⚠️Warning : mature content⚠️
Happy reading!
"Apa ini?"
Aurora menatap Zara dengan kening mengkerut kemudian meraih benda persegi panjang berwarna silver yang baru saja ditelakkan diatas meja kantornya.
Satu detik setelah membukanya, wajah Aurora berubah menjadi datar tanpa ekspresi.
You are invited to the wedding
Joining the lives ofMS. GWEN ALEXANDRA
&
MR. ORION MCKENZIESaturday, may 24th
at 7:00 pm"Apa maksudmu?" tanya Aurora menatap Zara dengan tatapan yang sulit diartikan.
"You're invited. Tentu saja kau harus datang." jawab Zara menatap Aurora
"Kenapa aku harus?"
"Kenapa kau terus menghindar?" decak Zara menatap Aurora kesal.
Aurora tersenyum miring kemudian melipat kembali undangan pernikahan Orion dan Gwen dengan gerakan lambat. "Untuk apa aku menghindar?"
"Lalu apa yang sedang kau lakukan!?"
"Memangnya apa yang aku lakukan?" sambar Aurora menatap Zara nyalang, merasa terusik ketika Zara tidak berhenti memojokkan dirinya soal Orion.
"Aku memimpin perusahaan Daddyku. Itu yang aku lakukan selama ini." lanjut Aurora menekan setiap kata yang ia ucapkan dengan tatapan menghunus ke arah Zara.
Ini entah yang keberapa kalinya Zara memancing emosinya dengan membawa-bawa nama Orion diperbincangan mereka. Entah apa maksudnya.
Zara berdecak pelan, "Kau terus menghindar, Ara. Kau membuat Orion dan Gwen terus-terusan merasa bersalah." ujarnya pada Aurora yang justru terkekeh pelan mendengarnya.
"Lalu siapa yang seharusnya merasa bersalah? aku?"
"Lagi pula aku sudah melupakan kejadian itu." lanjut Aurora ketika Zara hanya diam mendengar ucapannya.
Zara menatap Aurora sambil tersenyum miring, "Kalau kau memang sudah lupa, seharusnya kau datang. As a good friend."
Aurora mengangguk pelan kemudian menaikkan satu alisnya. "Tentu saja. Tapi aku memiliki skala prioritas sekarang." ujarnya menekan kata prioritas yang lagi-lagi menyentak Zara pada kenyataan bahwa, pernikahan Orion tidak penting. Menurut Aurora.
"Apa salahnya meluangkan waktumu sebentar?"
"Aku—"
"Aurora akan datang bersamaku besok, Z. Don't worry."
Zara menoleh ke arah sumber suara kemudian tersenyum lebar sambil berjalan ke arah Christopher. "Terimakasih banyak, Chris." ucapnya bersungguh-sungguh.
"See you tomorrow, Aurora!" pamit Zara kemudian meninggalkan ruangannya begitu saja dengan langkah lebarnya karena merasa senang.
Aurora berdecak kemudian menatap Christopher tajam. "What do you mean, Christ?"
"Kau akan datang besok. Memangnya apa lagi?" tanya Christopher berjalan mendekati Aurora kemudian memeluk pinggangnya.
"Aku tidak ingin." ujar Aurora menekan setiap kata yang terucap dari bibirnya.
Cup.
Christopher mengecup bibir Aurora singkat kemudian meletakkan tubuh wanita itu diatas meja kerjanya. "Kenapa tidak ingin?"
Aurora memalingkan wajahnya mendengar pertanyaan Christopher. Ia hanya tidak ingin melihat wajah Orion, itu saja.
"Kenapa, hm?" tanya Christopher mengusap lembut pinggang ramping Aurora.
"Aku tidak ingin dipaksa."
Christopher tersenyum tipis kemudian mengecup puncak kepala Aurora. "Aku tidak memaksamu, sayang. Katakan saja alasannya."
"Aku sibuk."
"Memangnya kau tidak libur besok?"
Aurora membuang pandangannya mendengar pertanyaan Christopher barusan. Memilih bungkam karena Christopher jelas tau jadwal kantornya.
"Look at me." perintah Christopher yang tanpa Aurora sadari langsung ia lakukan tanpa banyak kata.
"Kau hanya perlu datang dan bersikap seperti biasa, Aurora. Jangan membuat orang lain membuat spekulasi lain soal ketidakhadiranmu besok."
"Chris," lirih Aurora menatap Christopher sayu.
Pria itu mengangguk mengerti kemudian mengusap rahang Aurora. Menyatukan dahi keduanya dengan lembut. "Aku mengerti apa yang kau rasakan. Gwen adalah mantan kekasihku, remember?"
"Aku harus membuat wanita itu sadar bahwa ia baru saja kehilangan sesuatu yang berharga. Kau juga harus melakukan itu pada Orion, sayang." lanjut Christopher yang dibalas anggukan pelan Aurora.
Christopher tersenyum miring kemudian melumat bibir Aurora sensual, membelit lidah wanita itu dengan lidahnya.
"Eemmhhh.."
"Chrisshh, ini kantorrhh.." lenguh Aurora mendorong tubuh Christopher menjauh.
Pria itu terkekeh pelan kemudian menyentuh gumpalan payudara Aurora yang tercetak dibalik blouse yang wanita itu gunakan saat ini. "Jadi aku boleh melakukannya diluar kantor?"
"Chris!" sentak Aurora dengan wajah memerah sempurna.
Tangan besar Christopher meremas ringan pinggang Aurora dengan gerakan menggoda.
"Your body is mine to tease and use. And your soul is mine to adore and worship. Mengerti?" bisik Christopher menatap kedua mata Aurora intens, wanita itu mengangguk kemudian memeluk tubuh Christopher erat.
"Aku akan menjemputmu besok. Jangan menggunakan pakaian seksi atau aku akan menyetubuhimu dihadapan semua orang." ujar Christopher dengan suara serak berhasil membuat Aurora terkekeh pelan.
"You are mine, Aurora."
- - -
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelophobia [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ Christopher memang membenci Aurora, sangat. Tapi bukan berarti ia akan menyia-nyiakan tubuh Aurora untuk menuntaskan nafsu bejatnya. Toh wanita itu menikmatinya. Dan Aurora tidak...