"Udah boleh jalan, 'kan?" tanya Mayang pada Ibram. Wanita itu sudah merasa lebih baik sekarang, kakinya sudah tidak bengkak lagi. "Malu Mas, kalo harus digendong mulu. Emangnya, Mas nggak capek?"
"Iya boleh, tapi jangan terlalu sering ya! Takutnya bengkak lagi." Ibram memakai sarungnya, dia selalu membawa sarung dan pakaian ganti di dalam mobil. Dia hendak ke masjid, adzan maghrib sudah berkumandang. "Nanti sholatnya sambil duduk aja, ya." Ibram tersenyum melihat Mayang mengangguk. Kemana perginya Mayang yang galak? Kenapa dia tiba-tiba merasakan rindu pada Mayang yang dulu?
"Udah jangan lihatin aku mulu, sana berangkat!" Juteknya keluar juga akhirnya.
"Iya, istriku." Ibram berhenti saat sudah akan membuka pintu, memutar badannya lagi lalu bertanya pada istrinya. "Adik-adikmu pulang jam berapa, Yang?"
"Tuh, mereka datang!" Kata Mayang bersamaan dengan suara gaduh di tangga, lantas Mayang tersenyum.
"Makan malam, nungguin aku pulang ya."
"Iya, bawain martabak telur sama sate ayam di ujung gang, ya? Mau, 'kan?"
"Apa sih yang nggak buat kamu, Cinta."
"Dih! Udah sana berangkat!"
Ibram terkekeh lalu keluar kamar. Menyusuri koridor sambil memakaikan peci ke kepalanya.
"Eh, Pak Bos? Kok di sini?" Tanya Andrea.
"Pak Bos, ih! Lebih ganteng pake sarung dari pada jas kerja!" celetuk Andara.
Ibram hanya tersenyum sambil geleng kepala, keempat dara ini sungguh berisik kalo bersama. Belum sempat menjawab Gadis pun ikut bertanya, "Pak Bos kapan datang? Menginap, ya? Mbak Mayang, mana?"
"Kamu nggak nanya sekalian?" tanya Ibram pada Dian yang asyik mengulum permen lolipopnya. Dian menggeleng sebagai jawabannya.
"Kalian, jangan makan malam dulu sebelum gue datang! Gue ke masjid dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Jawab serentak keempat dara.
Sepeninggal Ibram yang telah menuruni tangga, keempat dara langsung berlari ke arah kamar Mayang. Berebut untuk masuk duluan ketika Mayang sudah mempersilahkan masuk ke dalam setelah tadi sempat mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Mbak Mayang, kenapa?" Tanya Gadis khawatir saat Mayang berjalan tertatih dari kamar mandi, abis ambil wudhu.
"Keseleo, Dis."
"Kok bisa?" Andrea bertanya.
"Jatuh tadi pas di kantor. Maghriban yuk!"
***
Meja makan yang biasanya cukup untuk berlima, kali ini harus gelar tikar di depan TV karena bertambah Ibram. Mereka sedang makan malam dengan menu yang telah dipesan oleh Mayang sebelumnya.
"Pak Bos, kok bisa tau sate langganan Mbak Mayang?" tanya Gadis di sela dia mengunyah.
"Udah pernah nemenin dia dulu." Ibram menjawab sambil menyuapkan lontong pada istrinya yang dia paksa untuk menyuapinya. Mayang tak habis pikir kakinya yang sakit bukan tangannya tapi Ibram maksa untuk menyuapinya.
"Cukup Mas, udah kenyang!"
"Belum separo ini? Kok udah kenyang, sih?" tanya Ibram.
"Kenyanglah, 'kan ditambahin cinta di tiap suapannya!" Andrea yang jawab.
"Bikin iri aja sih kalian! Tiba-tiba pengen nikah juga nih!" Andara protes.
"Kuliah dulu yang bener! Jangan kayak gue, hampir kena DO dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...