19

258 41 24
                                        

{~Selamat membaca~}

{~Selamat membaca~}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joseon, 1775

Sudah delapan tahun lama ini, Pangeran Baek Kyung selalu saja mendapatkan surat dari seorang wanita. Surat dengan pengirim yang sama, yakni puteri dari Perdana Menteri Myeong. Isi suratnya pun selalu sama, dimana puteri Eun Dan Oh selalu menyatakan perasaannya melalui surat tersebut.

Disuatu hari, dimana Pangeran Baek Kyung menerima surat untuk ke-sekian kalinya.

"Putera Mahkota, ada kiriman surat," ucap seorang kasim, pada Pangeran Baek Kyung remaja yang sudah dinobatkan menjadi Putera Mahkota negeri ini.

"Apakah dari Dan Oh?" tanya Putera Mahkota, seraya memegang busur panah di tangannya.

Putera Mahkota Baek Kyung selalu menghambiskan waktunya untuk belajar dan berlatih pedang maupun memanah. Rasanya sangat hampa, tidak seperti saat Pangeran Yeongjo masih berada di istana. Senyuman Putera Mahkota Baek Kyung sangat sulit terukir di wajahnya, kebahagiaannya telah direnggut oleh orang-orang yang tidak memahami perasannya.

"Ye, Joha," jawab kasim tersebut, merunduk.

Putera Mahkota menghembuskan napasnya kasar, benar saja dugaannya jika surat tersebut dikirim oleh puteri dari Perdana Menteri negeri ini. Putera Mahkota meletakkan busur panahnya, lalu meraih surat tersebut dari tangan kasim dengan cukup kasarnya.

Putera Mahkota mulai membuka isi surat tersebut, dengan kakinya yang mulai berjalan menuju kediamannya. Dibelakangnya terdapat seorang kasim dan para dayang yang selalu mengikuti setiap langkahnya. Walaupun terlihat risi, namun Putera Mahkota harus menerima itu semua.

Hari ini langit terlihat cerah, saya harap hari-hari anda juga cerah.
Makanlah dengan teratur dan jagalah kesehatan anda, Putera Mahkota.
Maaf jika anda merasa risi karena surat yang selalu saya kirimkan,
Saya berharap kita dapat bertemu kembali seperti saat kita masih kecil, dimana anda membantu saya saat di pasar.
Joha, hiduplah dengan baik.

Mata Putera Mahkota bergetar saat membaca surat tersebut, dengan cepat ia kembali melipat surat tersebut dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Putra Mahkota menghentikan langkahnya, ia menghembuskan napasnya berat seraya memandangi sang mentari yang tidak tertutup oleh awan.

"Mengapa dia masih berpikiran bahwa aku pria yang dia temui saat masih kecil?" monolog Putera Mahkota Baek Kyung.

.

🌺Trumpet Flower🌺

.

"Aku masih ada urusan disini, aku akan mengambil alih semua yang seharusnya menjadi hak milikku," ucap Haru, membuat Putera Mahkota Baek Kyung membelalak.

Trumpet Flowers (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang