Day 1 : Welcome To The Jungle

4.1K 555 69
                                    

Hari pertama tiba.

Tepat pukul 8 pagi, ketigabelas mahasiswa dari dua universitas berbeda tersebut berkumpul di halaman rektorat Universitas A. Mereka diarahkan naik bus dengan diiringi mobil bak terbuka lain yang mengikuti.

Perjalanan sejauh 4 jam mereka tempuh kea rah selatan, melewati Gunung Tangkuban parahu dari arah Bandung—tempat kampus mereka berada.

Semakin lama, jalanan beraspal yang luas semakin menyempit. Dari bangunan megah dan tinggi khas Kota Bandung, perlahan berubah menjadi bangunan yang semakin sederhana, lalu berganti dengan beragam tanaman, gunung, sungai, bahkan mereka kini tengah melewati perkebunan teh.

Dari Gunung tangkuban perahu, mereka naik semakin ke dalam gunung, terus masuk sampai tiba saatnya mereka tidak bisa masuk dengan kases mobil Bus yang terlalu besar dan beresiko. Jadinya, mereka turun di perbatasan gapura kampong yang kanan kirinya sejauh 1 km hanya ada perkebunan teh dan beberapa tenda warung kecil.

"Anjir, kita mau dibawa kemana sih?" selidik Rendy menoleh kanan – kiri, yang dilihatnya hanya kebun teh, dan kebun biasa.

"Ini gue daftar buat program pengabdian loh, buat Menuhin standar international akreditasi kampus. Bukan daftar buat jadi bolang di Trans7," seloroh Kalla.

Mereka semua bertigabelas turun dari bus dengan menggendong tas gunung masing – masing. Hanya membawa pakaian saja, sisanya mereka percayakan pada mobil bak terbuka yang menganguk beberapa barang yang akan mereka perlukan dan sekiranya tak ada di rumah sindang nanti. Ah, kecuali Joy yang niat membawa sebuah koper besar dengan satu tas gendong kecil. Dia tak ragu meminta Reno atau Hoshi membawakan kopernya. Kedua lelaki itu mau tak mau menurut karena Joy malah mengadu pada Juan saat tak dituruti.

"Neng, Akang, dari sini kita naik mobil disana ya."

Salah seorang—entah siapa—tapi mereka semua meyakini kalau si Bapak merupakan warga desa sana yang ditugaskan kampus untuk membantu mereka.

Setelah berpamitan pada supir bus dan seorang dosen yang hanya mengantar mereka sampai sana, mereka pun naik ke mobil bak terbuka lain. Jika yang satunya berisi barang, maka yang satunya berisi mereka semua bertigabelas.

Cukup repot karena jalan belum sepenuhnya beraspal, banyak bantu dan kerikil di sepanjang jalan. Belum lagi kalau ada ranting jatuh.

Sepanjang jalan itu, mereka melihat domba, kambing, ayam, kerbau, bahkan sapi dan beberapa monyet bergelantunga.

"Anjir berasa lagi safari gue" cengir Rendy, Hoshi, Kalla dan Dania ikut heboh melempar beberapa makanan yang mereka punya untuk hewan – hewan di sana.

"Jangan dipancing, nanti kalau mereka ikut naik mobil kalian juga yang takut," nasihat Dirga melihat Hoshi berniat memancing seekor monyet dengan buah pisang yang kebetulan sekali dia bawa dari kostannya.

Dan, benar saja. Hoshi yang bandel keukeuh memancing seekor monyet kecil, sampai monyet tersbeut berlari dari dahan ke dahan dan masuk ke dalam mobil bak. Semua orang berteriak panik. Joy dan Yerin berlari ke ujung kepala mobil.

"AAAA MONYETNYA NAIK MOBIL!" teriak Rendy panic.

"MONYET! MONYET! MONYET!"

Hoshi dengan ketakutan melempar pisang yang sudah direbut si monyet, sialnya pisang tersebut terlempar entah kemana. Karena lelaki itu malah menutup mata dan memeluk Danila yang juga panic bergerak ke ujung mobil.

"AAHH ELU SIH NGAPAIN DIKASIH MAKAN MONYETNYA!" panik Joy merah padam karena marah dan takut. Yerin sudah hendak menangis. "Kalo digigit gimanaa Hueeee."

Wendy mencoba tenang menghalau dengan tasnya, semua orang beringsut ke arah kepala mobil saling memeluk. Bahkan Rama yang tak banyak bicara, dan selalu tenang terlihat terkejut memegang tangan Reno yang tak kalah kaget. Pun begitu Kalla, Lino, Juan, Dirga, mundur sampai mentok kepala mobil.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang