Bang Eza

109 51 10
                                    

"Duar!"

Vallen terlonjak kaget mendengar teriakkan itu."Lo gila ya?"Vallen melotot sambil memegang dadanya yang berdetak hebat.

"He he pis."Febi mengacungkan jari telunjuk dan tengah sebagai tanda perdamaian.

Vallen mendengus kesal,kembali melanjutkan kerjaan yang sempat tertunda karena ulah sahabatnya.Febi sahabat kedua yang Vallen miliki.Febi memiliki tubuh kecil dan sedikit pendek.Kulitnya putih dan bermata sipit khas orang cina,yang dia dapatkan dari bokapnya yang asli cina dan nyokapnya asli jawa.Pembawaannya yang manja, riang dan cerewet membuat Vallen lebih cepat akrab dengannya.Vallen merasa menemukan sosok adik dalam diri Febi.

"Gue tadi sempat dengar anak-anak gosipin Abang Eza,"kata Febi sengaja memancing Vallen.

Deg...Vallen merasa tak enak begitu nama Bang Eza disebut."Dengar apa?"tanya Vallen masih menghindari bertatapan dengan Febi.Dia menunduk pura-pura fokus kerja padahal hatinya sudah was-was.

"Anak-anak bilang,tadi Bang Eza boncengan sama Cewek."

"O...ya?"Vallen pura-pura tak acuh.

Terdengar Febi mendengus kesal,"Lo gak mau tahu siapa ceweknya?"

"Emang lo tahu?"tanya Vallen sambil mengusap keringat dingin yang mulai muncul di dahinya.

"Kata anak-anak sih ceweknya....e...."Febi sengaja mengulur-ulur waktu.

"Si...siapa?"tanya Vallen gugup.

"Ceweknya dekil,pendek,gendut,rambutnya kusam dan yang menyeramkan mukanya penuh jerawat,"kata Febi menggebu-gebu.

Vallen melotot mendengar penuturan Febi."Sialan,"desis Vallen tak terima.

"Kenapa lo?"tanya Febi sambil cekikikan.

"Gak!"jawab Vallen ketus.

"Ya udah ya,gue mau lanjut kerja.Bye..."

Vallen melirik Febi yang mulai bangkit dari kursinya.Terlihat jelas Febi sedang menahan tawanya.Muka Vallen memerah,malu karena sadar Febi sudah tahu semuanya.

"HUAHAHA..."

Terdengar tawa Febi menggelegar begitu dia menutup ruangan.Vallen menutup mukanya yang semakin memerah.Merutuki nasibnya yang lagi-lagi sial.

😂😂😂

"Ayo pulang Ka...kak!"ajak Febi yang sengaja menekan kata Kaka buat menggoda Vallen.

Vallen merengut kesal mendengar itu.Dia mengambil tas dan melenggang begitu saja tanpa menghiraukan Febi.

"Tungguin gue."Febi berlari kecil menyusul Vallen yang sudah melangkah jauh di depannya.

"Cemberut mulu tu bibir,"celetuk Febi begitu berhasil mensejajarkan langkah Vallen.

"Sebel gue sama lo."

"Salah gue apa?tanya Febi polos.

"Banyak."

"Masak?Gue ngerasa gak ada salah sama sekali tu."

Vallen mendengus kesal,"Hello,lo gak inget ya berapa kali gue tadi kena semprot gara-gara berkas gue salah mulu."

"Lho itu kan salah lo yang salah masukin data,kenapa jadi gue yang disalahin."

"Iya,gara-gara lo yang terus ledekin gue jadi kan gue gak bisa konsen."

"O...gak konsen ya?"tanya Febi kembali memasang senyum jahil.

"STOP!!"Vallen menatap tajam Febi.

"Iya iya maaf."

Mereka berdua berjalan beriringan keluar perusahaan.Tangan Febi merangkul erat lengan Vallen.Selalu saja begitu,seolah takut kalau Vallen bakal meninggalkannya.

"Dek!"panggil seseorang begitu mereka keluar.

Mereka menoleh dan mendapati Eza berdiri di samping motornya.

"Ngapain jemput gue?Kan udah gue bilang kalau gue bareng Vallen,"tanya Febi heran.

"Siapa juga yang mau jemput lo,"jawab Eza cuek.

"Lha trus?"

Eza tersenyum kikuk,"Hhe...gu...gue mau jemput Va..Valen."

"Ha?"teriak Vallen dan Febi bebarengan.

"Kenapa?Gak boleh?"tanya Eza kesal begitu mendapat respon dari mereka.

"Bu...bukannya begitu,ta...tapi..."

"Ck...lama."Eza menarik Vallen begitu saja tanpa memberikan waktu untuk protes.

"Naik!"Perintah Eza tak bisa dibantah.

Vallen mendengus kesal namun dia tak bisa menolak keinginan Eza.Dia sudah terlanjur berjanji tadi pagi untuk menemani Eza ke mall.

"Pegangan!"

"Iya."Dengan sangat terpaksa Vallen mendaratkan tangannya di bahu Eza.

"Lo pikir gue ojek?"Sindir Eza.

"Lha terus?"

"Sini tangan lo."

Vallen menahan napas begitu dengan santainya Eza melingkarkan tangannya di pinggang Eza.

"Bang,"cicit Vallen yang merasakan detak jantungnya tak karuan.

"Jangan dilepas!"Eza memperingatkan.

"Tap...tapi."

"Gak ada tapi-tapian!"

Eza tersenyum begitu Vallen diam.Eza mulai menstater motor dan bersiap pulang.Sebelum menarik gas,Eza menoleh ke arah Febi,adiknya."Lo pulang naik angkot dulu ya dek,gue mau anter Vallen."

Febi tak merespon,dia hanya melongo takjub melihat interaksi merek berdua.Eza yang dingin telah mencair.

☺☺☺
Pegangan yang erat ya Vallen.wkwk...
Lanjut gak nih?vote and coment dulu dong


PLEASE,MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang