05

347 58 11
                                        

{~Selamat membaca~}

Hanyang, 1767 (Hari dimana pemberontakan terjadi di dinasti Joseon)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanyang, 1767 (Hari dimana pemberontakan terjadi di dinasti Joseon).

Jenderal Jang berlari dengan cepatnya. Ia kini berada dibelakang Permaisuri Kim bersama puteranya Pangeran Yeongjo.

Mereka berlari menuju hutan untuk menghindar dari para pemberontak. Tangan permaisuri Kim tidak terlepas dari Pangeran Yeongjo.

Splash!

Salah satu anak panah yang dilepaskan oleh beberapa orang dari arah belakang, telah melesat ke arah lain. Sontak Jenderal Jang menoleh kearah belakangnya, ia mendapati beberapa orang berpakaian hitam dan penutup wajah dengan warna selaras. Jenderal Jang kini dalam masalah, karena ia tidak berhasil untuk membawa kabur permaisuri dan pangeran tanpa diketahui oleh siapapun.

"Pergilah! Lari yang cepat! Saya akan menghadang mereka," perintah Jenderal Jang.

Permaisuri Kim menganggukkan kepalanya, dengan cepat ia kembali berlari bersama anaknya untuk menghindar dari orang-orang jahat yang mengincar nyawa mereka berdua.

Ada lima orang yang membuntuti mereka sampai ke hutan. Dua diantara mereka kini mengejar sang permaisuri beserta pangeran yang mulai jauh di tempat itu, sementara tiga yang lain kini sedang bertarung dengan Jenderal Jang.

Satu, hanya satu tugasnya didunia ini, yaitu melindungi keluarga Putera Mahkota Heonjong. Namun kata itu tandas ditengah jalan, kini Jenderal Jang terjatuh di tanah dengan pedang yang tertancap pada dadanya. Jenderal Jang membulatkan matanya, menatapi pedang berlumuran darah yang masih menempel pada dadanya. Rasa sesak dan sakit yang teramat dalam, kini dirasakan oleh Jenderal Jang.

Pria tangguh itu tergeletak di tanah, sudut matanya kini mengeluarkan butiran air matanya yang sangat berharga. Hancur sudah, tugasnya belum usai! Ia harus segera mengejar Permaisuri Kim dan Pangeran Yeongjo untuk ia lindungi. Ia merasa hidupnya tidak berharga, ia sangat mencemaskan permaisuri dan pangeran, Putera Mahkota pasti akan kecewa atas hasil kerjanya yang tidak becus untuk menjaga istri dan anak dari Putera Mahkota.

"Maaf, maafkan aku," gumam Jenderal Jang, sebelum akhirnya ia menghembuskan napas untuk keterakhir kalinya.

Di tempat yang berbeda, Permaisuri dan Pangeran masih berupaya untuk lolos dari kejaran kedua pria jahat itu. Mereka sudah lari dengan secepat mungkin, namun tetap saja dua orang dibelakangnya tak kalah cepat dengan mereka.

Seketika, anak panah menembus kaki sang Permaisuri Kim. Pangeran Yeongjo terhenti melangkah, ia menangis melihat sang Ibunda tercintanya kini terluka.

Trumpet Flowers (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang