04

360 54 9
                                    

{~Selamat membaca~}

Pintu besar aula terbuka, menampakkan sang Raja yang tengah terduduk diatas singgasananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu besar aula terbuka, menampakkan sang Raja yang tengah terduduk diatas singgasananya. Raja Cheoljong kini menatapi puteranya yang baru saja masuk ke dalam aula. Seja berhenti melangkah tepat dihadapan Raja, ia memandangi sang Raja yang sedang terduduk di atas sana.

"Apa kemarin.. kau menemui puteri Perdana Menteri Myeong?" tanya Raja Cheol, tanpa basa-basi.

"Ye, Jeonha," jawab Seja Baek Kyung, sembari menundukkan kepalanya.

"Bagus, kau telah mengerti akan ucapanku selama ini," timpal sang Raja, tersenyum namun terlihat menyeramkan.

"Jika Anda berpikiran saya telah melakukan apa yang Anda perintahkan, Anda salah.. Yang Mulia." Dengan tatapan tajamnya, kedua mata Seja tertuju pada sang Ayahnya yang terduduk di atas sana.

"Ini adalah keputusan saya, hati nurani saya yang melakukannya, bukan melainkan atas apa yang Anda perintahkan terhadap saya," lanjutnya.

Raja Cheol membulatkan matanya, ia tidak mengerti akan apa yang dikatakan Putera Mahkota kepadanya. Disisi yang berbeda, Seja menundukkan kepalanya singkat sebelum akhirnya ia keluar dari tempat itu.

Raja memanglah mendukung puteranya untuk mendekati puteri dari Perdana Menteri, teman karibnya. Seperti halnya perjodohan, Raja menginginkan puteri Eun Dan Oh menjadi permaisuri putera tunggalnya.

Seja keluar dari aula itu dengan perasaannya yang penuh dengan amarah. Ia memang tidak terlalu dekat dengan Ayahnya sedaridahulu, baginya Raja Cheol adalah orang asing bagi kehidupannya.

Pria tersebut kini melangkahkan kakinya di sekitaran paviliun, tempat dimana kediaman sang Ratu, Ibunda tercintanya.

Seja berdiri di depan pintu kamar Ratu, ia meminta para pelayan untuk membukakan pintu kamar tersebut. Perlahan pintu itu terbuka, menangkap sosok sang Ratu yang tengah menikmati langit indah melalui jendela kamarnya.

Seja berjalan, menghampiri Ibundanya yang sudah lama tidak ia temui. Ratu Jeong, kini tersenyum karena merasa bahagia akan kedatangan puteranya.

"Aku kira, tadi Ibu berada di singgasana bersama Raja," ucap Putera Mahkota, menatap sendu pada wanita cukup tua didepannya.

"Ayahmu akan marah jika Ibu berada disampingnya," timpal sang Ratu, tertawa namun dengan tatapan yang penuh dengan kesedihan.

Raja memanglah tidak pernah menyentuh sang Ratu secara sadar. Hari itu, hari dimana Raja melakukan hubungan intim bersama sang permaisuri Jeong, dimana ia dalam keadaan yang mabuk berat.

Sejak hari itu, Raja Cheol sangat marah, sampai-sampai ia meminta Permaisuri Jeong untuk menggugurkan kandungannya. Hal itu dicegah oleh sang mendiang kakaknya, Putra Mahkota Hyeonjong mengatakan bahwa seorang anak adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada manusia. Raja Cheol pun membiarkan anaknya untuk tetap hidup, walaupun begitu, ia tetap saja dingin kepada sang Ratu dan puteranya.

Trumpet Flowers (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang