TELAT

43 13 1
                                    

"FAREL!"Vallen terlonjak dari tidurnya sambil berteriak keras.Dia mengusap mukanya kasar sambil mencoba mengatur nafasnya yang memburu.Mimpi itu terasa begitu nyata.Ada rasa senang yang membuncah namun tiba-tiba menghilang begitu saja.

Ternyata semua tadi hanya mimpi.Vallen tersenyum miris begitu menyadarinya.Entah sudah berapa lama Farel tak menemuinya,Vallen sampai lupa untuk menghitungnya.Yang jelas sanggup untuk membuat Vallen mengucapkan "KANGEN".

Lucu memang tapi memang itu yang dirasakan oleh Vallen.Vallen rindu perhatian Farel.Valen juga rindu gombalan receh dia.Yach... meskipun sering buat sebel sih tapi tanpa Farel hidup Vallen terasa sepi.

"Kemana sih kamu?"tanpa sadar Vallen menggunakan kata kamu untuk menyebut Farel.

"Aku ada di sini,"sahut Thea sambil terkekeh geli.

Vallen menoleh dan menemukan Thea berdiri di depan pintu kamarnya."Apa lo!"Vallen mendengus kesal.

"Cie...ada yang lagi galau ni,"goda Thea yang membuat wajah Vallen memerah karena malu.

"Apa sih."Vallen memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Siapa sih pangeran berkuda itu?"

"Lo pikir ini dongeng."

"Ya siapa tahu memang masih ada pangeran di kota ini.Tubuhnya gagah,wajahnya rupawan,senyumnya melelehkan hati.Uh...apalagi naik kuda...eh...jangan kuda deh naik mobil sport biar tambah keren terus...."

"Halu aja terus,"potong Vallen cepat.

"Biarin,gak dilarang ini."

"Gue yang larang."

"Idih...apa hak lo?"

"Terima kenyataan kakak.Nyatanya satu babu pun gak ada yang nyantol sama lo,"ledek Vallen sambil menahan tawa melihat muka shok Thea.

"Vallen ih.."Thea mendengus kesal."Lo ngerusak imajinasi gue tahu gak."

"Bodo amat,"jawab Vallen sambil menjulurkan lidahnya.

"Lo emang nyebelin ya."

"Tu tahu."

"Udahlah,gue mau kerja."Thea menghentakkan kakinya kesal.Dia berbalik segera meninggalkan Vallen.

"Jam berapa sih ini?"Vallen mengambil hp di atas nakas.Matanya terbelalak kaget melihat angka 07.50.

"AH....GUE TELAT!!!"

😀😀😀

"Gila lo!jam berapa ini?"pekik Febi sambil menatap horor pada Vallen.

"Huh...gue kesiangan,"jawab Vallen sambil mengatur nafasnya yang memburu.Lelah,itu yang bisa mendiskripsikan keadaan Vallen saat ini.Bagaimana tidak,dia jalan kaki dari rumah kontrakan ke kantor.Meskipun tak terlalu jauh sih tapi tetap saja rasanya capek karena dilalui sambil setengah berlari.

"Bagi minum dong."tanpa babibu Vallen meraih es teh Febi dan meminumnya dalam sekali tenggak.

"Yah, es teh gue."Rengek Febi yang melihat es tehnya habis tak tersisa.

"Hehe...abis."Vallen mengembalikan gelas cup kosong di meja Febi.

"Lo tu ya."Febi membuang gelas cup itu kasar.Bibirnya mengerucut,kesal dengan Vallen yang asal comot saja.

"Ya elah,gitu aja ngambek.Ntar istirahat gue beliin 2 gelas es teh buat lo."

"Gak butuh,"jawab Febi kesal.

"Pizza?"

"Gak."

"Martabak manis?"

"Gak."

"Soto?"

"Gak."

"Pecel?"

"Gak."

"Gorengan?"

"Gak."

"Permen?"

"Enggak!!"Febi menghentakkan kakinya kesal.Vallen sialan...bagaimana bisa penawarannya semakin menurun.

"Ya udah kalau gak mau diganti es tehnya.Makasih ya Febi sayangku.haha...."Vallen lari terbirit-birit menuju mejanya sebelum mendapat amukan Febi.

"Vallen sialan!!"teriak Febi kesal.

Pluk...

"Aw...."sebuah gulungan kertas mendarat di kepala Febi.Febi bangkit dari kursinya dan melongok ke kubikel belakangnya.

"Apaan sih lo!"Febi melotot pada Bagas.

"Berisik!,"sentak Bagas balik memelototi Febi.

Nyali Febi menciut seketika.Febi menundukkan kepala sambil menggigit bibir bawahnya.Entah kenapa,dia ingin menangis saat ini.

"Lo kenapa?"tanya Bagas melembutkan suaranya.Ada nada khawatir melihat Febi yang terdiam sambil menunduk.

Febi tak menjawab.Dia kembali duduk di kursinya dengan lemah.Kepalanya ditelungkupkan di atas meja dengan lengan sebagai bantalannya.

"Hiks..."Isakan kecil lolos begitu saja dari bibir Febi.

Bagas yang mendengarnya seketika dibuat panik.Bergegas dia menghampiri kubikel Febi."Eh...jangan nangis dong,"pinta Bagas sambil mengusap kepala Febi lembut.

"Hua...lo jahat."Bukannya berhenti,tangis Febi malah semakin keras.

Seketika semua pandangan mengarah pada Bagas dan Febi.

"Lo apain anak orang Gas?"tanya rekan kerja Bagas sambil terkekeh geli.

"Kalau gak mau jangan dipaksa Gas,"celutuk yang lainnya.

"Jangan main kasarlah Gas.Anak polos gitu jadi ketakutan kan?"

Dan masih banyak lagi celutukan anak-anak yang lain.Sial....gara-gara Febi,Bagas harus menahan rasa malu.

"Berhenti dong Feb nangisnya.Malu itu dilihatin banyak orang."

"Biarin.hua....hua...."

Bagas menggaruk tengkuknya,bingung bagaimana cara menghentikan tangis Febi.

Kling(anggap aja bunyi wa masuk)

Bagas merogoh saku celananya dan mengecek hp.Satu WA masuk dari Vallen.

"Ajak dia ke pasar malam.Dijamin tangis Febi berhenti."

Bagas melihat ke arah kubikel Vallen.Vallen tersenyum lebar sambil mengangguk mantap.Seakan tertular,Bagaspun mengangguk mengiyakan.

Bagas sedikit menundukkan kepalanya,hingga bibirnya tepat di telinga Febi.

"Ayo kita kencan,"ajak Bagas lirih namun masih cukup jelas didengar Febi.

Seketika tangis Febi berhenti dengan tubuh yang menegang.Bagas mengelus punggung Febi lembut mencoba untuk merilekannya.

"Kita ke pasar malam,mau?"tanya Bagas yang dijawab anggukan semangat dari Febi.

"Anak pinter.Cuci muka dulu gih,kasian wajah cantiknya luntur."

"Gue masih cantik ya."protes Febi tak terima.

"Iya...iya."pasrah Bagas yang tak ingin Febi menangis lagi."Tapi tetep cuci muka dulu."

"Malu,"rengek Febi dengan suara serak.

"Haha....tadi aja gak malu waktu nangis."

"Ih...nyebelin."

"Haha...iya..iya.Ayo gue antar."

😂😂😂

Hello semuanya....semoga masih setia ya nunggu kelanjutan cerita ini.Kritik dan saran masih ditunggu lo.Jangan lupa juga vote ya.😊😊😊

PLEASE,MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang