Pertemuan 1

2.1K 96 2
                                    

Bismillahirrahmaanirrohim...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat berjumpa lagi di cerita baru saya. Semoga terhibur dan bermanfaat!!😀🌻
_____________________________________

Suasana rumah sakit begitu mencekam bagi seorang wanita yang gelisah menunggu hasil pemeriksaan dokter yang menangani kondisi suaminya. Kecemasan begitu nampak di wajahnya. Tak ada yang menemaninya di lorong ruang tunggu IGD.

Air mata mulai membasahi pipinya. Sambil berdoa dia terus melihat ke arah pintu ruang penanganan. Hidup suaminya kini sedang dipertaruhkan.

"Ya Allah...kuatkanlah suamiku. Beri dia kesembuhan atas luka-lukanya!"

"Maaf!"

Tiba-tiba seorang pria dengan setelan dokter mendekati perempuan itu. Seketika perempuan itu mendongak melihat orang di hadapannya. Perempuan itu pun lalu berdiri dan mengusap air mata dengan kerudungnya.

"Dengan keluarga korban kecelakaan tadi sore?"

"I-iya. Saya istrinya. Dokter?....apakah dokter yang sedang menangani suami saya?"

Dokter itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Lalu ada apa?" Perempuan itu menatap dokter dengan penuh tanda tanya.

"Saya mau meminta maaf atas kecelakaan yang melibatkan suami anda. Maaf saya ikut andil di dalamnya. Karena...anak saya di bawah umur mengendarai motor dengan ugal-ugalan. Sekali lagi saya mohon maaf!" Dokter itu pun mengulurkan tangannya hendak meminta maaf.

Perempuan itu hanya menangkupkan tangannya membalas uluran tangan dokter tersebut sambil menunduk.

"Ini semua sudah takdir Allah, Pak! Tak ada yang harus saya maafkan!"

"Keluarga pasien atas nama pak Nizar!" Terlihat seorang perawat keluar mencari kerabat pasien.

"Iya sus! Saya istrinya!" Perempuan itu berjalan menuju suster yang berdiri di depan pintu.

"Maaf Bu! Dokter ingin bicara dengan ibu. Silahkan masuk!"

Perempuan itu pun masuk ditemani suster menuju tempat dokter itu berada. Terlihat seorang dokter yang sedang memeriksa rekam medis di tangannya.

"Dok ini keluarga pasien yang bernama Pak Nizar!"

Dokter itu pun menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah perempuan itu. "Eh dokter Ardi juga ikut?"

Perempuan itu pun melirik ke belakang. Ternyata dokter yang berbicara dengannya mengikuti dirinya. Entahlah apa urusannya yang terpenting dia harus siap menerima penuturan dari dokter yang menangani suaminya.

"Maaf dokter Revan! Kebetulan pasien ini tabrakan dengan anak saya. Jadi saya pun merasa perlu tahu tentangnya!"

"Oh. Lalu bagaimana keadaan anak dokter?"

"Anakku keadaannya masih belum sadar. Hanya saja ada beberapa tulang yang patah. Tapi dia sudah melewati masa kritisnya. Jadi bagaimana keadaan suami ibu ini?"

"Oh iya sampai lupa. Maaf Bu! Jadi begini...saya meminta persetujuan dari ibu untuk menandatangani surat pernyataan bahwa ibu sebagai wakil pasien mengijinkan tim medis memakaikan beberapa peralatan untuk keberlangsungan hi...."

"Dok maaf pasien kembali kritis!" Seorang suster berlari memberitahukan keadaan pasien. Tentu saja perempuan itu ikut panik karena pasien yang dituju adalah suaminya sendiri.

Kini di hadapannya dia benar-benar melihat bagaimana suaminya berjuang antara hidup dan mati. Tangan kanannya hanya bisa menutup mulutnya menahan tangis. Sedangkan tangan kirinya memegang dadanya yang seakan-akan sesak. Tetapi tetap saja tangisan itu tak tertahankan. Tubuhnya bergetar dan air mata bebas meluncur di pipinya. Tak ada yang menguatkannya.

Remaja Pengagum Perempuan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang