"Kenapa kalian ke sini? Harusnya jangan.. ini semua cuma jebakan yang Evelyn buat, supaya dia bisa nyakitin Mayang!" Kata Anna penuh sesal, dia menangis. Mereka baru saja keluar dari dalam rumah megah milik Yash.
Ibram nampak sangat terkejut dengan apa yang Anna katakan, dia memghadap penuh ke arah Anna, "Maksud lo apa, An?" Ibram mencari pembenaran akan dugaannya yang terburuk.
"Maafin gue Ibram, semua ini udah Evelyn rencanain sebelumnya. Di mulai dari pertemuan kita di mall waktu itu, lalu kecelakaan di basement hingga apa yang terjadi di rumah Yash hari ini. Mayang-lah tujuan Evelyn sebenarnya! Dia nunggu lo lengah. Maafin gue, gue hutang budi sama dia. Gue terpaksa nglakuin ini," Jelas Anna yang kini makin terisak. Arjuna memeluk sambil menenangkannya. Mengusap punggungnya dengan lembut.
Tubuh Ibram luruh, kakinya bagai kehilangan pijakan. Tubuhnya merosot di dekat ban mobilnya. Kedua tangannya meremas rambutnya yang mulai memanjang. Apa yang terjadi pada istrinya sekarang?
Dering ponsel dalam saku celananya membuatnya berdiri, dia menghapus air yang sempat mendesak keluar dari matanya, pikirannya jauh dari kata tenang. Nama ibu mertuanya yang tertera di layar membuatnya makin dihantui pikiran buruk.
"Iya Bu?" Tanya Ibram usai mengucap salam pada Indah. Bukan kata-kata yang dia dengar namun isakan tangis dari sang ibu mertua.
"Bu? Ibu kenapa? Mayang baik-baik saja bukan? Jawab Bu, ibu kenapa nangis?" Ibram menunggu jawaban Indah dengan kekalutan yang bisa Arjuna lihat. Mantan rivalnya sudah berubah, bukan dulu Ibram yang tak kenal takut dan suka main hati dengan wanita mana pun. Dia terlihat sangat mencintai istrinya yang selalu dia sebut sebagai bidadari. Entah sudah berapa kali Ibram menyebut Mayang sebagai bidadari dalam pertemuan singkat mereka.
"Bu?" Ibram mengulang, yang berarti ia pun menyayat satu goresan lagi di hatinya yang terbungkus kecemasan.
Mereka membawa putriku..
"Maksud ibu apa? Mayang sedang sama ibu, iya kan bu?" Bukannya tidak mengerti perkataan Indah, Ibram hanya menyuruh hatinya tenang dan memastikan.
Sean tiba-tiba saja mengeluh sakit perut setelah makan kue, jadi kami membawanya ke rumah sakit. Tapi... tiba-tiba ada beberapa orang yang tiba-tiba datang lalu membawa paksa Mayang dan.... mereka membawanya pergi.. hiks... hiks... tolong dia Ibram, bawa putriku kembali..
Tubuh Ibram gemetar kemudian bersandar pada mobilnya, matanya berkaca-kaca dan kedua lututnya lemas.
"Lo kenapa?" Juna menyentuh bahu Ibram saat Ibram menjauhkan ponsel dari telinganya, sekedar mengingatkan bahwa Ibram tak sendiri. Ada dia bersamanya.
"Sean sakit, tapi kata ibu dia sudah baik-baik saja dan sudah berada di hotel.." jujur Ibram, tadi dia sempat mendengar perihal Sean yang sudah baik-baik saja. "Tapi, istri gue diculik! Gue harus gimana Jun? Gue harus nyari dia kemana? Gue---" terjeda oleh Ibram yang menunduk ketika Arjuna mengusap bahunya.
Anna menginterupsi, "Sean sakit?"
"Tapi kata ibu tadi dia udah baik-baik saja, dan sekarang sudah tidur." Anna merasa tenang akan penuturan Ibram, lalu mengatakan bahwa dia tau di mana Evelyn berada sekarang. Ibram menegakkan tubuh yang sebelumnya bersandar di mobilnya.
"Gue akan cerita sambil jalan aja, ayo buruan kita ke bandara! Dia terbang ke Jepang nanti pukul setengah sebelas."
Akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam mobil. Namun tiba-tiba ponsel dalam saku Ibram berdering lagi, kali ini Albert yang menghubunginya.
"Assalamu'alaikum Om?" Ibram mengawali dengan lesu.
"Kamu ke bandara! Dari tempat kamu sekarang cuma dua puluh menit buat kesana. Om paksa Nicko buat ngasih tau Evelyn dimana, dia sedang menunggu penerbangan ke Jepang. Biar Om yang urus para anteknya!" Ibram yakin Albert tahu perihal Mayang dari Indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...