Hanya Umpan!

9K 819 13
                                    

"Kalian cepat sembuh ya.. di rumah sepi nggak ada kalian," tutur wanita bergamis coklat tua yang berdiri di samping brankar Gadis, istri Bapak Budiono sang pemilik kos.

"Insyaa allah besok kita udah boleh pulang kok Bu, iya kan bunda?" Tanya Gadis pada bundanya yang sedang mengupas jeruk.

"Alhamdulillah.. sayangnya Andrea udah dibawa pindah ke Bandung. Tadi belum sempat ketemu, ya kan Pak? Padahal ada yang nitip ke ibu, sebuket bunga buat dia tadi, terus ibu kasih ke Dian saja." Wanita tua itu terkekeh.

"Bunga? Bunga apa ya Bu?" Andara kepo mode on.

"Bunga apa ya tadi itu Pak?"

Pak Budiono nampak berpikir untuk menjawab istrinya, menggaruk alis kanannya lalu menjawab meski ragu. Dia tak begitu paham dengan nama-nama dari jenis tumbuhan indah itu.

"Tulip kalo nggak salah, warna putih," jawabnya.

"Yang ngasih cowok ya Pak? Perawakannya tinggi, kulit sawo matang dan potongan rambutnya mirip tentara gitu bukan Pak?" Tanya Andara.

"Yang ini Pak?" Gadis memperlihatkan foto Satya yang ada di ponselnya. Nampaknya Gadis bertambah pintar, lebih sigap kali ini.

"Lo pinter Dis! Tadi makan rendang lagi?" Andara terkekeh, tapi Gadis justru malah cemberut.

Ibu Budiono mengembalikan ponsel Gadis, hanya untuk memastikan bahwa yang tadi nitip bunga memang pria yang ada dalam ponsel anak kosnya itu, "Iya betul, orang itu yang nitip bunga. Tadi tuh waktu kami datang, dia cuma berdiri di depan kamar Andrea, dia menolak waktu kami ajak masuk. Malah nitipin bunga itu."

"Oke, mari kita bikin hati Andrea kacau! Dia pasti tambah pening kalo tau berita ini!" Gadis berbinar melihat ponselnya.

"Jahil banget sih kamu Dis!" Gadis tetap fokus pada layar keyboard di aplikasi perpesanannya, meski Andara mengoloknya.

"Jahil nggak pa-pa, asal jangan jahat!" Gadis tertawa puas saat pesannya sudah centang dua.

Bundanya yang melihat tingkah anak semata wayangnya itu hanya menggeleng maklum, "emang cowok itu siapanya Andrea sih sayang?" Tanya sang Bunda.

"Nggak tau Bun! Entah pacar entah mantan!" Gadis tergelak lagi. Tapi dalam hatinya paling dalam, dia ingin Andrea akhirnya bisa bersama Satya, karena Gadis tau bahwa Satya pria baik dan Andrea mencintainya.

"Kalo kamu, punya pacar juga nggak?"tanya Bundanya lagi.

"Bunda ih! Pacaran itu dosa bunda,"

"Jadi, lo mau langsung nikah?" tanya Andara yang langsung mendapat lemparan bantal dari Gadis. Semua pun tergelak melihat dua dara yang saling lempar bantal dari brankar masing-masing.

***

Malam menjelang..

"Kok ke sini?" Tanya Ibram saat dia tahu bahwa alamat yang Arjuna maksud adalah sebuah rumah yang Ibram kenali.

"Anna ada di rumah itu,"

"Tapi lo tau kan tempat apa rumah itu?" Tunjuk Ibram dengan dagu yang mengarah pada rumah bercat putih dengan gerbang yang menjulang tinggi. "Kita nggak bakal bisa kalo cuma berdua," nyali Ibram menciut.

"Lo udah telfon Om Albert?"

"Udah,"

"Kasih tau kita di mana. Dia pasti tahu gimana cara nolong kita andai kita terpaksa nggak bisa keluar dengan mudah. Gue nggak mau terlambat, nggak mau Anna kenapa-napa." Arjuna gusar dengan pikirannya yang terburuk.

"Bentar dulu deh, lo tau dari siapa kalo Anna dibawa Evelyn ke rumah itu?"

"Kata Ken,"

"Ken? Maksud lo Kenan?"

Mayang Senja (END) ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang