Sesampainya di rumah sakit, para suster segera membawa Junhoe untuk memeriksanya. Sedangkan Rose dan Yoon menunggu di luar.
"Lu harus bikin Junhoe sembuh sebelum hari nikah," Ucap Yoon
Rose menatap Yoon sebentar, "Lu harus berterimakasih bang sama dia,"
"Gue bakal tetep lakuin itu, cuma.. Gue harap lo mau urus Junhoe sampe sembuh,"
Rose menghela nafasnya, "Nanti gue usaha,"
Yoon tersenyum mendengarnya. Mengusap rambut Rose, lalu membawanya ke pelukannya.
"Makasih bang, lu bener bener abang terbaik gue," Lirih Rose disela sela pelukannya.
"Sama sama, maaf ya, gue sama papah jodohin lu. Gue tau kok lu mesti kecewa. Gue tau kok lu mesti terpak.."
"Ngga! Gue ngga kecewa bang. Justru gue seneng, lu jodohin gue sama orang yang bener bener sayang sama gue tanpa pandang fisik,"
"Jangan sia sia in Junhoe ya?"
Rose mengangguk, lalu melepaskan pelukannya. Ia mengusap beberapa air mata yang sempat lolos dari matanya.
Tiba tiba ponsel Yoon berbunyi. Ia pun segera mengangkat nya.
"Halo, Gi?"
"Kamu di mana?"
"Di rumah sakit,"
"Siapa yang sakit? Kamu?"
"Junhoe,"
"Aku ke sana ya?"
"Ngga usah, gue balik sekarang aja, ada Rose yang bakal nemenin Junhoe,"
"Oke, aku tunggu,"
Yoon memutuskan sambungannya sepihak.
"Hp gue di tembak bang," ucap Rose
"Ya lu minta ke papah sana," balas Yoon.
"Gue pulang dulu ya, titip salam buat Junhoe," Yoon mengacak rambut Rose.
"Ish, iya iya," jawab Rose
Yoon melangkahkan kakinya menuju keluar rumah sakit.
"Maaf, apa anda keluarga dari pasien?"
Rose langsung berdiri.
"Iya dok. Saya calon istrinya,"
Rose menepuk mulutnya. Apa yang baru saja Rose katakan? Calon istri?
"Jadi gimana keadaan Junhoe, dok?" Tanya Rose
"Luka di punggungnya tidak terlalu parah, untung saja pelurunya masih bisa kami cabut tadi,"
Rose merasa sangat senang.
"Silahkan anda ke apotek rumah sakit untuk mengambil obat Junhoe,"
Rose membungkukkan badannya sedikit, "Terima kasih banyak dok,"
"Sama sama, saya permisi dulu,"
Dokter itu berjalan menjauh. Sedangkan Rose, merasa sangat lega. Ia segera menuju apotek, untuk mengambil obat Junhoe.
Setelah 20 menit, Rose akhirnya sudah mendapatkan obat untuk Junhoe. Ia segera menuju ruangan UGD. Ternyata Junhoe sudah dipindahkan ke ruang inap. Rose pun akhirnya melangkahkan kakinya menuju ruang inap Junhoe.
Dibukanya pintu, terlihat sosok Junhoe yang sedang duduk di ranjang tanpa menggunakan baju. Rose kembali menutup pintunya.
"Pakai bajumu Junhoe!" Pekik Rose dari luar.
"Dokter bilang lukaku masih basah, kalo sudah kering baru aku pakai baju," Seru Junhoe dari dalam.
Rose menghembuskan nafasnya. Ia pun terpaksa masuk, lalu berdiri di samping ranjang Junhoe.
"Kamu abis darimana? Mana abangmu?" Tanya Junhoe
"Dari apotek buat ambil obat kamu, bang Yoon pulang, dia titip salam ke aku buat kamu,"
Junhoe hanya ber oh ria saja.
"Ini ada salep, dioleskan setiap 6 jam sekali," Ucap Rose seraya menunjukkan salepnya.
"Serius? Tapi aku ngga bisa ngolesin nya," rengek Junhoe
Rose menghela nafas, ia tau Junhoe sedang mengkode dirinya.
"Iya, nanti aku yang ngolesin,"
Junhoe tersenyum, "Sekarang aja,"
Rose mengangguk, lalu duduk di belakang Junhoe. Rose memejamkan matanya sebentar dan menggigit bibir bawahnya. Kini, di hadapan Rose adalah punggung telanjang Junhoe.
"Rose?"
Panggilan Junhoe membuyarkan Rose.
"Ah iya? Kenapa?" Tanya Rose
"Kok belum diolesin?"
"Ini mau diolesin,"
Rose mulai mengoleskan salep pada luka Junhoe.
"Aww, " rintih Junhoe saat tak sengaja Rose mengoleskan pada bagian luka.
"Maaf, sakit ya?"
"Pelan pelan,"
Rose mengoleskan salepnya sesuai perintah Junhoe.
"Udah,"
Rose turun dari ranjang Junhoe.
"Makasih," Ucap Junhoe.
"Makan ya?"
Junhoe mengangguk, lalu menyerahkan sepiring nasi ke Junhoe.
"Rose," lirih Junhoe
Rose menghela nafasnya, ia tau Junhoe. Rose mengambil piring di tangan Junhoe lalu mulai menyuapinya. Junhoe yang melihatnya tersenyum lalu membuka mulutnya.
"Kalo mau disuapin bilang, jangan ngode ngode ga jelas. Untung aku peka," Cibir Rose
Junhoe terkekeh pelan, "Iya maaf,"
"Kamu udah bilang ke bunda kamu? Hari ini kan harusnya aku ke rumah kamu,"
"Belum, aku telfon sekarang,"
Junhoe mengambil ponselnya, membukanya, lalu meletakkan ponselnya di telinganya.
"Halo, bun," Ucap Junhoe
"..."
"Aku di rumah sakit bun, Rose yang nemenin aku,"
"...."
"Nanti aku ceritain, katanya bunda pengin ketemu Rose? Yaudah ke sini,"
"..."
"Yaudah, hati hati,"
Junhoe mematikan sambungannya sepihak.
"Bunda mau ke sini," Ucap Junhoe
"Yaudah, aku pulang ya?"
Junhoe terdiam.
"Ngga kok, aku bercanda," Rose terkekeh pelan.
Junhoe tersenyum, "Aku udah deg deg an nih,"
Rose tertawa lepas. Junhoe yang melihatnya pun ikut tertawa. Rasanya sangat bahagia melihat Rose tertawa.
Terima kasih, Tuhan, gumam Junhoe
🍀🍀🍀
Vote, comment, dan follow bosquh:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget [Junros]✔
RomanceKetika Rose tidak tahu bahwa June dan Junhoe orang yang sama. *Ceritaku lain. Aku menampilkan pemeran utamanya di tengah tengah cerita. Sehingga ketika kalian baca dari tengah, tidak akan masuk akal. The best rank : #1 - yoon #1 - hoony #1 - ygfamil...