Atelophobia | 1.0

104K 5.5K 173
                                    

⚠️Warning : mature content⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Warning : mature content⚠️

Happy reading!

"Kau memiliki hubungan dengan si kapten basket itu?"

Aurora menelan spaghetti miliknya kasar kemudian menatap Zara tak suka, "Jangan membuat gosip baru, Z."

Zara tersenyum lebar menampilkan jejeran gigi rapihnya, "Morgan bilang kau menghabiskan waktu berdua di basecamp basket kemarin. Wajar 'kan aku curiga?"

Arianna menatap ke arah Aurora dengan satu alis terangkat, dan sialnya berhasil membuat Aurora salah tingkah. "Hanya membahas soal turnament mereka minggu depan."

"Kenapa bukan Ad—"

"Aku ingin coreo kemarin disiapkan untuk mendukung turnament basket minggu depan, Anna." ucap Aurora cepat sebelum Zara memberinya pertanyaan yang nantinya akan menyudutkan dirinya.

"Okay!" ucap Arianna semangat kemudian mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tentu saja memberikan informasi itu di group Crushaders dengan atusias.

"Kau akan ikut 'kan?" tanya Arianna menatap Aurora menyelidik kemudian kembali terpekik senang kala temannya itu mengangguk. Jarang sekali Aurora mau tampil jika bukan di perlombaan bergengsi. Ah Aurora dan gengsinya yang setinggi langit memang tidak terpisahkan.

- - -

Dua jam setelah bel pulang berbunyi.

Aurora berjalan lambat menuju lapangan indoor di sekolahnya, cukup lelah dengan puluhan soal yang tadi harus ia kerjakan dan kini ia harus latihan untuk turnament minggu depan.

Zara terpekik semangat melihat sosok Aurora yang baru saja tiba.

"Ara! Akhirnya kau datang!" ujar Zara semangat kemudian langsung meraih ransel milik Aurora dan mendorong tubuh temannya itu ke tengah lapangan.

Beberapa menit melakukan pemanasan ringan sebelum bergerak banyak, Aurora langsung berbaur dengan teman-temannya. Bergerak lincah sesuai coreo yang telah ia siapkan jauh-jauh hari.

"Five."

"Six."

"Seven."

"Eight."

"Break." ucap Aurora lantang kemudian berjalan ke pinggir lapangan dengan nafas berderu cepat. Tangan kanannya meremas bagian perutnya yang terasa nyeri karena tamu bulanannya hari ini.

"Kau baik-baik saja?" tanya Zara menyodorkan sebotol air mineral yang langsung di teguk tandas oleh Aurora. Wajah temannya itu sedikit pucat.

"Ya." jawabnya pelan kemudian kembali mencari gerakan yang sesuai dengan tempo lagu.

"Kita ulangi sekali lagi."

Berbeda dengan Aurora dan Crushaders yang sibuk mencari tempo yang tepat, team basket Christopher juga tengah mati-matian berlatih untuk turnament minggu depan.

Ini bukan turnament pertama memang, tapi kali turnament ini bisa di katakan cukup bergengsi makanya ia membutuhkan tim sorak untuk meramaikan dan lawannya pun bisa di katakan musuh bebuyutan dengan sekolahnya. Catat, sekolahnya. Jadi bukan hanya teamnya saja yang bermusuhan dengan team sebelah.

Dan di turnament minggu depan Christopher dan teman-temannya sudah menyusun strategi untuk membalas kecurangan yang mereka terima di turnament sebelumnya.

Matahari sudah mulai kembali ke peraduannya.

Hampir 4 jam lamanya mereka berlatih dan kini Aurora benar-benar merasakan nyeri di bagian perutnya. Bahkan ia menyuruh Arianna yang memberikan evaluasi latihan hari ini karena sakit diperutnya benar-benar menyiksanya kali ini.

Christopher berjalan mendekati Aurora yang masih diam di tempatnya, sedangkan Zara tengah mengantar Arianna menuju ruang ganti.

"Kenapa?" tanya Christopher meraih dagu Aurora agar menatapnya. Perempuan itu menggeleng seperti wanita pada umumnya yang tidak mau berkata jelas ketika di tanya kenapa.

"Perutmu terasa sakit?" tanya Christopher berjongkok di depan Aurora.

Teman-teman klub basket Christopher langsung bersorak heboh padanya namun ia abaikan. Kondisi Aurora jauh lebih penting di bandingkan semua ejekan dari teman-temannya itu.

"Hanya nyeri biasa." jawab Aurora menepis pelan tangan besar Christoper yang menyentuh lututnya, canggung karena pria itu tiba-tiba bersikap sok peduli padanya.

"Christopher! Aku titip temanku ya!" teriak Zara dari depan pintu lapangan indoor kemudian berlalu begitu saja. Meninggalkan Aurora yang mendelik mendengarnya.

Christopher hanya mengangguk kemudian mengambil tas berwarna pink mencolok Aurora dan meraih tangan Aurora, menariknya meninggalkan lapangan yang mulai sepi dengan lembut.

"Kau yakin itu hanya nyeri biasa?" tanya Christopher usai memasangkan seat-belt di tubuh Aurora. Tangan besar pria itu mengusap peluh di pelipis Aurora lembut. Perempuan di hadapannya ini benar-benar terlihat pucat.

"Christopher, aku membawa mobil. Lalu bagaimana besok—"ucapan Aurora terhenti karena Christopher yang menatapnya tajam dengan wajah dingin.

"Aku yang akan menjemputmu."

- - -

Atelophobia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang