Penjaga baru

62 27 1
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.Vallen masih saja terbaring di ranjang dengan tangan yang sesekali mengetik pesan.Dia mencoba menghubungi Farel namun lagi-lagi hp nya tak aktif.Akhirnya dia mengirimkan pesan mengatakan kalau dirinya sakit.

Terasa aneh memang.Dulu saja dia menolak semua perhatiaan Farel.Giliran Farel menjauh,dia kalang kabut sendiri. Dasar Vallen,otaknya mulai geser kali ya gara-gara sakit.

Vallen membuang nafas kasar.Perasaannya entah kenapa menjadi seperti ini.Rasa rindu itu tiba-tiba menyusup di sudut hatinya.Meski tak terlalu besar tapi cukup membuat Vallen sesak napas.

Ceklek...

Pintu kamar Vallen tiba-tiba terbuka lebar.Reflek Vallen mendongakkan kepala dan melihat Febi disertai Eza di belakangnya.Febi tergegas menghampirinya dan langsung memeluk Vallen erat.

"Lo gak pa-pa kan?"tanya Febi begitu melepaskan pelukannya.

"Gue baik kok,"jawab Vallen sambil tersenyum lebar.

"Gue khawatir."Febi menarik kembali Vallen dalam pelukannya.Dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan sahabatnya.

"Gue baik-baik saja kok.Lo nggak perlu secemas ini."Vallen mengusap punggung Febi untuk memberinya ketenangan.

"Tapi gue gak mau sampai kejadian dulu...."

"Gue gak bakal kenapa-napa.ok...Gue janji,"kata Vallen menenangkan.Vallen tahu kalau Febi punya trauma jika melihat orang di dekatnya sakit.Dulu dia mempunyai sahabat yang sakit parah.Setiap hari dia datang menjenguk dan selalu memberikan sahabatnya semangat.Tapi apa daya maut tak bisa dihindari.Sahabatnya menghembuskan napas terakhir tepat di depan matanya.

Sampai sekarang trauma itu belum juga bisa dia hilangkan.Febi akan panik dan menangis jika melihat orang disekitarnya sakit.

"Udah jangan nangis lagi."Eza mengelus rambut Febi yang masih ada dalam pelukan Vallen.

"Gu..gue ta...kut bang,"rengek Febi masih sesenggukan.

"Lo tenang saja.Abang bakal jagain Vallen dan memastikan dia bakal baik-baik saja."

Vallen tersentak mendengar perkataan Eza.Beberapa detik pandangan mereka bertemu.Vallen mencoba mencari kebohongan dalam ucapan Eza,namun sayang yang ditemukan malah kesungguhan.

"Gue janji."Eza berkata sambil tersenyum ke arah Vallen.

Vallen membalas senyum itu."Terima kasih,"ucapnya lirih.

😙😙😙

"Udah bang,"kata Vallen sambil menggelengkan kepala.

"Satu kali lagi."Eza mendekatkan satu sendok nasi di depan mulut Vallen.

Vallen hanya bisa pasrah.Dia membuka lagi mulutnya meski perutnya terasa kenyang.

"Minum dulu."Dengan cekatan Eza membantu Vallen minum dilanjutkan minum obat.

"Terima kasih bang."Vallen tersenyum lebar.Senang rasanya mendapat perhatiaan dari Eza yang notabenya kakak kandung Febi.

Eza benar-benar memenuhi janjinya pada Vallen dan Febi.Dia serius untuk menjaga Vallen dan memastikan keadaannya baik-baik saja.Sedikit banyak dia mulai mendekat ke arah Vallen,menghapus sikap dingin yang biasa dia tampakkan di depan orang lain.Vallen merasa senang dengan perubahan itu tapi masih ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

"Bang,"panggil Vallen ragu.

"Heem."

"Kalau berat gak usah,"kata Vallen ambigu.

Eza mengerutkan kening tak mengerti,"Maksudnya?"

"Abang jangan terlalu terbebani dengan janji Abang kemarin.Gue bisa kok jadi diri sendiri.Abang boleh pergi jika Abang mau.Gue janji bakal baik-baik saja demi Febi."Vellyn mencoba tersenyum lebar meski matanya menatap sendu Eza.

Eza menggeleng pelan."Gue gak bakal kemana-mana.Gue bakal tetap di sini buat jagain lo,"kata Eza sambil menatap manik mata Vallen sedih.

"Tapi..."

"Atau lo merasa gak nyaman dengan adanya gue di sini?Lo mau gue pergi?"potong Eza sedih.

Vallen cepat-cepat menggelengkan kepala."Bukan seperti itu.Gu...gue cuma takut Abang terbebani dengan ini semua.Gue gak mau Abang terpaksa...."

"Gue gak terpaksa!"potong Eza dengan sedikit nada tinggi."Dengar gue."Eza menarik dagu Vallen."Gue lakuin ini karena kemauan gue sendiri.Gak ada paksaan dari siapa pun termasuk Febi sekalipun.Gue merasa nyaman ada di dekat lo dan gue harap lo pun sama.

😄😄😄
Cuit...cuit...
Vote and coment masih ditunggu lo guys

PLEASE,MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang