⚠️Warning : mature content⚠️
Happy reading!
Aurora menatap datar dinding besi di hadapannya yang baru saja tertutup, menyenderkan tubuhnya pada dinding lift dengan kedua tanyan bersidekap di depan dadanya.
"Kau benar-benar sudah merasa lebih baik?" tanya Christopher langsung sambil menatap Aurora yang baru saja melangkah keluar dari lift mansionnya sudah dengan seragam lengkap dan seorang maid yang membawa tas miliknya.
Sudah terhitung selama delapan hari Aurora sejak pemakaman ibunya, dan Aurora yang tidak masuk sekolah karena kondisi tubuhnya yang tidak baik-baik saja saat itu. Perempuan itu bahkan membutuhkan bantuan obat tidur untuk sekedar menutup matanya untuk beristirahat. Dan juga, bantuan beberapa benda tajam untuk menenangkan dirinya sendiri belakangan ini. Tanpa sepengatahuan Christopher pastinya.
Dan sialnya lagi, Jack justru langsung melanjutkan perjalanan bisnisnya bersama Jenniya. Christopher masih tidak bisa mengerti arah pikiran pria itu yang dengan bodohnya mengikuti perintah Aurora untuk kembali keliling dunia mengecek semua bisnisnya. Gila 'kan?
"Kau sudah menanyakan hal yang sama berulang kali, Chris." ujar Aurora memutar bola matanya malas. Wajah cantiknya masih terlihat sedikit pucat dengan rambut panjangnya yang di gerai bebas dengan indah.
"Aku rasa kau masih membutuhkan istirahat yang cukup." ucap Christopher menggeser avocado toast milik Aurora ke hadapan perempuan itu, menyuruhnya sarapan dengan cepat tanpa membuang-buang waktu lewat tatapan matanya.
Aurora menoleh menatap Christopher yang juga sedang menatapnya selama beberapa detik kemudian mulai memakan avocado toast miliknya dalam diam.
Dua suap lalu kemudian ia mendorong piringnya menjauh. Sebuah kode untuk pelayannya bahwa ia sudah selesai makan, lalu kemudian meja makan berputar pelan dan piring tadi langsung di bawa pergi oleh pelayan.
"Tidak ingin menghabiskan sarapanmu?" tanya Christopher menatap Aurora dengan satu alis terangkat, wanita itu menggeleng pelan. "Aku sudah selesai."
"Ayo."
- - -
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Zara langsung pada Aurora yang baru saja meletakkan tas miliknya di atas meja.
"Lalu aku harus berada di bawah tanah?"
"Ara!" sentak Zara mendelik menatap Aurora tajam. Tak suka dengan perkataan asal temannya itu. Sedangkan Arianna hanya diam memperhatikan, menurutnya Aurora masih membutuh waktu untuk menenangkan pikirannya.
"Tapi wajahmu masih pucat." ujar Zara dengan suara pelan, menatap ragu ke arah Aurora. Takut temannya itu kembali menjawabnya dengan perkataan asal yang membuatnya sedikit takut.
Aurora melempar senyum tipis, "Aku lupa memakai liptint."
Zara hanya mengangguk mengerti mendengarnya, memilih diam. Tapi dalam hati ia mengumpat mengetahui kebohongan yang di katakan Aurora barusan. Mana mungkin hal penting seperti itu sampai terlupakan? Aurora pasti akan langsung memecat maidnya jika hal itu terjadi.
"Kau tidak ingin ke kantin?" tanya Zara mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, mengajak Aurora untuk sekedar mengisi perutnya dengan makan siang.
"Ayo." ujar Aurora melangkah mengikuti Arianna yang sudah berjalan meninggalkan ruang kelas mereka dengan cepat dan wajah sedikit sayu.
"Ara!"
Aurora menoleh ke arah sumber suara. Adrian. "Kalian duluan saja." ujarnya pada Zara dan Arianna yang juga menoleh ke arah Adrian kemudian melangkah mendekati meja dimana pria itu dan teman-temannya berkumpul.
Tangan besar Adrian menyentuh dahi Aurora, mengecek suhu tubuh perempuan itu dengan punggung tangannya kemudian berdecak pelan. "Tubuhmu bahkan masih hangat. Kenapa sekolah?"
"Aku bisa bunuh diri jika berada di rumah terus."
Dan Adrian langsung terdiam mendengar balasan Aurora tadi, melirik Christopher yang juga tengah menatapnya. Adrian berdecak kemudian menggeser duduknya lebih dekat dengan Aurora yang sedang memainkan ponselnya.
"Selamat makan, sayang." ujar Zara menyengir pada Morgan yang terkekeh pelan mendengarnya. Dan tentu saja, mulut lebar Orion tidak tahan untuk tidak mencibirnya.
"Dasar pasangan lebay."
"Orion!" sentak Zara menatap tajam pria itu yang di balas peletan lidah Orion ke arahnya, mengejek.
Arianna tersenyum tipis melihatnya, kemudian melirik ke arah Adrian yang tengah menatap Aurora yang memainkan ponsel dengan intens. Tersadar dengan apa yang ia lakukan, Arianna langsung kembali memfokuskan diri dengan ramen di hadapannya.
"Kau tidak ingin makan?" tanya Adrian menumpukan tangannya di atas meja, menatap Aurora.
"Tidak." jawab Aurora singkat tanpa mau menoleh menatap Adrian.
"Kenapa?"
"Ara," panggil Adrian ketika temannya itu hanya diam tak meresponnya.
"Jaga kesehatanmu, Ara. Aku tidak ingin kau sakit."
- - -
merry christmas and happy 100k+ readers everyone!🥰
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelophobia [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ Christopher memang membenci Aurora, sangat. Tapi bukan berarti ia akan menyia-nyiakan tubuh Aurora untuk menuntaskan nafsu bejatnya. Toh wanita itu menikmatinya. Dan Aurora tidak...