Suara deheman dari arah belakang menginterupsi Ibram yang sedang memeluk istrinya di koridor rumah sakit.
"Dokter Zafran?" Celetuk Ibram ketika menoleh ka arah suara tepat saat menjauhkan tubuhnya dari Mayang.
Pria tampan mantan calon suami Mayang itu tersenyum, lalu berjalan mendekati pasangan yang tengah berbahagia itu.
"Apa kabar?" Zafran mengulurkan tangannya pada Ibram, mereka pun bersalaman dan menceritakan kabar masing-masing.
"Mayang, selamat ya? Aku mendengar obrolan kalian tadi. Maaf, nggak sengaja!" Senyum tulus terukir di wajah dokter itu.
"Moga kamu sama calon anak kalian sehat selalu."Calon mama papa itu mengaminkan bersama. Lalu mereka bertiga duduk di kursi panjang bercat putih tak jauh dari mereka berdiri.
"Sedang apa dokter di Jakarta?" Ibram bertanya.
"Lamaran. Saya semalam melamar gadis yang kebetulan kerja di sini, dokter juga." Jawaban Zafran membuat kedua lawan bicaranya terkejut namun turut berbahagia.
"Selamat ya Dokter! Nanti jangan lupa undang kita." Kata Ibram.
"Insyaa Allah. Mohon doanya, semoga diberi kelancaran dan nggak gagal lagi, seperti sebelumnya." Zafran terkekeh.
"Aamiin." Mayang mengaminkan, dia turut bahagia karena kakak kelasnya yang telah mencintainya sejak lama itu, akhirnya akan menikah.
Ibram menepuk bahu sang dokter lalu berkata, "Allah pasti mengganti yang lebih baik setelah mengambil sesuatu dari kita. Semoga kali ini sampai kata sah!"
"Aamiin."
Zafran yang harus mengejar jadwal keberangkatan kereta harus pamit pergi. Mereka pun berpisah di depan kamar di mana Andara dan Gadis dirawat.
"Salam saja untuk Gadis, maaf karena saya buru-buru jadi tidak bisa masuk ke dalam untuk menjenguknya." Pesannya sebelum pergi.
***
"Mbak Mayanggggg!" Usai menjawab salam, Gadis yang memang selalu heboh sedikit berlari ke arah Mayang yang baru saja masuk dan hendak menutup pintu.
"Eits! Jangan asal main tubruk aja yah sekarang. Ada dede bayinya," Ibram menghadang Gadis yang hendak memeluk istrinya.
"Mana? Mbak Mayang nggak bawa bayi," Gadis kini cemberut dan bersedekap. Beberapa detik kemudian, dia menoleh sambil tersenyum. "Mbak Mayang hamil?"
"Benarkah?" Andara yang tadinya hanya berniat jadi penonton ketika Ibram dan Gadis berseteru kini dia turun dari atas brankarnya lalu berjalan menghampiri kakaknya yang berharga.
Mayang mengangguk sambil tersenyum.
"Selamat ya Mbak... Gadis bakalan punya keponakan lucu. Lahirnya kapan?"
"Masih lama Dek, doain sehat ya?"
"Insyaa allah bakalan selalu Gadis doain,"
Andara melingkarkan kedua tangannya di salah satu lengan Mayang lalu menuntunnya. Sementara Ibram yang ditinggal di depan pintu kini memberengut.
"Kalian nggak ngasih gue selamat? Gue juga bakal jadi papa!"
"Kayak ada yang ngomong, siapa ya Dis?" Andara menimpali protes sang calon papa. Gadis yang biasanya lemot langsung nyambung buat diajak kerja sama membuat Ibram kesal.
"Jagain Mbak Mayang, Dis. Ada aura aneh! Ih, jadi merinding gue!"
Ibram berdecak, "Lo kira gue hantu? Nyebelin banget sih kalian?!"
"Kan? Masih ada suaranya Dis! Yuk ah, keluar."
Mayang terkekeh melihat adik-adiknya itu selalu begitu jika ketemu Ibram. Hal kecil yang sangat membuatnya bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...