Atelophobia | 2.5

63.6K 3.9K 72
                                    

⚠️Warning : mature content⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Warning : mature content⚠️

Happy reading!

Christopher kembali meneguk gelas alkohol miliknya. Meski kepalanya mulai terasa pening dan kedua matanya mulai memerah, hal itu bukan suatu penghalang baginya. Toh kali ini ia akan mabuk di dalam kamarnya sendiri, jadi bukan masalah jika ia sendirian.

Helaan nafas kasar kembali ia keluarkan ketika mengingat pembicaraannya dengan Arianna di cafe saat itu. Satu bulan yang lalu. Bayangan Aurora selalu muncul di benaknya ketika ia mabuk. Padahal tujuan awalnya adalah melupakan perempuan itu.

Hanya sedikit sulit. Sedikit.

Selama ini Christopher berusaha menutup mata soal kondisi Aurora. Perempuan itu semakin banyak menkomsumsi obat-obatan katanya, semata-mata agar ia bisa beristirahat dan emosinya tetap stabil. Begitu kata Adrian yang saat itu sibuk bercerita pada Orion.

Christopher mendengarkannya dan merasa sedikit khawatir, tapi ia masih diam. Adrian selalu ada ketika Aurora membutuhkan seseorang, jadi ia rasa Aurora tidak membutuhkan dirinya lagi.

Soal hubungannya dengan Aurora, entahlah Christopher sendiri tidak begitu mengerti. Mereka memang sempat kembali dekat setelah kematian Mommy Aurora, dalam hubungan pertemanan. Tapi kembali renggang entah karena apa.

Ia tidak mengerti karena apa dan karena siapa. Christopher sendiri tidak sadar siapa yang lebih dulu berjalan mundur untuk saling memberi jarak. Dirinya atau Aurora.

Jika boleh jujur ucapan Arianna saat itu cukup mempengaruhinya, maksudnya, Christopher sedikit kasihan dengan perempuan itu. Awalnya memang ia tidak habis pikir kenapa Arianna begitu berlebihan soal kedekatan Aurora dan Adrian, tapi semakin hari ia mulai mengerti perasaan perempuan itu.

Saat ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan soal Aurora. Beberapa waktu yang lalu Daddynya sudah mulai mewanti-wanti dirinya agar mengurangi waktu bermain dan mulai fokus soal masa depan. Mengingat ujiannya akan di laksanakan beberapa waktu lagi.

Drrtt.. ddrttt..

Christopher menghela nafas kasar kemudian menekan icon berwarna hijau di ponselnya,

"What'sup man?"

"Kau dimana, Chris?"

"Di rumah. Why?"

"Aku punya kabar baik untuk mu, man!"

Christopher langsung menegakkan tubuhnya ketika Adrian mengatakan "kabar baik" dengan begitu bersemangat.

"Aku—"

"Ekhm. Ad, sebentar. Aku harus pergi sekarang, aku akan menelpon mu nanti."

Dan Christopher langsung melempar ponselnya jauh hingga menabrak tempat sampah di kamarnya, masa bodoh soal benda persegi panjang itu dan masa bodoh soal kabar baik yang akan di sampaikan Adrian.

Ia tidak peduli.

- - -

"Kakak!"

"Kakak!"

"Kak!"

"Christopher!"

"Shit. Christopher! Open the door!"

"Christopher Oakley Zen—"

Christopher menatap tajam Louisa yang sejak tadi menggedor pintu kamarnya tak sabaran sambil berteriak heboh. Pria itu mengernyit melihat adiknya yang sudah rapih pagi-pagi begini. Dan hari ini weekend.

"Kau mau kemana?" tanya Christopher langsung pada Louisa yang berkacak pinggang di hadapannya.

"Kita harus ke Paris sekarang!" ujar Louisa dengan wajah seriusnya. Christopher memperhatikan kedua mata adiknya yang terlihat sembab pagi ini. Apa kekasih adiknya ini menyakitinya lagi?

"Samuel menyakitimu lagi?" tanya Christopher membuat Louis berdecak kemudian memilih untuk menarik tangan kakaknya turun. Agar kedua orang tuanya bisa langsung berbicara pada kakaknya yang bodoh ini.

"Louisa, kau—"

"Christopher, kenapa belum bersiap-siap?"

Christopher langsung menoleh ke arah sumber suara, kembali mengernyit melihat Mommy dan Daddynya yang sudah rapih di meja makan. Lengkap dengan satu koper berukuran kecil yang sedang di pegang oleh salah seorang maid di rumahnya.

"Jadi Louisa tidak berbohong?" tanya Christopher membuat Emeralda terkekeh pelan mendengarnya, jemari wanita itu mengusap lembut rahang tegas putranya. "Jangan buang-buang waktu, sayang. Grandma membutuhkan kita disana."

Christopher berdecak pelan, jika Mommynya sudah membawa-bawa kata "Grandma" hanya ada dua alasan mengapa ia dan keluarganya tiba-tiba harus terbang ke Paris. Kesehatan neneknya atau perusahan neneknya yang bermasalah disana.

Jujur saja, Grandmanya memang sangat merepotkan. Di usianya yang sudah senja masih saja memaksakan diri untuk mengurus perusahaan besar yang di tinggalkan mendiang kakeknya. Mengesalkan sekali tapi Christopher tidak bisa membantahnya.

"Aku sebentar lagi akan ujian, Mom."

"Hanya sebentar, Chris. Daddy akan mengurusnya jika kita membutuhkan banyak waktu di Paris." ujar Christian meremas bahu putranya dengan nada tak terbantahkan.

"Daddy akan mengurus sekolah mu, kau hanya perlu bersiap sekarang, Chris."

- - -

see you!💗

Atelophobia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang