Vino yang sedang menggulir layar ponsel untuk memilih makanan yang mereka berdua pesan.

“Vin, minumnya kokumi”

Vino menoleh, menyodorkan telapak tangannya tepat didepan Dara, “Duit ?”

“Dih” protes Dara secara tidak langsung yang membuat Vino terkekeh pelan. Jemari Dara perlahan menunjuk-nunjuk makanan yang ingin mereka jadikan menu makan siang. Setelah selesai, gadis itu pun melepaskan lingkaran lengannya dari lengan Vino lalu menyandarkan tubuhnya pada sofa.

“Ra”

“Iya ?”

“Kamu udah sedekat apa sama bang Dirga ?” tatapan keduanya beradu sesaat hingga Dara yang terlebih dulu memutuskan kontak mata. Gadis itu tak langsung menjawab, ia menghela nafasnya lalu memainkan kuku jari-jari tangannya. “Aku takut Vin”

Vino langsung menlock ponselnya lalu meletakkan benda pipih itu diatas meja, lengan kanan yang tadi ia gunakan untuk memegang ponsel bergerak merangkul gadis disebelahnya saat ini.

    “Kak Dirga udah punya pacar vin, aku takut bakal jatuh makin dalam sama dia”

Sudah Vino tebak, pasti hal itu yang akan diucapkan Dara. Awalnya Vino juga ingin membahas hal ini pada Dara, maka dari itu Ia memancing gadis itu terlebih dulu.

“Dari dulu, aku enggak pernah ngelarang kamu deket sama cowok apalagi pacaran ra. Tapi kalau cowok itu punya pacar, saran aku jangan”

“Aku punya prinsip ra” lanjutnya sambil masih merangkul Dara. “Apa ?”

“Selama kamu belum punya pacar, kamu itu masih tanggung jawab aku” lagi, tatapan keduanya kembali beradu tepat setelah kata-kata itu keluar. Membuat senyuman tipis sama-sama terukir di bibir Dara dan Vino.

Dan kali ini, Vino yang terlebih dulu memutus kontak mata.

“Vin, kamu tau enggak?”

“engga” jawab Vino asal, “Tai” umpat Dara kecil namun dapat terdengar jelas oleh Vino karena jarak mereka.

“Hush kasar” kesal Vino lalu mengusap wajah Dara dengan telapak tangannya yang besar itu. “Btw memang kamu mau bilang apa ?”

Dara menghela nafas sejenak, menatap Vino lalu mengalihkan pandangannya pada lukisan Perjamuan malam terakhir yang bergantung di dinding rumahnya. “ga jadi, aku lupa”

Vino pun menghela nafas kecewa. Sebenarnya dia penasaran setengah mati dengan apa yang ingin mantannya itu katakan. Namun dia mengurungkan niat untuk memaksa Dara memberitahunya. Karena dia tahu, pasti ada hal yang Dara tutupi darinya. 

Dan dia tidak berhak tahu karena dia bukan siapa-siapa lagi di hidup Dara

Dan dia tidak berhak tahu karena dia bukan siapa-siapa lagi di hidup Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

What About Us ? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang