20

235 45 10
                                    

{~Selamat membaca~}

"Joha, apakah anda sudah bangun?" pekik Kasim Mo yang berada tepat di depan pintu kamar sang Putera Mahkota Baek Kyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Joha, apakah anda sudah bangun?" pekik Kasim Mo yang berada tepat di depan pintu kamar sang Putera Mahkota Baek Kyung.

Rapat akan segera dilakukan, sementara Putera Mahkota masih berada di kamarnya dan tidak menyahut sama sekali ucapan dari kasimnya itu. Kasim Mo kebingungan, tangannya kini memegang nampan dengan pakaian Putera Mahkota diatasnya.

"Joha?" panggil Kasim Mo, namun masih tidak ada suara di dalam sana.

"Jweisonghamnida, Joha," lanjut Kasim Mo, dan langsung membuka kamar kediaman Putera Mahkota. Walaupun terdengar tidak sopan, namun Kasim Mo terpaksa melakukan ini karena sekarang adalah waktu untuk memasuki ruang rapat, sesuai dengan perintah Raja Cheoljong.

Langkah Kasim Mo terhenti, seketika nampan yang berada di atas tangannya terjatuh begitu saja di lantai. Tubuh Kasim Mo bergetar, ia dalam masalah besar sekarang ini karena sang Putera Mahkota tidak berada di kamarnya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang ini?

Raja mungkin saja akan membunuhnya jika mengetahui bahwasanya Putera Mahkota tidak berada di kamarnya.

Di tempat yang berbeda, lebih tepatnya di hwayanggak, tempat para gisaeng.

Langkah kaki seorang pria terhenti seketika tepat didepan pintu masuk menuju hwayanggak. Pria berpakaian layaknya seorang bangsawan, dengan heungnip yang menempel di kepalanya.

 Pria berpakaian layaknya seorang bangsawan, dengan heungnip yang menempel di kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu tidak lain adalah sang Putera Mahkota negeri ini, Putera Mahkota Baek Kyung. Putera Mahkota sengaja pergi dari istana tanpa sepengetahuan siapapun, dan kini ia menghampiri sebuah tempat yang menurutnya akan aman untuk berdiam diri sementara waktu.

Putera Mahkota mulai melangkahkan kakinya menuju tempat tersebut, tempat dimana para lelaki bangsawan bermain dengan para gisaeng. Namun, seketika langkah Putera Mahkota terhenti. Ia memandangi seorang pria cukup tua yang kini tengah menarik-narik lengan seorang gisaeng. Mungkin hal itu sedikit aneh, karena seharusnya gisaeng tidak melakukan hal tersebut pada pelanggannya.

Trumpet Flowers (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang