KENYATAAN 1

271 30 3
                                    

Pagi yang cerah Claudia berjalan memasuki halaman sekolah dengan santai dan wajah yang ceria.

Drrtt... Drrtt...

Sebuah pesan dari nomor asing. Ia menghentikan langkahnya.

+62 3456 7891 0123
Selamat pagi, saya dari pihak rumah sakit ingin memberi tahu kepada saudari Claudia kalau hasil lab kemarin sudah bisa di ambil hari ini.

Claudia mengabaikan pesan tersebut. Ia berencana akan mengambil hasil lab nya sepulang dari sekolah.

Jam istirahat.

"Dari tadi ngelamun mulu Clau." Wulan.

"Iya tuh, kenapa si? Tadi aja sampe di marahin sama Bu Fifin gara-gara ngelamun di kelas." Jesika menimpali.

Claudia tersenyum kecil. "Gapapa kok. Ke kantin yuk, aku laper"

"Ya udah yok." Balas Mela sambil menggandeng tangan Claudia.

Sesampainya di kantin Claudia dan Jesika memesan makanan. Sementara Wulan dan Mela mencari tempat duduk yang kosong.

Setelah selesai memesan semuanya Claudia dan Jesika kembali membawa nampan berisi pesanan mereka semua. Dan mulai menyantapnya.

Merasa cukup kenyang, mereka kembali ke kelas sebelum bel istirahat selesai. Baik Wulan, Jesika, Mela ataupun Claudia lebih memilih menghabiskan waktu di dalam kelas untuk hanya sekedar mengobrol dan bertukar cerita satu sama lain.

Sepulang sekolah..

"Dadaaaah... Duluan yaaa" teriak Mela lalu melangkah pergi.

"Gue duluan ya Clau, Lan, udah di jemput bunda tuh." ucap Jesika sambil melambaikan tangan.

"Pulang naik apa Clau?" tanya Wulan pada Claudia.

"Naik ojek online Lan." jawab Claudia sambil terfokus pada ponselnya.

"Gue anterin mau? Kebetulan gue bawa motor"

Claudia menatap Wulan kemudian tersenyum. "Gak usah, ini udah pesen kok. Duluan aja Lan gapapa."

"Oke, gue duluan ya" Pamit Wulan lalu melajukan motornya.

Setelah beberapa menit kemudian, ojek yang di pesan Claudia sampai. Dan seperti rencana awal. Claudia akan mengambil hasil lab nya.

Sesampainya di rumah sakit Claudia mengurus semuanya hingga sekarang ia sedang berdiri di depan ruangan dokter yang beberapa waktu lalu ia kunjungi bedanya saat ini ia kembali untuk sekedar mengambil hasil pemeriksaan nya.

"Nomor antrian dia puluh lima silahkan masuk." seorang perawat keluar sambil membawa sebuah map besar perawat itu masuk kembali kedalam ruangan bersama dengan seorang ibu-ibu.

Hingga pada akhirnya...

"Nomor antrian dua puluh enam." ucap perawat itu.

Claudia POV

Setelah mendengar nomor antrian ku di panggil, aku segera bangkit berdiri dan berjalan memasuki ruangan tersebut dengan jantung yang berdetak kencang. Aku merasa aneh, kenapa aku begitu takut?

PERBEDAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang