"Yang?"
"Iya, Mas Ibram, kenapa? Dari tadi manggil tapi nggak ngomong juga. Kenapa, hmm?" Pasalnya ini kali ketiga Ibram memanggil Mayang.
Ibram tersenyum memaksa. "Ih, jelek banget sih mukanya?" Kata Mayang. Mereka sedang duduk di sofa sambil melihat DVD di kamar Ibram ditemani hujan di luar sana yang mengguyur kota. Akhirnya dengan jurus ngambeg, Sekar bisa membawa Mayang pulang ke rumahnya. Mau tak mau, Ibram ngikut juga. Rasanya seperti safari, pindah sini pindah sana.
"Kamu ngerasa ada yang aneh, nggak?" Ibram menghadap Mayang yang masih serius dengan serial drama yang ditontonnya.
Mayang melirik sekilas pada Ibram, lalu fokus pada layar TV di depannya lagi. "Mas yang aneh, tau nggak?" Mayang tersenyum.
Mungkin sebaiknya gue cari tahu sendiri, Mayang nggak usah tau. Putus Ibram dalam hati, entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Rencananya besok mau ngapain?" Tanya Ibram yang kini sudah tidur dipangkuan Mayang.
"Mau ke kos, nemuin adik-adik. Mas kerja, 'kan?" Tanya Mayang seolah berkata, Mas jangan ikut!
"Dari jam berapa sampai jam berapa?"
Mayang tertawa saat mendengar pertanyaan itu tercetus dari mulut suaminya. Seperti anak kecil yang belum paham jam.
"Kenapa memangnya?"
"Jam makan siang aku jemput, ya? Aku udah kebiasaan makan bareng kamu."
"Iya."
"Jangan ngajak satu pun dari mereka."
"Kok gitu?"
"Ganggu!"
Seketika Mayang tergelak lagi, ada-ada saja suaminya ini. "Kalo mereka maksa ngikut?"
"Aku galakin!"
"Emang bisa galak sama mereka?" Mayang menantang namun tersenyum memukau.
"Senyumnya, ih! Gimanalah aku nggak bucin sama kamu?" Ibram menarik hidung istrinya, hingga Mayang mengaduh kesakitan.
"Merah pasti nih? Mas, ih!" omelnya setelah Ibram melepas tangannya.
"Yang, memandangmu dari bawah gini, jadi teringat kejadian empat tahun yang lalu. Aku sekarat sekaligus jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu, bikin playboy macam aku susah move on!"
Alih-alih terbuai dengan gombalan Ibram, Mayang justru balik menggoda suaminya. "Sama mantan pernah nggak scene kayak gini?"
Mendengar itu Ibram menyembunyikan wajahnya di perut sang istri, melingkarkan kedua tangannya. "Aku nyerah deh kalo soal itu," ucapnya malu.
"Maaf, nggak lagi-lagi deh bahas masa lalu kamu. Aku jahat ya, jadiin masa lalu kamu sebagai bahan becandaan? Maafin, ya?" Orang yang masa lalunya buruk, belum tentu masa depannya buruk juga. Seperti kata sahabat Rasulullah, Umar bin Khatab r.a bahwa terkadang orang dengan masa lalu paling kelam, akan menciptakan masa depan paling cerah.
"Iya, dimaafin kok, Yang. Eh tapi, aku penasaran tau."
"Soal apa?"
Ibram mengusap perut Mayang. "Kamu, kapan ngidamnya?"
***
Hujan adalah peristiwa di mana milyaran butir air jatuh ke bumi, jika berada di bawahnya tanpa perlindungan apapun pasti basah kuyup. Seperti halnya Satya yang lebih memilih berada di luar dari pada masuk ke dalam mobilnya padahal hujan masih deras.
"Dia itu ngapain sih? Ngetes imun tubuh atau apa?" Entah bertanya, entah sedang menggerutu Andrea sekarang ini.
"Daripada bertanya-tanya terus dari tadi dan gue nggak tau apa jawabannya, mending sana anterin payung. Atau ikut hujan-hujanan, sambil menari dan bernyanyi kayak film India, haha!" Andara mencoba membujuk si tomboy untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...