⚠️Warning : mature content⚠️
Happy reading!
Christopher sudah membuka matanya lebih dulu di bandingkan Aurora, dan ia tidak tau sejak kapan memandang wajah polos Aurora ketika tertidur jadi semenyenangkan ini. Pria itu tersenyum kecil melihatnya. Aurora— benar-benar cantik. Sangat cantik bahkan.
"Wake up, princess. Kau sudah melewatkan sarapan dan makan siangmu." bisik Christopher mengusap wajah Aurora yang terlihat masih tertidur dengan wajah lelahnya. Selimut putih yang melilit di tubuh polosnya pun sedikit melorot tanpa perempuan itu sadari karena nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul.
"Wake up," ujar Christopher lagi.
Aurora bergumam pelan sambil menguap lebar dengan tangannya yang menutup mulutnya spontan.
"Bersihkan dirimu dulu, sayang." ujar Christopher menjauh dari Aurora. Memakai kaos polos miliknya tanpa mau menatap ke arah perempuan itu, tubuh polos Aurora berhasil membangkitkan kejantanannya yang baru saja tertidur tanpa melakukan apa-apa. Menyebalkan.
"Ya." gumam Aurora serak kemudian berjalan malas menuju bilik kamar mandi tanpa peduli soal tubuhnya yang telanjang sempurna.
Christopher menatapnya diam kemudian menyibukkan diri dengan ponselnya.
"Bisa mengantarku ke rumah sakit?" tanya Aurora yang baru saja keluar dari dalam bilik kamar mandi, dengan wajahnya yang terlihat segar.
Christopher langsung menoleh dan menatapnya serius setelah mendengar ucapan Aurora barusan, apa dia bermain terlalu kasar tadi?
"Kau baik-baik saja?" tanya Christopher cepat, Aurora tersenyum tipis kemudian mengangguk.
"Bisa mengantarku 'kan?" tanya Aurora sekali lagi, dan Christopher mengangguk cepat sebelum perempuan itu menarik kata-katanya.
Dan disinilah keduanya berada, di dalam kotak besi sempit bernama lift di sebuah rumah sakit besar yang terlihat sangat mewah. Christopher melirik Aurora yang sejak tadi hanya diam. Mengusap tangan Aurora lembut kemudian mengecup punggung tangannya singkat.
"Aku tidak menyakitimu tadi 'kan?" tanya Christopher sekali lagi yang di balas anggukan pelan wanita di sebelahnya.
Keduanya berjalan melewati koridor rumah sakit yang nampak lenggang di lantai 76 ini. Atau memang hanya ada satu pasien yang di rawat disini? entahlah Christopher merasa hal itu tidak terlalu penting.
"Itu Mommy."
"Mommy sedang sakit sekarang." lanjut Aurora dengan suara pelan sambil menyentuh kaca buram di hadapannya. Menatap tubuh ringkih seorang wanita yang berada di atas brankar rumah sakit. Terlihat begitu lemah dan kurus.
Christopher mengikuti arah pandangan Aurora kemudian tersenyum tipis melihat wanita di dalam sana. Begitu cantik dan mirip dengan Auroranya. Ia sedikit bingung dengan perkataan Aurora soal Mommynya yang katanya sakit, bukannya Mommy Aurora sedang bersama Daddynya melakukan perjalanan bisnis?
Tapi wanita di dalam sana dengan wanita yang sedang keliling dunia bersama Jack benar-benar mirip. Christopher mungkin akan sulit membedakan keduanya jika di sandingkan nantinya.
"Kau perlu makan." ujar Christopher menarik lembut tangan Aurora menjauh dari ruangan itu, tidak membiarkan Aurora menangis karena terlalu lama memandangi wanita yang katanya adalah Mommnya yang sedang sakit itu.
"Kau pasti bingung dengan semuanya kan? aku ingin menceritakannya sekarang."
Christopher menghentikan gerakan tangannya yang sudah akan menyalakan mobil, beralih menatap Aurora intens.
"Wanita tadi adalah Mommy, Jennifer, istri Daddy yang sah di mata hukum dan agama. Sedangkan yang sekarang sedang bersama Daddy melakukan perjalanan bisnis adalah kembaran Mommy, Jenniya, jalang Daddy." ucap Aurora pada Christopher yang masih setia menatapnya. Sambil beberapa kali mengusap punggung tangan kekasihnya lembut.
"Daddy bermain pintar, mengatakan pada semua orang bahwa Jenniya adalah Mommy. Sedangkan Mommy masih sakit sampai sekarang."
"Daddy tidak peduli pada— hiks."
Dan detik selanjutnya Christopher sudah memeluk Aurora erat, mencium puncak kepala perempuan itu beberapa kali dengan lembut. Membiarkan Aurora menangis di dalam pelukannya.
Jika Aurora tidak mengatakan hal ini, mungkin selamanya Christopher akan beranggapan bahwa hidup Aurora memang persis seperti seorang putri di kerajaan dongeng. Begitu sempurna.
Tapi faktanya, berantakan.
"Sudah merasa baik-baik saja?" tanya Christopher lembut yang di balas anggukan Aurora. Perempuan itu tersenyum manis ke arahnya seolah yang menangis tadi bukan dirinya.
Yang bernasib buruk menjadi korban keegoisan Daddynya bukan dirinya.
"Kita makan malam sekarang."
Lalu keduanya kembali hanyut dengan pikiran masing-masing. Hanya suara radio yang mengisi kesunyian di dalam mobil sport milik Christopher. Entah apa yang sedang di pikirkan Aurora saat ini. Yang pasti Christopher tidak ingin mengusiknya.
Masa bodoh dengan apa yang di pikirkan Christopher soal dirinya sekarang, setidaknya perasaannya sedikit lega setelah menceritakan soal kehidupannya pada Christopher tadi.
"Jangan terlalu sering menghisap sisha." ujar Christopher tiba-tiba membuat wajah Aurora memerah namun tak urung mengangguk. Wajahnya memerah karena mengingat percintaannya dengan Christopher tadi siang.
"Oh ya, Samuel menelponmu tadi."
- - -
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelophobia [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ Christopher memang membenci Aurora, sangat. Tapi bukan berarti ia akan menyia-nyiakan tubuh Aurora untuk menuntaskan nafsu bejatnya. Toh wanita itu menikmatinya. Dan Aurora tidak...