Epilog-Sejoli Yang Kasmaran

1.9K 220 271
                                    

WARNING!

Part ini mengandung konten 21+. Bijaklah memilih bacaan yang sesuai dengan usia.

==============

Panji berada di ruangan khusus bersama sederet abdi dalem. Ratus, aroma wangi bunga tujuh rupa dan irisan pandan merebak di ruangan itu. Ternyata sebelum menikah mereka harus menjalani puasa dan berbagai ritual yang seluruhnya mencapai empat puluh hari. Selama lebih dari satu candra pula Panji dan Klething Kuning dilarang berjumpa. 

Panji diam-diam tak sabar dengan semua itu. Adakah suatu hari nanti orang-orang tidak lagi memperpanjang kerinduan sepasang suami istri baru yang ingin segera memadu cinta? Bila memang ada, ia ingin terlahir kembali di zaman itu sehingga tidak perlu mengalami pernikahan yang rumit seperti ini.

“Mbok Rondo Peparing, berapa lama lagi saya harus menunda malam pertama?” tanya Panji dengan gusar.

“Ish! Pangeran, jangan mengeluh terus! Nanti Pangeran terkena tulah bila upacara malam ini tidak terselesaikan dengan benar,” ancam Mbok Rondo Peparing yang sekarang menjadi kepala para dayang yang melayani rumah tangga Panji dan Klething Kuning.

Mendengar kata tulah, hati Panji langsung mengerut. “Apa tulahnya, Mbok?”

“Adik Pangeran tidak bisa bangkit sempurna!”

“Hah?” Mata Panji mendelik. Ia langsung bertanya-tanya, adakah zaman ketika tulah tidak lagi menjadi raja kehidupan? Oh, ia benar-benar ingin berada di zaman itu!

Mbok Rondo menyodorkan cangkir keramik indah dari Tiongkok. 

“Jamu lagi?” protes Panji. Satu hal yang paling menyiksa dari seluruh rangkaian persiapan pernikahan adalah meminum ramuan simboknya. 

Panji meringis saat selesai menelan minuman super pahit yang beraroma aneh itu. 

“Itu ramuan super untuk para pengantin. Jamu rahasia yang sudah ada sejak zaman kakek Pangeran. Bahannya ….”

“Berhenti!” potong Panji seraya memberi isyarat dengan tangan. “Saya tidak mau tahu karena pasti akan membuat suasana hati saya gundah.”

“Harus sampai habis, Pangeran.” Mbok Rondo Peparing tersenyum terkulum. Bahannya rahim ubur-ubur, biji durian, alat kelamin kadal, telur ikan buntal, ditumbuk bersama air mani kerbau bertanduk lima jengkal, batin Mbok Rondo Peparing. 

Rangkaian upacara persiapan malam pertama yang dianggap sakral itu berlanjut. Seorang emban mengoleskan minyak harum pada rambut Panji. Setelah semua siap, pakaian baru yang lembut dikenakan. 

“Mari kita menghaturkan sembah kepada Sang Hyang Widhi agar pernikahan suci Pengeran berjalan lancar dan menjadi sumber kebahagiaan bagi Pangeran bersama istri,” kata Mbok Rondo Peparing. 

Seorang abdi mendekat dengan membawa bokor dupa. Ia memutar dupa itu di hadapan Panji yang duduk di kursi. Asap tipis yang harum segera mengelilingi tubuh sang Putra Mahkota.

Sesudah itu semua abdi duduk bersujud di sekeliling Panji, termasuk Mbok Rondo Peparing. Doa yang panjang dilantunkan secara bergumam bersamaan. Mau tak mau hati Panji tergetar. Doa-doa dari mulut para abdi itu mengantarkannya kepada perasaan yang dalam. Hatinya berbahagia atas hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta. Demikian pula ia bersyukur atas pelajaran yang telah dijalani sehingga mengantarkannya menjadi seorang lelaki sejati yang akan mengayomi seluruh negeri. Air mata sang calon raja pun meleleh tanpa disadari.

Seusai berdoa, Mbok Rondo bangkit dan meletakkan tangan di bahu sang putra. Sebuah kecupan sayang penuh hormat diberikan kepada sang pangeran. “Silakan menemui istrimu, Grasak putra Simbok,” bisiknya dengan dada penuh haru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEMBURU CIUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang