"Lepasin Mas, malu ih!" Bisik Mayang saat tiba-tiba Ibram memeluknya.
"Bodo! Aku kangen sama kamu, beneran deh!" Ibram makin memeluknya manja.
Sekar berdehem, hingga anak bontotnya itu akhirnya melepas pelukannya pada sang istri. Satya dan Dewa kompak memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.
Ibram menggandeng dua wanita yang teramat disayanginya itu untuk duduk di sofa. Dia memposisikan dirinya duduk di antara Sekar dan Mayang.
"Kalian kok bisa barengan gitu datangnya?" Tanya Ibram di sela kunyahannya. Mayang memang langsung menyuruhnya makan saat mereka duduk bertiga. Karena, Mayang tau kebiasaan Ibram yang lupa makan kalo lagi sibuk begitu. Kan mantan bos!
"Kemarin 'kan mama udah bilang kalo mau nyamperin menantu mama ini," kata Sekar yang sukses membuat pipi Mayang merona dan akhirnya memilih menunduk karena salah tingkah. Menjadi menantu seseorang adalah hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Mayang, mengingat betapa antimainstream cita-citanya.
"Mama memang selalu serius! Tapi, tadi Mama nggak ngapa-ngapin kamu 'kan, Yang?" Tanya Ibram.
Mayang menggeleng, merasa tak enak dengan ibu mertua. Ibram seakan sedang berpikir yang tidak-tidak pada mamanya.
"Kamu ini, emangnya mama mau ngapain coba?" Ibram meringis karena Sekar menjewer telinganya. "Suka nggak sadar. Penjahatnya itu kamu, masak pengantin baru udah nggak pulang ke istrinya selama berhari-hari!" Ibram meronta ingin dilepasin.
"Sakit! Mama ih!" Ibram mengusap telinganya yang merah akibat dijewer mamanya. "Ntar malem pulang deh! Abis rapat besok ambil cuti sekalian kalo perlu!"
"Pulang ke mana?" Tanya Sekar.
"Ke istriku lah."
"Terus kapan pulang ke rumah mama?"
"Kapan-kapan." Jawaban asal yang Ibram berikan berhadiah jeweran lagi. Kali ini lebih sakit dari sebelumnya. Hingga Mayang tetap tertawa meski nggak tega. Interaksi Sekar dan Ibram sungguh membuat hatinya menghangat. Dia juga ingin seperti itu. Dia dan ibunya.
"Mama pulang ya, kasian papa ntar rindu lagi sama mama!" Sekar berdiri lalu diikuti Mayang.
"Kamu di sini saja, temenin anak bandelnya mama. Kalo bosan, masuk saja ke ruangan Ibram di sana!" Sekar menunjuk ke arah di mana ruangan khusus Ibram di kantor itu. Di situlah Ibram dan kedua balakurawanya menghabiskan beberapa malam di kantor itu. Sebuah kamar yang tak terlalu luas, yang dilengkapi tempat tidur dan TV.
Mayang mengangguk patuh, sedangkan Ibram? Asyik mengunyah sarapannya. Dia butuh banyak asupan energi untuk 'perang'. Apalagi masakan istrinya ternyata sungguh enak dan bikin nagih.
Sekar benar-benar pulang, niat awalnya memang ingin menemani Mayang ke kantor. Sekar tahu betul, rasa minder dan takut yang Mayang rasakan jika karyawan tahu pernikahan dadakannya dengan anak pemilik perusahaan. Karena Ibram sudah menceritakan segala hal tentang sang istri yang mempunyai rasa rendah diri yang akut karena dia seorang anak di luar nikah meski kenyataan itu tak diketahui oleh siapapun. Hingga terbersit dalam hati Sekar, apa yang terjadi pada Indah saat dia menghilang secara tiba-tiba. Kenapa dia bisa memiliki Mayang padahal dia belum menikah?
Ibram sungguh bersyukur karena keluarga intinya tak mempermasalahkan siapa Mayang. Meski ada sedikit kekhawatiran tentang keluarga besarnya, kakek neneknya? Atau saudara-saudara dari kedua orang tuanya. Mereka punya isi pikiran dan mulut masing-masing yang tentu Ibram tak punya kuasa untuk mengendalikan itu. Belum lagi usia Mayang yang lima tahun lebih tua darinya dan mantan sekretarisnya pula.
Ibram keluar dari kamar mandi usai membasuh tangannya, lalu duduk menghampiri sang istri yang sedang berkutat dengan ponselnya.
"Lagi kirim pesan sama siapa?" tanya Ibram sambil melirik layar ponsel Mayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...