17+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
Christopher memang membenci Aurora, sangat. Tapi bukan berarti ia akan menyia-nyiakan tubuh Aurora untuk menuntaskan nafsu bejatnya. Toh wanita itu menikmatinya.
Dan Aurora tidak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️Warning : mature content⚠️
Happy reading!
"Thank you, baby." ucap Aurora mencium pipi Axel singkat kemudian keluar dari mobil mewah pria yang berstatus sebagai kekasihnya sejak minggu lalu itu.
"Baru pulang, sayang?"
Aurora berdecih mendengarnya kemudian kembali melangkah menuju lift yang terletak di mansionnya.
"Kita makan malam bersama. Daddy tunggu." Aurora hanya tersenyum miring tanpa menjawab kemudian memencet tombol menuju kamarnya pada dinding lift.
Aurora melempar tas miliknya sembarangan ketika baru menginjakkan kakinya di kamar. Masa bodoh dengan laptopnya yang mungkin akan rusak karena hanya benda itu yang berada didalam tasnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AuroraGwynethi'm hungry, can i order you?
"Nona, airnya sudah siap." ucap seorang pelayan kemudian meninggalkan kamar Aurora ketika mendapatkan perintah pergi lewat gerakan tangan majikannya.
Aurora tersenyum tipis melihat ratusan komentar yang langsung membanjiri laman instagramnya dalam waktu beberapa detik saja. Dengan tubuh letih Aurora berjalan menuju bilik kamar mandi. Berendam adalah hal yang ia tunggu-tunggu setelah bergerak seharian dengan tubuh lengket.
"Dimana Daddy?" tanya Aurora entah pada siapa ketika baru saja tiba di ruang makan mansionnya. Hanya wanita itu yang duduk di salah satu kursi, Daddynya tidak ada.
"Ara, ka—"
"Shut up." potong Aurora menatap wanita itu tajam kemudian beralih menatap salah satu maid yang menunduk, "Tuan baru saja menerima telpon penting, Nona."
Aurora berdecih pelan, "Aku makan di kamar."
Wanita yang sejak tadi kehadirannya tidak di hiraukan menatap punggung Aurora yang bergerak menjauh. Entah siapa yang harus ia salahkan melihat perubahan sikap Aurora.
"Nyonya—"
"Turuti saja kemauannya." ucapnya membiarkan pelayan melaksanakan perintah Aurora barusan dengan senyum tipis di wajah cantiknya.
Aurora mengangkat ponselnya yang kembali saja bergetar dan menampilkan idcaller seseorang,
"Ya, Z?"
"Kau ada dimana? kenapa lama sekali mengangkat telponku?" Aurora tersenyum kecil mendengar suara temannya yang terdengar kesal.
"Daddy."
"Oh, sorry. Uncle Jack sudah pulang?"
"Ya, bersama wanita itu."
"Padahal aku ingin menghabiskan waktu di club malam ini."
"Hm. Besok saja. Aku yang traktir."
"Okay! Selamat istirahat, Ara sayang! I love you!"
Aurora hanya berdehem kemudian mematikan sambungan telepon. Biasanya ia akan heboh ketika Zara atau Arianna mengajaknya ke club, tapi pengecualian ketika Daddynya pulang. Dan teman-temannya mengerti akan hal itu.
Tok.. tok..
"Nona, makan malam anda sudah siap."
"Siapkan disini." perintah Aurora melangkah ke arah balcony kamarnya. Mata tajamnya menatap intens gerakan pelayan yang tengah menyiapkan makan malamnya di meja balcony.
Ini bukan pertama kalinya Aurora memilih makan di balcony kamarnya, karena ini juga bukan kali pertama Daddynya lebih memilih telepon penting di bandingkan makan malam bersamanya.
"Silahkan, Nona." ucap pelayan itu kemudian menunduk membiarkan Aurora menyantap makan malamnya dalam diam. Ia harus berada di dekat Aurora sampai perempuan itu menyelesaikan makan malamnya.
Aurora tidak terbiasa makan seorang diri di kamarnya. Ia lebih memilih makan di restaurant yang ramai seorang diri di bandingkan makan sendiri di kamarnya.
"Kau sudah makan?"
Pelayan itu tersentak mendengar suara lembut Aurora kemudian menjawab ragu. "Saya akan makan setelah ini, Nona."
"Aku sudah selesai. Habiskan ini semua." ucap Aurora bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kamarnya. Ia baru menyentuh sup jamur miliknya, ada setidaknya lima jenis makanan utuh yang tidak ia sentuh sama sekali.
Aurora duduk di sebuah kursi empuk yang berada di kamarnya. Dengan sebuah buku tebal di pangkuannya dan segelas whiskey yang malam ini menemaninya. Meneguknya beberapa kali kemudian kembali ke ranjangnya ketika kepalanya mulai terasa pening. Ah Aurora memang lemah dengan alkohol tapi ia tetap menyukainya.
Besok pagi ia akan bangun dengan tas dan seragam yang sudah di siapkan pelayan. Kehidupannya memang nampak begitu sempurna di mata orang lain, tapi di mata Aurora hidupnya justru begitu berantakan.
- - -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.