Sapaan Masa Lalu (1)

11.2K 932 33
                                    

Malam ini diadakan acara makan malam sebagai ajang memperkenalkan Mayang secara resmi kepada keluarga Ibram, di sebuah restoran yang telah Satya reservasi sebelumnya. Kebetulan resto yang dipilih adalah resto di sebuah hotel yang menjadi tempat menginap Indah. Jadi Indah pun turut hadir karena Ibram yang memintanya, tanpa perdebatan sengit Indah setuju saja dengan permintaan itu. Mungkin benar kata Mayang bahwa Indah lebih dekat dan terbuka pada sang menantu dari pada putri kandungnya.

Acara malam ini, tepatnya ba'da Isya'. Tak hanya Indah dan dari keluarga inti Ibram saja yang hadir melainkan penghuni kos putri milik Pak Budiono, Wina, Satya dan Dewa juga. Tadinya sang pemilik kos pun diundang, tapi mereka berhalangan hadir karena harus menghadiri pernikahan keponakan mereka.

Di meja makan yang super panjang itu, sudah duduk dengan rapi semua yang diundang oleh Ibram. Dengan suasana hati masing-masing.

Mayang tentu malu-malu karena ini pertama kalinya bertemu keluarga lengkap Ibram saat sudah berstatus menantu. Bahkan Lukman tak berhenti menggoda Ibram, tapi anehnya Mayang yang tersenyum malu-malu. Kalo Ibram jangan ditanya seberapa bahagianya dia saat ini.

"Ibram dulu seperti macan yang liar dan buas, tapi lihat sekarang! Jadi jinak karena udah ketemu sama pawangnya!" Lukman menggodanya lagi. "Sampai-sampai polisi pun dulu tidak dia takuti. Hampir tiap bulan dia tertangkap karena tawuran atau hal-hal remeh temeh akibat rebutan cewek, papa sampai pusing. Mayang pasti tau 'kan, seberapa pusingnya papa dulu, kalo sudah cerita tentang anak bontot papa ini?"

Mayang hanya mengangguk pelan sambil tersenyum di sela kunyahannya.

"Papa udah, dong! Jangan bahas Ibram yang dulu, masa depan aja yang dibahas! Misalnya pengen cucu berapa dari Ibram? Atau mau merekomendasikan lokasi bulan madu untuk kami kemana? Gitu."Gerutuan Ibram yang membuat papanya tertawa lebar.

Indah pun terlihat tersenyum tipis, meski seseorang yang duduk di samping Lukman menatapnya penuh tanya. Sekar seolah menyimpan tanda tanya padanya. Indah tau itu, tapi dia tepis dengan ikut larut dalam kebahagian sang putri. Sekar dan Indah memang belum sempat mengobrol sebelum acara makan malam.

"Mayang pasti nggak tau, seberapa bawelnya Ibram kalo udah minta dikirimin foto atau video tentang keseharian kamu di kantor." Naya__sekarang memanggil tanpa embel-embel mbak pada Mayang, karena Mayang yang memintanya. Sekarang Naya kakak iparnya, ikut nimbrung dan tak mau kalah untuk menggoda sang adik. Satu fakta baru yang Mayang tahu tentang sang suami.

"Itulah kenapa Naya suka ke kantor papa, ya nurutin playboy tobat ini!"

"Kak ..." Ibram merengek agar tak membahas itu. Betapa sadar betul dirinya, hampir tiap hari memohon pada sang kakak agar diam-diam mengambil foto atau video Mayang sebagai obat rindu saat dia melanjutkan pendidikan di Singapura.

"Apa, hah? Kamu malu, karena ketahuan udah jadi bucin selama empat tahun?" Naya tersenyum menang dan senang karena menggoda adiknya. Dia bahkan melakukan tos dengan Rei, suaminya. Ibram mendengus sebal pada sang kakak.

Di kursi yang lain, ada adik-adik Mayang. Sibuk mengunyah dan sesekali ikut tertawa kala Ibram dibully keluarganya. Dari keempat dara hanya satu yang terlihat sebal pada seseorang yang duduk tepat di hadapannya. Namun yang diamati sibuk makan, tak sedikit pun meliriknya. Entah jodoh atau bagaimana, kenapa mesti Satya yang duduk di depan Andrea.

"Aduhhhh!" Andrea mengaduh perlahan karena kakinya diijak dengan sengaja oleh Andara yang duduk di samping kanannya.

Andrea berbisik, "kenapa lo nginjek kaki gue? Gue tau lo sengaja banget!"

"Mata lo tuh yang kenapa? Ngliatin cowok sampai nggak kedip gitu, nggak sopan tau! Fokus sama isi piring lo! Ntar keselek duri, tau rasa!" Lalu Andara fokus pada makanannya lagi.

Mayang Senja (END) ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang