NGOMEL

19 1 0
                                    

"Kok Abang di sini?"tanya Vallen begitu pasangan absurd itu pergi.

"Emang gak boleh?"tanya Eza balik.

"Boleh aja sih tapi aneh aja.Emang situ gak kerja?Perusahaan lo kan jauh dari sini?"

"Gue bolos,"jawab Eza dengan santainya.

"APAA!"Vallen ngegas.

"Ckk...pelanin tu suara,"protes Eza yang tak enak karena teriakkan Valllen membuat orang sekitar menatapnya aneh.

"Hehe...ya maaf.Kaget aja gue denger lo bolos kerja.Emang udah banyak duit lo sekarang?"tanya Vallen meremehkan.

"Kan gara-gara lo nih gue bolos,"jawab Eza bersungut-sungut.

"Lah kenapa jadi gue yang disalahin?"protes Vallen tak terima.

Eza mendengus kesal kemudian menarik bahu Vallen sehingga membuat tubuh mereka saling berhadapan.

"Sekarang gue tanya.Ngapain lo di sini?lo bikin gue jantungan tahu nggak?"

"Ya kerjalah,"jawab Vallen agak bingung dengan perkataan Eza.

"Lo tu gak sadar ya kalau lo tu masih pucat.Gimana nanti kalau pingsan lagi.Mau gue bawa ke RS trus lo bakal di suntik.Sekalian tu pakai jarum yang gede biar lo kapok trus...."

"GAK MAU!"potong Vallen cepat.

"Makanya jangan bandel jadi bocah."

"Gue kan cuma babu.Mana bisa enak-enakan dikosan aja.Gue juga butuh uang kali ntar kalau gue dipecat gara-gara sering absen gimana?"

"Ya cari kerja lagi."

Vallen melotot tajam."Lo pikir cari kerjaan gampang?"

"Gampang,itu bisa diatur.Yang terpenting saat ini ayo kita pulang biar lo bisa istirahat."

"Gak mau!Gue mau kerja!"

"Tapi lo masih sakit Vallen.Gimana nanti kalau lo kenapa-napa?bla....bla....bla...."

Dan serentetan kalimat mengalir deras dari mulut Eza.
Waduh,Mak Eza mulai ngomel nih.Jangan tanya lagi seberapa berisiknya Eza kalau lagi ngomel,ngalahin nyokap di kampung tahu nggak.Nyokap aja paling kalau ngomel cuma beberapa menit udah selesai,lha ini masih belum ada tanda-tanda Eza mau berhenti ngoceh.

Mana bentar lagi udah waktunya masuk kerja lagi.Alamat telat kalau harus meladeni Eza ngoceh ngalor ngidul seperti ini.

"STOP!"Vallen mendelikkan matanya kesal."Simpan omelan lo buat nanti.Sekarang gue harus masuk.Bye."

Tanpa menunggu protesan Eza,Vallen bergegas masuk ke perusahaan.Biarlah dilanjut nanti karena untuk saat ini dia harus banting tulang untuk hidup yang serba bayar ini.

😂😂😂

"Nih buat lo."Febi meletakkan sekotak makanan diatas meja Vallen.

Vallen mengerutkan kening."Gue kan nggak pesen?"

"Itu gratis."

"Woah...dua rius?"tanya Vallen setengah tak percaya Febi mentraktirnya disaat tanggal tua seperti ini.

"Heem."

"Thanks ya,lo emang sahabat terbaikkk.Tahu aja lo kalau gue lagi bokek."

"Tapi sorry bukan dari gue tu,"jawab Febi dengan wajah datar.Masih kesel kali dengan kejadian tadi pagi.

"Lha terus dari siapa?"

"Mana gue tahu."Febi melenggang begitu saja meninggalkan Vallen.Bodo amat dengan apa yang sedang dipikirkan Vallen saat ini.Dia masih kesel dengan Vallen ditambah lagi tak ada kata maaf yang meluncur dari mulutnya.Ih...nyebelin pokoknya.

"Feb,lo dapat ini dari siapa?"teriak Vallen saat tangan Febi akan menarik knop pintu.

"Ojol."

Setelah itu pintu terbuka lalu menutup lagi.Febi pergi tanpa kata.

"Dasar ngambekan."

💓💓💓

PLEASE,MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang