Tumpukan kertas dan laptop yang menyala, juga cangkir kopi untuk yang ketiga kalinya terhidang di meja kerja Ibram. Dia memijit pangkal hidungnya sambil berbicara di benda pipih persegi panjang nan pintar miliknya.
"Iya, Ma. Maaf belum bisa pulang. Ini aja Ibram masih di kantor." Dia sedang berbicara dengan Sekar di telepon.
"Dari kemarin kamu belum nyamperin Mayang ke kosannya?"
"Belum, hehehe." Ibram menggaruk pelipisnya.
"Pengantin baru macam apa kamu ini? Mau jadi Bang Toyib?" Pasalnya semenjak kembali ke Jakarta, Ibram dan Mayang belum bertemu lagi sejak perpisahan mereka di Stasiun Senen.
"Ini juga Ibram usahain, Ma. Udah rindu sama istri. Tapi ya, bagaimana lagi, Pak Nicko ngeselin gini. Pemegang saham yang lain ikut-ikutan rewel gara-gara ditakut-takutin sama dia." Ibram mendesah kasar. Sekarang sudah jam 9 malam, tapi dia masih betah di kantor bersama Satya dan Dewa.
"Papa sehat 'kan, Ma?"
"Papa sehat, dia percaya sama kamu. Putra kebanggaannya."
"Doain Ibram ya, Ma."
"Selalu." Hening beberapa saat, "besok mama nyamperin Mayang, ya? Boleh, 'kan?"
"Mau ngapain? Jangan-jangan mau Mama apa-apain?"
"Mau mama culik, biar kamu nggak bisa ketemu dia lagi!"
"Ma--"
Tut tut tut
Sekar memutus panggilan sepihak, Ibram tau mamanya cuma bercanda. Ah, Ibram benar-benar rindu pada wanitanya. Dia mengacak rambutnya kasar, lalu mencari aplikasi Whatsapp di ponselnya. Menyentuh aplikasi itu untuk menulis sesuatu di papan keyboard.
Anda
Lagi apa sayang? Maaf, aku belum bisa datang malam ini😭Belum ada tanda-tanda bahwa pesannya akan segera mendapat balasan, benda pipih itu kemudiam dia letakkan di samping laptopnya.
"Masuk!" Jawab Ibram pada seseorang yang mengetuk pintu.
Satya yang kini menjabat sebagai sekretarisnya__menggantikan Mayang__masuk bersama Dewa yang menjabat sebagai wakilnya Ibram.
"Makan dulu, nih." Satya meletakkan sebuah kotak makan berwarna pink di hadapan Ibram.
Ibram menyatukan kedua alisnya sambil menatap tempat makan itu dan Satya secara bergantian. "Unyu banget kotak makan lo?" Ledek Ibram. Dia tau kotak itu tak mungkin dari sebuah restoran, pasti milik perorangan. Ibram pikir itu punya Satya.
"Bukan punya gue!" Ucap Satya sesaat setelah tubuhnya mendarat di sofa kantor Ibram. Lalu diikuti Dewa yang duduk di sebelahnya. Keduanya nampak lelah dan merindukan kasur di rumah masing-masing.
"Punya istri lo tercintah! Dia pake jasa kurir suruh nganter itu ke sini, buat lo! Mendadak gue bete sama lo, gue juga masih adeknya tapi kenapa cuma lo yang dikirimin," gerutu Satya.
Ibram tertawa lalu segera membuka kotak makan yang ukurannya lumayan besar itu. Makin bahagialah Ibram ketika kotak itu sudah terbuka, ternyata isinya kimbab. Mayang tahu betul apa kesukaannya, karena pengalamannya saat menjabat jadi sekretaris tentu saja.
"Kita makan bareng, gue nggak bakal habis. Lo juga Dewa, cicipin nih buatan bidadari gue!" Ibram menyuapkan sepotong ke dalam mulutnya.
Kling
Senjaku❤
Abis cuci piring, abis makan sama anak-anak. Kiriman aku udah datang, Mas? Di makan ya ...Secepat yang Ibram bisa, ia mengetik pesan balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...