{~Selamat membaca~}
Pintu besar menuju aula, kini terbuka dengan lebarnya. Tampak sosok Pangeran Agung Cheoljong yang baru saja memasuki tempat tersebut. Tatapan elang pria tersebut kini tertuju kepada sang kakaknya, yakni Seja Heonjong yang kini berada di atas singgasananya.
"Kenapa kau melakukan ini, Cheoljong?" tanya Seja, dengan matanya yang bergetar.
Langkah Pangeran Agung Cheoljong kini terhenti tepat dihadapan sang kakak, ia mendongak untuk menatapi sang calon Raja baru negeri ini yang berdiri di atas sana.
"Aku rasa kau tahu alasan mengapa aku melakukan ini, Wang Heonjong?" jawabnya, seolah meledek.
Seja menghembuskan napasnya kasar, ia segera menuruni beberapa anak tangga untuk mendekati adiknya di bawah sana. Pangeran Agung Cheoljong tak henti-hentinya menyeringai, ia sangat kagum dengan keberanian kakaknya itu.
Langkah kaki Seja kini terhenti, ditatapnya pria didepannya dengan tatapan yang sangat dingin. "Jika kau ingin berperang, maka kita lakukan!" ungkap Seja, segera mengeluarkan pedang tajam miliknya dari dalam sarungnya.
Pangeran Agung Cheoljong segera mengeluarkan pedangnya dan langsung bertarung dengan sang kakak untuk mendapatkan istana yang sejak lama ia inginkan.
Kematian sang Raja baru saja terjadi, dan istana kini berada dalam kehancuran. Semua tidak dalam keinginan mendiang Raja Guan yang menginginkan negeri ini untuk menjadi lebih baik kedepannya. Pangeran Agung Cheoljong telah mengingkari janjinya terhadap mendiang Raja, karena sikap egois yang sangat besar dalam dirinya.
Goresan demi goresan kini muncul di tubuh mereka masing-masing. Ini semua tidak akan berakhir, sebelum diantara mereka kehilangan nyawanya untuk selamanya.
Slang!
Pedang milik Pangeran Agung Cheoljong kini merembes di pinggang Seja Heonjong, hingga membuat darah bercucuran pada jubah istananya. Seja Heonjong segera berlari dari hadapan sang adik menuju singgasananya di atas sana. Napasnya yang tidak beraturan, dengan darah suci yang terus mengalir di pinggangnya.
Pangeran Agung Cheoljong tersenyum kemenangan, ia menurunkan pedang miliknya yang mulai meneteskan darah milik sang kakaknya. Pangeran Agung Cheoljong kini mulai melangkah perlahan menuju singgasana tersebut, memandangi Seja yang sudah mulai lemah.
"Kita akhiri semua ini, kau ingat janjimu kepada mendiang Raja, bukan?" tanya Seja, menginginkan ini semua segera berakhir.
"Aku ingat, aku yang mengucapkan hal itu.. tapi tidak dengan hatiku," sahutnya, dan mulai berhenti melangkah tepat dihadapan sang kakaknya. "Akan sangat sulit bagi keturunanku untuk menjadi pemimpin di negeri ini, satu-satunya cara agar semua itu terwujud adalah membunuhmu," jelas Pangeran Agung Cheoljong, membuat tubuh Seja kini gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trumpet Flowers (TAMAT)
Historical FictionEun Dan Oh (은단오), putri tunggal dari perdana menteri Eun Myeong (은명) yang sangat jatuh cinta pada salah satu pangeran dari dinasti Joseon. Ia memiliki satu impian sejak kecil, yakni menikah dengan lelaki tersebut. *** Pertumpahan darah terjadi di is...