⚠️Warning : mature content⚠️
Happy reading!
"Bagaimana kondisi Mommy?"
Deru nafas Aurora masih memburu ketika menanyakan hal itu pada dokter yang sejak dulu ia percayakan menangani Mommynya di rumah sakit ini. Entahlah tadi siapa yang menghubungi Aurora soal keadaan Mommynya, ia tidak peduli.
"Semuanya sudah kembali normal, Ara. Doakan yang terbaik supaya Mommymu cepat sadar ya." ucap dokter yang tak lagi muda itu sambil mengusap bahu Aurora lembut kemudian pamit undur diri.
Aurora menyentuh kaca transparan di hadapannya, menatap nanar ke arah wanita yang terlihat terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan nanar. Setetes air mata turun tanpa komando, meninggalkan jejak basah di pipinya.
"Nona ingin masuk ke dalam?"
Aurora menggeleng pelan tanpa menoleh. Pandangan terkunci pada wanita yang masih menggunakan banyak alat mengerikan untuk menyokong kehidupannya. Cukup memakan waktu bila Aurora ingin masuk ke dalam karna harus menggunakan pakaian steril sesuai prosedur rumah sakit.
Melihat Mommnya dengan kaca pembatas saja sudah cukup membuat Aurora jauh lebih tenang di bandingkan tadi saat ia menerima telepon dari pihak rumah sakit. Rasanya kehidupan Aurora runtuh detik itu juga ketika ia mendengar laporan soal kondisi Mommnya yang katanya tiba-tiba menurun drastis.
Drrrtt.. drrtt..
"Ya?" tanya Aurora mengangkat teleponnya sambil berjalan meninggalkan rumah sakit dengan langkah cepat. Sebenarnya bukan apa-apa, hanya saja ia sedikit gusar berada di rumah sakit karena bau obat-obatannya yang menyengat dan cukup mengganggu pernafasannya.
"Kau masih di rumah sakit? semuanya baik-baik saja kan?"
"Yes. Everything's okay." jawab Aurora menutup pintu mobilnya dengan satu tangan kemudian menyalakan pendingin di dalam mobil yang sudah ia nyalakan.
"Kau tidak berbohongkan? aku bisa menyusulmu sekarang, Ara. Don't worry."
Aurora tersenyum tipis mendengar kalimat perhatian Arianna yang di tujukan padanya kemudian menolak niat baik temannya itu. Arianna butuh istirahat dan iapun sudah baik-baik saja sekarang.
Setelah memasang seat-belt Aurora langsung melajukan mobil miliknya meninggalkan pelantaran rumah sakit.
Beberapa menit menembus jalanan yang cukup lenggang, akhirnya mobil Aurora sudah memasuki pekarangan mansionnya. Dahi perempuan itu sedikit mengernyit melihat sebuah mobil sport hitam yang terparkir di mansionnya.
"Adrian?"
Pria yang tengah memainkan ponselnya sambil duduk di atas kursi pijat itu mendongak kemudian melempar senyum tipis. Cukup mencurigakan dan sangat tidak tau malu.
"Hi, Ara. Kenapa baru pulang? Apa kau lelah?" tanya Adrian perhatian dengan nadanya yang kelewat semangat sambil menarik Aurora agar lebih dekat dengannya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Aurora tanpa mau berbasa-basi pada pria di hadapannya. Selain karena tubuhnya yang terasa lengket ia juga sedang tidak dalam mood yang baik untuk membicarakan hal tidak jelas.
Adrian tersenyum kikuk, "Apa Crushaders ada mengikuti perlombaan minggu depan?"
Aurora menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Adrian. Apa sebenarnya maksud Adrian menanyakan soal team cheersnya?
"Tidak. Memangnya kenapa?"
"Great. It means kau dan teman-temanmu itu bisa mendukung turnament basketku minggu depan." ujar Adrian antusias kemudian meraih ranselnya yang berada di atas meja. Menggunakannya dan bersiap berpamitan pada Aurora dengan semangatnya yang tidak berkurang sedikitpun.
"Aku tidak mau." ucap Aurora datar
"Wh—what!? why, Ara?" tanya Adrian menatap temannya itu tidak percaya. Demi Tuhan. Christopher sengaja menyuruhnya untuk menyuruh Aurora agar mau mendukung turnament timnya minggu depan, dan Aurora menolaknya!? sial. Ia sudah mengatakan jawaban pasti pada Christopher tadi dengan begitu percaya diri.
"Hanya tidak ingin. Lagi pula aku dan teman-temanku ada perlombaan lain bulan depan."
"Tapi—"
"Kami tidak mungkin menyia-nyiakan waktu latihan hanya untuk mendukung turnamentmu."
Egois. Sangat Aurora sekali. Dan Adrian benci dengan sikapnya yang satu itu. Sangat tidak tau waktu dan tidak memilih-milih orang.
"Demi Tuhan. Perlombaanmu itu bulan depan, Ara!" ujar Adrian meremas rambut panjangnya kesal.
"Aku membutuhkan banyak waktu untuk muncul sebagai pemenang." ucap Aurora berbalik hendak meninggalkan Adrian yang menatapnya kesal
"Beritahu captainmu, aku menolaknya perintahnya."
- - -
baru sadar Atelophobia udah 1k+ less than a month! thankyou!😭🥰
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelophobia [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ Christopher memang membenci Aurora, sangat. Tapi bukan berarti ia akan menyia-nyiakan tubuh Aurora untuk menuntaskan nafsu bejatnya. Toh wanita itu menikmatinya. Dan Aurora tidak...