Di Saat Hujan Turun

12.2K 1K 16
                                    

"Gue ingat!!" Seru Andrea sambil melempar ponselnya di atas kasur empuknya. Andara yang sedang mengunyah kacang kulit asin di lantai kamar itu sampai tersedak gara-gara kehebohan yang Andrea ciptakan.

Masih terbatuk-batuk Andara bangkit lalu meraih gelas berisi jus jeruk di meja kamar itu.

"Jus gue!" Andrea tak rela jus jeruknya yang belum sempat dia minum berpindah ke saluran pencernaan sahabatnya yang tersedak gara-gara kacang kulit, pikirnya.

"Lo nelen kulit kacang? Sampai batuk-batuk kayak gitu?" tanya Dian yang baru saja masuk membawa semangkok mie instan rasa ayam bawang favoritnya.

"Nih anak ngagetin! Makanya gue tersedak! Heboh kenapa sih lo?" Andara kembali ke lantai tempat dia duduk tadi.

Andrea meringis lalu duduk melingkar dengan Dian dan Andara, dengan kacang kulit yang berserakan yang berdampingan dengan semangkok besar mi instan yang dari aromanya sudah terbayang kelezatannya_kayak iklan.

"Kalian pasti udah lihat foto-foto yang dikirim Gadis di grub, 'kan?" tanya Andrea kepada kedua sahabatnya yang sedang sibuk mengunyah.

"Udah," kata Dian sesaat setelah dia menelan mi instannya.

"Kenapa emang? Bikin ngiri aja deh, tuh anak! Kampung Mbak Mayang eksotis parah, gue harus ke sana kapan-kapan." Andara berkata.

"Gue setuju! Sebelum kita wisuda, kita liburan ke sana dulu. Lagian nggak jauh-jauh amat dari kampung gue." Dian mengangguk, lalu menyuapkan mi enak itu ke mulutnya lagi.

"Ini bukan soal keindahan kampung Mbak Mayang, tapi tentang cowok yang kata kalian berdua tamvan itu, yang foto sama Gadis. Gue udah pernah ketemu dia, di sini. Di ibukota tercintah ini!" ucap Andrea menggebu-gebu.

Dian dan Andara saling pandang.

"Serius lo? Kata Gadis, itu adik sepupu Mbak Mayang! Ngapain dia di sini? Kalau benar dia ada di Jakarta sebelumnya, kenapa dia nggak pernah maen ke sini? Mbak Mayang juga kenapa nggak ngenalin ke kita?"

"Betul betul betul!" Dian membenarkan ucapan Andara dengan khas tokoh kartun berkepala plonthos asal Malaysia itu.

Andrea memberengut, kedua sahabatnya ini berekspresi tak seantusias yang dia bayangkan sebelumnya. "Kalian ingat nggak waktu gue cerita ada cowok misterius dengan mobil hitam yang gue pergoki beberapa waktu lalu?" Andrea menatap dua dara di depannya itu dengan intens. Berharap ada sedikit keantusiasan dari mereka. Agar dia tak merasa heboh sendiri.

"Iyah, gue inget!" Ucap Andara sambil membereskan kulit kacang yang berserakan ke dalam bungkus kacang yang telah kosong. "Terus hubungannya apa sampai kamu heboh dan bikin gue tersedak?"

Dian juga ikut penasaran di sela acara makannya.

"Cowok itu, cowok yang sama dengan cowok yang foto bareng sama Gadis. Gue yakin seratus persen!" Andrea bersedekap.

"Nggak mungkin!" Ucap Andara dan Dian serentak.

"Beneran!" Andrea mulai frustasi.

"Jangan halu deh! Lo itu semenjak pacar online lo menghilang di telan semesta, jadi semakin aneh bin halu! Ya, nggak, Ra?" Andara pun mengiyakan kata-kata Dian barusan.

"Kalian nggak percaya banget sih?"

"Percaya lo musyrik!" Dian terkekeh. Isi mangkoknya tandas,  lalu dia melap bibirnya dengan tisu. Dia baru sadar, kini Andara dan Andrea tiba-tiba saja menatapnya dengan penuh tanya. "Apa?" Tanya Dian.

"Lo makan mi, yang gue yakin nggak cuma sebungkus itu tadi. Lo lagi ada masalah?" Andrea bertanya dengan tatapan mengintimidasi.

O-ow, Dian ketahuan. Sudah jadi kebiasaannya, kalo lagi stress akan suatu masalah yang dia alami, Dian akan makan mi dengan porsi yang berlebihan.

Mayang Senja (END) ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang